Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Dakwah Rasul mencakup tiga unsur, sebagaimana dijelaskan dalam ayat tersebut. Ketiga unsur itu adalah :
- Tabligh (menyampaikan)
- Tazkiyah (mensucikan)
- Ta’lim (mengajari)
Tazkiyah adalah pendidikan jiwa untuk menerapkan Islam mentaati perintah-perintahnya menjauhi larangan-larangannya dan berpegang teguh kepada akhlak mulia serta budi pekerti luhur.
Rasulullah telah berhasil melaksanakan peran tarbiyah dan tazkiyyah terhadap sahabatnya dan mananamkan adab Islam dalam diri mereka.
Sehingga mereka yang sebelumnya bersikap kasar dan keras menjadi bersahabat, berlapang-dada, dan lemah-lembut. Mereka berperangai akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana akhiag beliau adalah Al Qur’an. Tidak henti-hentinya para sahabat juga memainkan peran besar dalam penvebaran Islam. Mereka dengan penuh ambisi mengajarkan adab sebelum ilmu kepada para anak didik mereka dari kalangan para tabi’in.
Mereka juga mengarahkan anak didik itu untuk komitmen kepada akhlak dan adab (tatakrama) terhadap diri sendiri, terhadap keluarganya, terhadap para gurunya, terhadap saudara-saudaranya, dan terhadap semua orang di sekitarnya. Demikianlah dahulu keadaannya dari generasi ke generasi, mereka belajar adab sebagaimana mereka belajar ilmu.
Al-Khathib al-Baghdadi rahimahullah meriwayatkan dari Imam Malik bin Anas, ia berkata bahwa Ibnu Sirin mengatakan,
«كَانُوا يَتَعَلَّمُونَ الْهَدْيَ كَمَا يَتَعَلَّمُونَ الْعِلْمَ»
“Mereka belajar meraih hidayah (adab) sebagaimana mereka belajar meraih ilmu” (Al Jaami’ Li Akhlaqir Raawi Wa Adabis Saami’, Al Khatib Al Baghdadi : 1/79)
Danjuga dari Imam Malik dari Ibnu Syihab, ia berkata :
«إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ أَدَبُ اللهِ الَّذِيْ أَدَّبَ بِهِ نَبِيَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَدَّبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ أَمَانَةُ اللهِ إِلَى رَسُوْلِهِ لِيُؤَدِّيْهِ عَلَى مَا أُدِّيَ إِلَيْهِ فَمَنْ سَمِعَ عِلْمًا فَلْيَجْعَلْهُ أَمَامَهُ حُجَّةً فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ»
“Ilmu syari’at ini adalah adab milik Allah yang diajarkan kepada Nabi-Nya kemudian Nabi ajarkan kepada para ummatnya, sebagai amanat Allah kepada Rasul-Nya, agar disampaikan sebagaimana amanah itu disampaikun kepadanya. Maka barangsiapa mendengar suatu ilmu, hendaklah ia jadikan ilmu itu di depannya sebagai hujjah dalam perhitungan nanti antara dia dengan Allah ‘azza wa jalla.
Dari Ibrahim bin Habib berkata, ayahku berkata,
«يَا بُنَيَّ، إِيتِ الْفُقَهَاءَ وَالْعُلَمَاءَ، وَتَعَلَّمْ مِنْهُمْ، وَخُذْ مِنْ أَدَبِهِمْ وَأَخْلَاقِهِمْ وَهَدْيِهِمْ، فَإِنَّ ذَاكَ أَحَبُّ إِلَيَّ لَكَ مِنْ كَثِيرٍ مِنَ الْحَدِيثِ»
“Hai anakku, datangilah para fuqaha dan para ulama, timbalah ilmu dari mereka. Ambillah adab, akhlak dan petunjuk mereka, Hal itu lebih aku sukai daripada mencari banyak hadits”. (Al Jaami’ Li Akhlaqir Raawi Wa Adabis Saami’, Al Khatib Al Baghdadi : 1/79)
Dari Abdullah bin Al Mubarak berkata, Makhlad bin Husain berkata,
«نَحْنُ إِلَى كَثِيرٍ مِنَ الْأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيرٍ مِنَ الْحَدِيثِ»
“Kita lebih membutuhkan adab yang banyak daripada hadits yang banyak.“ (Al Jaami’ Li Akhlaqir Raawi Wa Adabis Saami’, Al Khatib Al Baghdadi : 1/80)
Dari Zakariyya Al-Anbari, ia berkata,
عِلْمٌ بِلَا أَدَبٍ كَنَارٍ بِلَا حَطَبٍ وَأَدَبٌ بِلَا عِلْمٍ كَرُوْحٍ بِلَا جِسْمٍ
“Ilmu tanpa adab bagaikan api tanpa bahan bakar, sedangkan adab tanpa ilmu bagaikar ruh tanpa badan.” (Al Jaami’ Li Akhlaqir Raawi Wa Adabis Saami’, Al Khatib Al Baghdadi : 1/80)
Imam Malik rahimahullahu Ta’ala berkata bahwa ibunya pernah mengatakan kepadanya :
إِذْهَبْ إِلَى رَبِيْعَةَ فَتَعَلَّمْ مِنْ أَدَبِهِ قَبْلَ عِلْمِهِ
“Pergilah kamu ke (majelis) Robi’ah pelajarilah adabnya sebelum kamu mempelajari ilmunya” (Tanwirul Hawalik syarah Muwatha’ : 164)