Sebagian manusia yang mementingkan kehidupan dunia mengatakan bahwa surga dunia hanyalah yang bersifat kesenangan terhadap materi dan aksesori dunia semata seperti makan, minum, istri dan anak keturunan, tempat tinggal, serta semua jenis syahwat duniawi.
Allah tidak melarang kita menikmati dunia ini. Bahkan dunia dan seisinya semuanya diciptakan untuk kita
Allah Ta’ala berfirman :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
Dialah Dzat yang menciptakan untuk kalian, semua yang ada di muka bumi ini. (QS. al-Baqarah: 29)
Syaikh Abdurahman As-Sa’di rahimahullah mengatakan :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا أيْ: خَلَقَ لَكُمْ، بِرًا بِكُمْ وَرَحْمَةً، جَمِيْعُ مَا عَلَى الْأَرْضِ، لِلْاِنْتِفَاعِ وَاْلاِسْتِمْتَاعِ وَاْلاِعْتِبَارِ. وَفِيْ هَذِهِ الْآيَةِ العَظِيْمَةِ دَلِيْلٌ عَلَى أَنَّ الْأَصْلَ فِيْ الْأَشْيَاءِ اَلْإِبَاحَةُ وَالطَّهَارَةُ
Artinya, dia ciptakan semua yang ada di muka bumi ini untuk kalian, sebagai kebaikan dan kasih sayang yang diberikan untuk kalian. Agar dimanfaatkan, dinikmati, dan diambil pelajaran. Dan pada ayat yang agung ini menunjukan (sebuah kaedah) bahwasanya hukum asal segala sesuatu adalah boleh lagi suci (Tafsir as-Sa’di, hlm. 48)
Namun dengan mencari dan menikmati dunia jangan sampai melalikan kehidupan hakiki nan abadi, kehidupan akhirat yang kekal abadi selamanya.
Allah Ta’ala berfirman :
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kehidupan dunia..(QS Al Qashash : 77)
Para ulama ahli Tafsir mengatakan :
وَهُوَ أَنْ يَعْمَلَ فِي دُنْيَاهُ لِآخِرَتِهِ وَنَصِيْبُ اْلإِنْسَانِ عُمْرُهُ وَعَمَلُهُ الصَّالِحُ .
Yaitu beramal dalam kehidupan dunia untuk kepentingan akhiratnya, dan bagian manuisa maksudnya umurnya dan amalnya yang shalih” (Fathul Qadir 4/266)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan :
وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيا أَيْ مِمَّا أَبَاحَ اللَّهُ فِيهَا مِنَ الْمَآكِلِ وَالْمَشَارِبِ وَالْمَلَابِسِ وَالْمَسَاكِنِ وَالْمَنَاكَحِ، فَإِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
Dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kehidupan dunia yakni tidak melupakanmu dari segala yang dihalalkan didunia berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, pasangan, karena sesungguhnya Rabb mu ada hak atasmu, dirimu juga punya hak atasmu, keluarga juga punya hak atasmu” (Tafsir Ibnu katsir 6/253)
Kehidupan hakiki adalah akhirat, tempat Kembali seorang mukmin adalah SURGA, yang barangsiapa cinta dan selalu rindu dengan surga dunia maka ia akan memasuki surga akhirat. Kenikmatan dunia hakekatnya pada iman dan amal shalih. Itulah SURGA DUNIA.
Allah Ta’ala berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 97).
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata :
قَوْلُهُ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً قال: السَّعَادَةُ.
“Firman Allah maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, maksudnya kehidupan yang Bahagia” (Jaami’ul Bayan, Imam At Thobari 17/291)
Begitu pula Allah Ta’ala berfirman :
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلَأَجْرُ الْآَخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui.” (QS. An Nahl: 41)
Allah Ta’ala juga berfirman :
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS. Huud: 3).
Kenikmatan yang baik (terus menerus) nagi orang yang memohon ampun kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10).
Orang yang mendapat kebaikan hanyalah yang beriman, bertaqwa dan berbuat kebaikan.
Allah Ta’ala berfirman :
فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى
Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”. (QS Thaha : 123-126).
Orang yang mengikuti petunjuk maka tidak akan sesat dan sengsara apalagi celaka.
Allah Ta’ala berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS Ali Imran : 185)
Hakekat orang yang beruntung adalah ketika diselamatkan dari Neraka dan dimasukan kedalam Surga.
Semua ayat ayat diatas menunjukan tentang konsep Bahagia didalam islam bahwa Bahagia adalah ada pada hati, dalam iman dan amal shalih.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
إِنَّ فِي الدُّنْيَا جَنَّةً هِيَ فِي الدُّنْيَا كَالْجَنَّةِ فِي الْآخِرَةِ، فَمَنْ دَخَلَهَا دَخَلَ تِلْكَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَمْ يَدْخُلْهَا لَمْ يَدْخُلْ جَنَّةَ الْآخِرَةِ، وَقَدْ أَشَارَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى هَذِهِ الْجَنَّةِ بِقَوْلِهِ: «إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا، قَالُوا: وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: حِلَقُ الذِّكْرِ»
“Sesungguhnya didunia ada SURGA sebagaimana di akhiratpun ada SURGA, maka barangsiapa yang memasuki surga di dunia ia akan memasuki surga diakhirat, sebaliknya barang siapa yang tidak memasukinya maka ia tidak akan memasuki surga di akhirat, hal ini diisyaratkan oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam dalam sabdanya, “Jika kalian melewati taman taman SURGA maka singgahlah. Para Sahabat bertanya, Apakah taman surga tersebut?.” Beliau menjawab, “Halaqah dzikir (majlis ilmu)” (Al Jawabul Kafi 1/121)
Beliau rahimahullah mengatakan :
مَنْ أَرَادَ السَّعَادَةَ الْأَبَدِيَّةَ، فَلْيَلْزَمْ عَتَبَةَ الْعُبُودِيَّةِ.
“Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan abadi maka hendaklah berpegang dengan palang pintu ibadah” (Madarijus Salikin 1/429)
Beliau rahimahullah juga mengatakan :
إِذَا لَمْ تَجِدْ لِلْعَمَلِ حَلَاوَةً فِي قَلْبِكَ وَانْشِرَاحًا، فَاتَّهِمُهُ، فَإِنَّ الرَّبَّ تَعَالَى شَكُورٌ. يَعْنِي أَنَّهُ لَا بُدَّ أَنْ يُثِيبَ الْعَامِلَ عَلَى عَمَلِهِ فِي الدُّنْيَا مِنْ حَلَاوَةٍ يَجِدُهَا فِي قَلْبِهِ، وَقُوَّةِ انْشِرَاحٍ وَقُرَّةِ عَيْنٍ. فَحَيْثُ لَمْ يَجِدْ ذَلِكَ فَعَمَلُهُ مَدْخُولٌ.
“Apabila dalam beramal tidak merasakan kelezatan dan ketentraman didalam hati maka salahkan amalannya sendiri, karena sesungguhnya Allah Ta’ala bersifat Syakur (maha berterimakasih), yakni bahwasanya Allah pasti akan memberi pahala kepada pelaku amalan didunia berupa kelezatan dalam hatinya, kekuatan kelapangan hati dan kesejukan mata, manakala tidak merasakan hal tersebut pada amalan maka amalannya hampa” (Madarijus Salikin 2/68)
Beliau juga rahimahullah berkata :
وَالْخَيْرُ وَالسَّعَادَةُ وَالْكَمَالُ وَالصَّلَاحُ مُنْحَصِرٌ فِي نَوْعَيْنِ: فِي الْعِلْمِ النَّافِعِ؛ وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ. وَقَدْ بَعَثَ اللَّهُ مُحَمَّدًا بِأَفْضَلَ ذَلِكَ وَهُوَ الْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ كَمَا قَالَ: هُوَالَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
“Kebaikan, kebahagiaan, kesempurnaan dan perbaikan hanya terbatas pada dua poin : Ilmu yang bermanfa’at dan Amal shalih, dan sungguh nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam telah diutus oleh Allah dengan membawa dua kutamaan tersebut yaitu Al-Huda (ilmu yang bermanfaat) dan Dinul Haq (amal shalih) sebagaimana Firman Allah, “Dialah Allah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa Al-Huda (ilmu yang bermanfaat) dan Dinul Haq (amal shalih) untuk memenangkan (islam) diatas agama seluruhnya, cukuplah Allah yang menjadi saksi” (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 19/169)
Al hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
وَقَالَ هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ ، فَالْهُدَى هُوَ: الْعِلْمُ النَّافِعُ، وَدِينُ الْحَقِّ: هُوَ الْعَمَلُ الصَّالِحُ
“Dan Allah Ta’ala berfirman, “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk dan agama yang benar” maka yang di maksud petunjuk yaitu ilmu yang bermanfaat dan yang dimaksud dengan agama yang hak adalah amal shalih (Tafsir Ibnu Katsir 7/303).
Demikian semoga tercerahkan, wallahu a’lam. []
Abu Ghozie As-Sundawie