Oleh: Abu Ghozie As Sundawie
__________
يَذْهَبُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلى الطَّائِفِ لِدَعْوَةِ قَبَائِلِها إِلَى الْإِسْلَام, فَيُقَابِلَهُ أَهْلُهَا بِالجُحُودِ وَالسُّخْرِيَةِ وَالِاسْتِهْزَاءِ، وَيُغْرُوا بِه سُفَهَاءَهُمْ، فَيَضْرِبُوهُ بِالحِجَارَةِ حَتَّى يَسِيلَ الدَّمُ مِنْ عَقِبَيْهِ.
Nabi shalallahu alaihi wasallam pernah pergi ke Thaif untuk mengajak kabilah-kabilahnya masuk Islam. Maka para penduduknya menghadapinya dengan pengingkaran, ledekan, dan olok-olokan, bahkan orang-orang bodoh dari mereka melemparinya dengan batu sehingga darah mengalir dari dua kakinya.
وَقَضَى فِيْ ذَلِكَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ ، لَكِنْ لَمْ يجِبْ لَهُ أَحَدٌ بَلْ قَالُوْا لَهُ : اُخْرُجْ مِنْ بَلَدِنَا وَأَغْرَوْا بِهِ صِبْيَانَهُمْ وَسُفَهَاءَهُمْ وَعَبِيْدَهُمْ فَلَمَّا تَهَيَّأَ وَخَرَجَ وَقَفُوا لَهُ فِيْ صَفَّيْنِ وَأَخَذُوْا يَسُبُّوْنَهُ وَيَشْتَمُوْنَهُ وَيَرْمُوْنَهُ بِالْحِجَارَةِ حَتَّى أَدَمُوا عَقِبْيَهْ وَقَدَّمَيْهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَتَّى اخْتَضَبَ نَعْلاَهُ بِالدَّمِ.
Beliau melakukan dakwah di sana selama 10 hari. Akan tetapi tidak ada seorangpun yang menyambut dakwah beliau bahkan mereka mengatakan (seraya mengusir), “Keluar kamu dari Negeri kami”. Tidak hanya itu mereka kemudian menghasut anak-anak kecil yang DUNGU dari kalangan mereka, serta para BUDAK untuk melakukan tindak kekerasan terhadap Nabi shalallahu alaihi wasallam.
Maka ketika Beliau shalallahu alaihi wasallam BERSIAP dan hendak KELUAR dari kota Thaif, mereka menghadangnya dengan dua BARISAN, mereka mulai mencela, mencaci dan melempari BELIAU dengan batu hingga kedua tumit dan kaki beliau terluka dan berdarah. Sampai-sampai kedua sandal beliau menjadi merah karena warna darah.
وَكَانَ زَيْدُ بْنُ الحَارِثَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقِيهِ بِنَفْسِهِ ، وَيُدَافِعُ عَنْهُ فَأَصَابَهُ شِجَاجٌ فِي رَأْسِهِ واستمرت هذه السفاهة حتى وصل رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلى حائط لعتبة وشيبة ابني ربيعة على بعد ثلاثة أميال من الطائف
Sementara Zaid bin Haritsah radhiyallahu anhu melindungi dan membentengi beliau hingga ia menderita sejumlah luka dikepalanya.
Orang orang DUNGU tersebut terus melakukan itu hingga Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sampai dikebun milik UTBAH dan SYAIBAH keduanya adalah putra RABI’AH yang tempat tersebut berada sejauh 3 mil dari kota Thaif
وَتَرْوِي عَائِشةُ رَضِي اللهُ عَنْهَا مَا حَدَثَ بَعْدَ ذَلِكَ فَتَقُولُ: قُلْتُ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَومٌ كَانَ أَشَدَّ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ؟ قَالَ: “لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ وَكَانَ أَشدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُم يَوْمَ الْعَقَبةِ،
Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan peristiwa yang terjadi setelah itu, ia berkata, ‘Aku bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, ‘Apakah pernah datang kepadamu satu hari yang lebih berat dari pada tragedi di bukit Uhud?
Beliau shalallahu alaihi wasallam menjawab, ‘Sungguh aku telah mendapati dari kaummu –dan itu adalah peristiwa terberat yang kutemui dari mereka- yaitu hari aqabah.
إِذْ عَرضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْد يَا لَيْلَ بْنِ عَبْدِ كُلَالٍ، فَلَمْ يُجِبْنِي إِلى مَا أَردْتُ, فَانْطَلقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي، فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ، فَرَفعْتُ رَأْسِي، فَإِذَا أَنَا بِسَحَابةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي, فَنظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْريلُ,
Ketika aku menawarkan diriku kepada Ibnu Abdi yalail bin Abdu Kulal, maka ia memenuhi keinginanku. Lalu aku pergi dalam keadaan berduka cita yang terlihat dari raut wajahku. Maka aku tidak sadar kecuali di Qarn ats-Tsa’alib. Maka aku mengangkat kepalaku. Ternyata awan telah menaungiku. Lalu aku melihat, ternyata Jibril ada padanya.
فَنَادَانِي فَقَالَ: إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِك لَك وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ، وَقَدْ بَعثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الجِبَالِ؛ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ. قَالَ: فَنَادَانِي مَلَكُ الجِبَالِ فَقَالَ: يَا مُحَمَّد! إِنَّ اللهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِك لَك، وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ، وَأَنَا مَلَكُ الجِبَالِ, وَقَدْ بَعَثَنِي اللهُ إِلَيْكَ لِتَأْمُرَنِي بِأَمْرِك فَما شِئْتَ؟ إِنْ شِئتَ أَنْ أُطْبِق عَلَيْهِم الْأَخْشَبَيْنِ”.
Maka ia berseru kepadaku seraya berkata, ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mendengar ucapan kaummu kepadaku dan jawaban mereka atasmu. Dan Allah telah mengutus kepadamu malaikat (penjaga) gunung, agar engkau menyuruhnya menurut kehendakmu pada mereka.’ Beliau bersabda, ‘Maka malaikat gunung memanggilku seraya berkata, ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah Ta’ala telah mendengar ucapan kaummu kepadamu dan jawaban mereka terhadapmu. Dan akulah malaikat (penjaga) gunung, Allah Ta’ala telah mengutusku untuk mentaati perintahmu, maka apakah yang engkau kehendaki? jika engkau menghendaki, aku akan menimpakan kepada mereka dua gunung yang besar.
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَلَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا” [متفق عليه].
Maka Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Bahkan aku mengharapkan agar Allah Ta’ala mengeluarkan dari sulbi (keturunan) mereka orang yang hanya menyembah Allah Ta’ala saja, tidak ada sekutu baginya dan tidak menyekutukan sesuatu dengannya.” Muttafaqun ‘alaih.
إِنَّها الرَّحْمَةُ النَّبَوِيَّةُ الَّتِي جَعلَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْسَى جِرَاحَه الَّتِي تَسِيلُ, وَقلْبَه المنْكِسِرَ، وَفُؤادَه المكْلُومَ، وَلَا يَتذكَّر سِوَى إِيصَالِ الخيْرِ لِهؤلاءِ النَّاسِ وَإِخْرَاجَهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّور وَهِدَايتَهُمْ إِلَى الصِّرَاطِ المسْتَقِيمِ.
Itulah sifat rahmat kenabian yang membuat Nabi shalallahu alaihi wasallam melupakan lukanya mengucurkan darah, hatinya sakit, sanubarinya yang terluka, dan tidak mengingat selain menyampaikan kebaikan kepada para manusia dan mengeluarkan mereka dari alam kegelapan kepada cahaya, dan memberikan petunjuk kepada mereka menuju jalan yang lurus.
(Sumber : kitab Raudhatul Anwar hal. 64, Arba’una Majlisan)