SALAH KAPRAH BUKBER (BUKA BERSAMA)

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

Perhatikanlah istilah “bersama” atau “berjamaah” seperti shalat bersama, puasa bersama, baca Al Quran bersama, adzan bersama, dzikir bersama, sholawat bersama, dan lain-lain dari perkara ibadah, yang semua istilah bersama atau berjamaah dalam masalah ibadah itu sangat butuh kepada dalil , karena ibadah adalah tauqifiyyah artinya mencukupkan diri dengan berpijak pada dalil yang shahih. Termasuk dalam masalah buka bersama atau buka berjamaah.

(1) BUKBER YANG SALAH :

Buka bersama kalau tujuannya adalah semata-mata “bersamanya” atau “berjamaahnya”, sehingga diantara kaum muslimin bawa makanan masing-masing atau patungan beli makanan demi bisa buka bersama, atau agar bisa kumpul bareng makan bersama-sama baik di masjid atau di tempat tertentu maka hal ini termasuk perkara yang di ada-adakan, tidak ada contoh dari salafus shalih mereka sengaja semata-mata buka bersama.

(2) BUKBER YANG BENAR :

Adapun buka bersama dengan cara seorang di antara yang punya kelebihan harta dari kaum dermawan menyediakan makanan bagi orang orang yg berpuasa terlebih orang-orang miskin, walaupun memberi makan kepada yang berbuka itu tidak hanya bagi orang yang berpuasa yang miskin saja, tapi juga yang kaya boleh di beri makan untuk berbuka puasa, yang penting patokannya dia berpuasa, dan itu baik di masjid atau di rumah, baik dengan cara mengundang mereka untuk makan buka puasa ataupun dibagikan ke rumah-rumah mereka maka hal ini di anjurkan sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Barangsiapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR Tirmidzi : 807, Ibnu Majah :1746, dan Ahmad 5/192)

Al Munawi rahimahullah menjelaskan bahwa memberi makan buka puasa di sini boleh jadi dengan makan malam, atau dengan kurma. Jika tidak bisa dengan itu, maka bisa pula dengan seteguk air.[Faidul Qodhir, 6/243 ]

Syaikh Shalih bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullah menjawab pertanyaan tentang hukum buka bersama :

هذا محدث، هذا محدث، الإفطار الجماعي، والصيام الجماعي، وقيام الليل الجماعي كما يفعله بعض الشُّباب هذا كلّه مُحْدَث، لا أصل له. فكلٌّ يُفطر في مكانه، وفي بيته إلا إذا كان واحد يبذل فطور للَّصائمين، تحضر وتُفطِر معهم، مِن مُحسنٍ من المحسنين يعمل افطار؛ فهذا لا بأس. أمَّا أنَّكم تتعمَّدون الجماعي تعمُّدًا؛ فهذا لا أصل له. اهـ

Bukber ini perkara yang diada-adakan, buka berjamaah (bersama), puasa bersama, shalat malam bersama, sebagaimana yang dilakukan sebagian anak remaja ini semua adalah perkara yang di ada-adakan, tidak ada asal usulnya, maka hendaklah semua berbuka puasa di tempatnya masing masing, dirumahnya, kecuali kalau ada seseorang yang menyumbang buka puasa untuk orang yang berpuasa, hadir dan makan bersama mereka dari salah satu mihsinin menyediakan makanan buka puasa maka hal ini baik, adapun bersengaja sekedar berjamaah maka hal ini tidak ada asal usulnya”

Dalam kesempatan lain beliau hafidzahullah mengatakan :

هذا شيء لم يعمله السلف، أنهم كانوا يتقصدون الإجتماع على الإفطار في رمضان و لا في غيره . أما إذا كان الغرض من هذا هو من أجل أن يفطر عنده الفقراء و المحتاجون، يعرضون الإفطار في المسجد من أجل المحتاجين و الفقراء؛ فلا بأس. أما إذا كانوا يجتمعون هم وحدهم، و يقولون هذا فيه فضيلة، هذا ليس من عمل السلف.

“Bukber ini tidak pernah dilakukan salaf, dimana mereka bersengaja kumpul-kumpul sekedar untuk buka puasa baik pada bulan Ramadhan ataupun selainnya, adapun kalau tujuannya agar orang faqir atau miskin bisa buka bersama mereka atau orang yang butuh untuk buka puasa, lalu menyediakan makanan untuk mereka maka ini tidak masalah adapun sekedar kumpul-kumpul saja mereka makan bersama masing-masing bawa makanan, lalu mereka mengatakan hal ini lebih utama maka hal ini bukanlah amalan kaum salafus shalih” (Di kutip dari https://www.sahab.net)

Demikianlah masalah bukber kami sampaikan karena banyak di sebagian kaum muslimin yang mereka sengaja datang ke masjid bawa makanan masing-masing atau patungan dari masing-masing jamaah dengan nominal yang sama lalu dari uang patungan tersebut dibuatkan makanan untuk buka bersama, inilah yang dimaksudkan oleh Syaikh Al Fauzan hafidzahullah tentang bukber yang tidak disyari’atkan, belum lagi jika acara bukber sambil diselingi maksiyat seperti reunian dengan kawan-kawan lama semasa sekolah sambil adanya ikhtilath (campur baur laki laki perempuan), atau misalnya sampai terlambat shalat berjamaah, maka tentunya hal ini lebih terlarang lagi. Demikian semoga bermanfaat.

Wallahu A’lam.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *