oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Nyadran adalah ziarah kubur untuk mengingatkan manusia kepada asal-usulnya yaitu para leluhur. Nyadran di awali dengan membersihkan makam dan sekitarnya dari rerumputan liar dan sampah lalu membacakan tahlil dan yasin. Nyadran sendiri berasal dari kata “sradha”, yang konon merupakan tradisi yang diawali oleh Ratu Tribuana Tunggadewi, raja ketiga Majapahit. Pada zaman itu Kanjeng Ratu ingin melakukan doa kepada sang ibunda Ratu Gayatri, dan roh nenek moyangnya yang telah diperabukan di Candi Jabo. Untuk keperluan itu dipersiapkanlah aneka rupa sajian untuk didermakan kepada para dewa. Sepeninggal Ratu Tribuana Tunggadewi, tradisi ini dilanjutkan juga oleh Prabu Hayam Wuruk. Lalu sampai akhirnya di bumbui diramu dan di campurkan dengan ajaran islam dan di lestarikan sampai sekarang.
Ziarah kubur adalah ibadah yang sangat di syari’atkan akan tetapi menetapkan lebih utama di bulan Sya’ban butuh kepada dalil khusus, sementara dalilnya dalam masalah ini tidak ada.