Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz At Tuwaijiri hafidzahullah berkata :
اَلْإِحْتِفَالُ بِالْإِسْرَاءِ وَالْمِعْرَاجِ مِنَ الْأُمُوْرِ اْلبِدْعِيَّةِ الَّتِيْ نَسَبَهَا الْجُهَّالُ إِلَى الشَّرْعِ وَجَعَلُوْا ذَلِكَ سُنَّةً تُقَامُ فِيْ كُلِّ سَنَّةٍ وَذَلِكَ فِيْ لَيْلَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ مِنْ رَجَبٍ
“Peringatan Isra Mi’raj termasuk perkara bid’ah yang dinisbatkan oleh orang-orang jahil kepada syari’at. Mereka menjadikan perayaan ini sebagai kebiasaan yang dilaksanakan pada tiap tahun. Perayaan ini dirayakan pada malam ke 27 Bulan Rajab” [1]
Beliau juga mengatakan :
أَجْمَعَ السَّلَفُ الصَّالِحُ عَلَى أَنَّ اتِّخَاذَ مَوْسِمٍ غَيْرِ الْمَوَاسِمِ الشَّرْعِيَةِ مِنَ الْبِدَعِ الْمُحْدَثَةِ الَّتِيْ نَهَى عَنْهَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ شَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ». بِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ» . بِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ». فَالْإِحْتِفَالُ بِلَيْلَةِ الْإِسْرَاءِ وَالْمِعْرَاجِ بِدْعَةٌ مُحْدَثَةٌ لَمْ يَفْعَلْهَا الصَّحَابَةُ وَالتَّابِعُوْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ مِنَ السَّلَفِ الصَّالِحِ وَهُمْ أَحْرَصُ النَّاسِ عَلَى الْخَيْرِ وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ.
“Para Salafus Shalih sepakat bahwa menyelenggarakan suatu perayaan yang tidak sesuai syari’at merupakan BID’AH yang dilarang oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana sabdanya, ‘Berhati-hatilah kalian terhadap perkara yang diada-adakan, karena setiap perkara yang di ada-adakan adalah bid’ah dan setiap beid’ah adalah SESAT. Juga melalui sabdanya, “Siapa saja yang membuat sesuatu yang baru dalam agama kami ini yang bukan merupakan bagian darinya maka sesuatu itu tertolak”, serta sabdanya, “siapa saja yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintah kami terhadapnya maka amalnya itu tertolak”. Perayaan malam Isra dan Mi’raj adalah bid’ah yang di ada-adakan yang belum pernah dilakukan oleh para sahabat, para Tabi’in, dan para salafus shalih yang mengikuti jejak mereka. Padahal tidak ada yang memungkiri kalau mereka adalah orang yang paling bersemangat dalam melakukan kebaikan dan amal shalih” [2]
Syaikh hafidzahullah juga menukil perkataan Ibnul Qayim p yang menyampaikan perkataan dari gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah :
وَلَا يُعْرَفُ عَنْ أَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ أَنَّهُ جَعَلَ لِلَيْلَةِ الْإِسْرَاءِ فَضِيلَةً عَلَى غَيْرِهَا، لَا سِيَّمَا عَلَى لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَلَا كَانَ الصَّحَابَةُ وَالتَّابِعُونَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ يَقْصِدُونَ تَخْصِيصَ لَيْلَةَ الْإِسْرَاءِ بِأَمْرٍ مِنَ الْأُمُورِ وَلَا يَذْكُرُونَهَا، وَلِهَذَا لَا يُعْرَفُ أَيَّ لَيْلَةٍ كَانَتْ
“Tidak diketahui dari seorangpun kaum muslimin, yang menjadikan malam Isra’ Mi’raj lebih utama dibandingkan malam yang lainnya. Lebih-lebih menganggap bahwa malam Isra’ lebih mullia dibandingkan Lailatul Qadar. Tidak seorangpun sahabat, maupun tabi’in yang mengkhususkan malam Isra’ dengan kegiatan tertentu, dan mereka juga tidak memperingati malam ini. Karena itu, tidak diketahui secara pasti, kapan tanggal kejadian Isra’ Mi’raj.” [3]
Demikianlah dari kami semoga bermanfaat sebagai bentuk nasehat bagi saudara kami kaum muslimin terkait hukum yang berkaitan dengan Bulan Rajab serta keutamaan ibadah didalamnya, Wallahu a’lam []
[1] Dinukil dari kitab Al Bida’ Al hauliyyah
[2] Dinukil dari kitab Al Bida’ al hauliyyah
[3] Zadul Ma’ad, Ibnu al-Qoyyim 1/58 -59.