MERAIH KEJAYAAN UMAT DENGAN TAUHID

MERAIH KEJAYAAN UMAT DENGAN TAUHID

Oleh Abu Ghozie As Sundawie

Sesungguhnya umat islam,  umat akhir zaman adalah umat yang berjaya, umat yang berwibawa umat yang dimenangkan oleh Allah, umat yang memiliki izzah dan kemuliaan dibandingkan umat lainnya. Semua keutamaan itu tidaklah didapatkan dengan cuma cuma akan tetapi dengan tebusan dan pengorbanan serta  syarat yang tidak ringan. Keutamaan yang hanya diraih dengan keimanan dan amal shalih, serta menegakan syari’at Allah dimuka bumi.

Sebab sebab kejayaan umat.

Diantara sebab sebab kejayaan dan kemuliaan umat adalah :

[1] Iman dan amal shalih.

Allah Ta’ala berfirman :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS Al A’raf : 96).

Allah Ta’ala juga berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS An nahl : 97)

Allah Ta’ala berfirman :

وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS Ali Imran : 139)

Allah Ta’ala berfirman :

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلُيَبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعَبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ}

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS An Nuur : 55)

[2] Berpegang teguh dengan Al Quran dan Sunnah.

Allah Ta’ala berfriman :

وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan ta’atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat”. (QS Ali Imran : 132)

Allah Ta’ala berfirman :

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran : 31)

Allah Ta’ala berfirman :

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدىً فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. (QS Thoha : 123)

Dalam menjelaskan kedua ayat ini, Abdullah bin Abbas berkata,

تَضَمَّنَ اللَّهُ لِمَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ، وَاتَّبَعَ مَا فِيهِ أَنْ لَا يَضِلَّ فِي الدُّنْيَا وَلَا يَشْقَى فِي الْآخِرَةِ، ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى

“Allah menjamin kepada siapa saja yang membaca Alquran dan mengikuti apa-apa yang ada di dalamnya, bahwa dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat lalu beliau membaca ayat ini Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” [Tafsir ath Thabari, 16/225].

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

«تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَسُنَّةَ رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»

Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selamanya selama berpegang teguh dengan keduanya, Kitabullah dan Sunnah Rasul Nya shalallahu alaihi wasallam” (HR. Malik)

[3] Menjauhi dosa dan maksiat sekecil apapun.

Sebagaimana ketaatan dan amal shalih adalah sumber kebahagiaan dan kejayaan maka demikian pulalah sebaliknya bahwa dosa dan kemaksiatan itu sumber bencana dan kehancuran serta keterpurukan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُـمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ شَيْئٌ حَتَّى تَرْجِعُواْ إِلَى دِيْنِكُمْ.

“Apabila kalian melakukan jual beli dengan cara ‘inah, berpegang pada ekor sapi kalian ridha dengan hasil tanaman dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan membuat kalian dikuasai oleh kehinaan yang tidak ada sesuatu pun yang mampu mencabut kehinaan tersebut (dari kalian) sampai kalian kembali kepada agama kalian.” [HR. Abu Dawud : 3462].


Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah pernah bersajak:

شَكَوْتُ إِلَى وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إِلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَقَالَ اعْلَمْ بِأَنَّ الْعِلْمَ فَضْلٌ وَ فَضْلُ اللهِ لاَ يُؤْتاَهُ عَاصِ

“Aku mengeluhkan jeleknya hafalanku kepada Waki’, Maka ia memberi bimbingan kepadaku agar meninggalkan maksiat, Ia berkata, “Ketahuilah ilmu itu merupakan keutamaan dan keutamaan (ilmu) Allah Ta’ala tidak diberikan kepada orang yang berbuat maksiat.” (Daiwan As Syafi’i).

Dengan dosa diharamkan ilmu, harta, keberkahan, bahkan dicabutnya nikmat serta puncaknya adalah kesulitan dan kehinaan hidup di dunia lebih lebih di akhirat.

[4] Bercermin dari sejarah .

Kekahalan perang uhud disebabkan ketidak ta’atannya diantara pasukan para Pemanah kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Allah Ta’ala berfirman :

أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَـذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran : 165)

Imam Bukhari rahimahullahu Ta’ala menceritakan dalam Shahih-nya dari Al- Barra` bin ‘Azib:

جَعَلَ النَّبِيُّ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الرَّجَّالَةِ يَوْمَ أُحُدٍ وَكَانُوا خَمْسِينَ رَجُلا عَبْدَالله بْنَ جُبَيْرٍ فَقَالَ إِنْ رَأَيْتُمُونَا تَخْطَفُنَا الطَّيْرُ فَلا تَبْرَحُوا مَكَانَكُمْ هَذَا حَتَّى أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ وَإِنْ رَأَيْتُمُونَا هَزَمْنَا الْقَوْمَ وَأَوْطَأْنَاهُمْ فَلا تَبْرَحُوا حَتَّى أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam tentukan seorang komandan bagi pasukan panah yang berjumlah lima puluh orang yang memimpin mereka yaitu ‘Abdullah bin Jubair. Beliau berkata: “Meskipun kamu lihat kami disambar burung, tetaplah kamu di markas kamu ini, sampai kamu dipanggil. Dan kalau kamu lihat kami mengalahkan dan menundukkan mereka, tetaplah kamu di sini sampai kamu dipanggil.” (HR Bukhari).

Demikian juga kekalahan dalam perang Hunai karena sebab dengan bangganya jumlah. Allah Ta’ala berfirman :

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ

“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu’minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa’at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.(QS At Taubah : 25)

Diagnosa yang salah terhadap penyakit umat.

Sebagian kelompok kelompok pergerakan dakwah telah keliru dalam mendiagnosa penyakit umat berupa kehinaan, kelemahan dan keterpurukan yang pada akhirnya hal ini membawa kepada kesalahan menacri solusi dan jalan keluarnya sehingga bukannya memperbaiki tubuh umat tapi malah semakin memperburuk keadaan. Diantara kesalah kesalah tersebut :

[1] Makar orang kafir, sehingga disibukan dengan mempelajari makar musuh musuh islam ,strategi mereka, jumlah kekuatan mereka, persenjataan mereka. Sampai mereka melupakan mempelajari dasar dasar ilmu agama yang merupakan kewajiban pertama sebelum kewajiban yang lain, seperti mempelajari tauhid dan aqidah. Padahal Allah Ta’ala telah berfirman tentang lemahnya makar orang orang kafir :

وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu sedikitpun (QS Ali Imran : 120)

Allah Ta’ala berfirman :

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ

Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (QS Ghafir : 55)

Allah Ta’ala berfirman :

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لِيُثْبِتُوكَ أَوْيَقْتُلُوكَ أَوْيُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللّهُ وَاللّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (QS Al Anfal : 30)

[2] Penguasa yang dzalim, sehingga mereka sibuk memikirkan bagaimana caranya menggulingkan penguasa, menggantikan atau melengserjkan penguasa, mengkritisinya bahkan tidak segan segan mencela penguasa di mimbar mimbar jumat dan hari raya sampai pada taraf mengkafirkan penguasa. Padahal penguasa yang dzalim adalah cerminan dari rakyatnya yang juga dzalim.

Allah Ta’ala berfirman :

وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan. (QS Al An’am : 129)

Imam Ibnu Qoyyim v berkata :

وَتَأمل حكمته تَعَالَى فِي ان جعل مُلُوك الْعباد وأمراءهم وولاتهم من جنس اعمالهم بل كَأَن أَعْمَالهم ظَهرت فِي صور ولاتهم وملوكهم فَإِن ساتقاموا استقامت مُلُوكهمْ وَإِن عدلوا عدلت عَلَيْهِم وَإِن جاروا جارت مُلُوكهمْ وولاتهم وَإِن ظهر فيهم الْمَكْر والخديعة فولاتهم كَذَلِك وَإِن منعُوا حُقُوق الله لديهم وبخلوا بهَا منعت مُلُوكهمْ وولاتهم مَا لَهُم عِنْدهم من الْحق

“Dan perhatikanlah hikmah Allah e dalam menjadikan para Raja, pemimpin dan penguasa mereka diantara bagian dari jenis amalan rakyatnya, bahkan amalan rakyatnya Nampak pada bentuk amalan penguasanya dan para Rajanya, apabila rakyat istiqamah maka rajanya pun akan istiqamah, apabila rakyatnya berbuat adil maka pemimpinnya pun akan berbuat adil, tapi apabila rakyatnya dzalim maka pemimpinnya pun akan dzalim, apabila nampak pada rakyatnya makar dan tipu daya, maka pemimpinnya pun demikian, apabila rakyat enggan menunaikan hak Allah pada mereka, dan berlaku bakhil dengannya, maka pemimpinnya pun tidak akan memberikan kebaikannya” (Miftah Daris Sa’adah 2/177)

Ibnu Abdil ‘Iz Al Hanafi v mengatakan :

وَأَمَّا لُزُومُ طَاعَتِهِمْ وَإِنْ جَارُوا، فَلِأَنَّهُ يَتَرَتَّبُ عَلَى الْخُرُوجِ مِنْ طَاعَتِهِمْ مِنَ الْمَفَاسِدِ أَضْعَافُ مَا يَحْصُلُ مِنْ جَوْرِهِمْ، بَلْ فِي الصَّبْرِ عَلَى جَوْرِهِمْ تَكْفِيرُ السَّيِّئَاتِ وَمُضَاعَفَة الْأُجُورِ، فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى مَا سَلَّطَهُمْ عَلَيْنَا إِلَّا لِفَسَادِ أَعْمَالِنَا، وَالْجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ، فَعَلَيْنَا الِاجْتِهَادُ بالِاسْتِغْفَارِ وَالتَّوْبَة وَإِصْلَاحِ الْعَمَلِ.

Adapun senantiasa mentaati pemimpin walaupun dzalim, karena pengaruh dari memberontak kepada ketaatan dari mereka berupa kerusakan yang lebih besar dari sekedar kedzaliman mereka, akan tetapi sabar atas kedzaliman mereka merupakan penghapus dosa dan dilipat gandakannya pahala. Karena sesungguhnya Allah tidak menimpakan kepada kita penguasa yang dzxalim melainkan dari akibat rusaknya perbuatan kita, dan balasan itu sesuai amalan, maka bagi kita wajib untuk bersungguh sungguh minta ampun kepad Allah, bertaubat serta memperbaiki amalan..”  (Syarah Aqidah At Thohawiyah 2/542)

Ketaatan dalam perkara yang baik kepada penguasa dan para ulamanya, memuliakan serta menghormati mereka adalah sumber kejayaan, keberkahan dan kejayaan umat.

Sahal bin ‘Abdullah At Tasturi berkata :

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَظَّمُوا السُّلْطَانَ وَالْعُلَمَاءَ، فَإِذَا عَظَّمُوا هَذَيْنَ أَصْلَحَ اللَّهُ دُنْيَاهُمْ وَأُخْرَاهُمْ، وَإِذَا اسْتَخَفُّوا بِهَذَيْنِ أَفْسَدَ دُنْيَاهُمْ وَأُخْرَاهُمْ.

 “Manusia senantiasa berada diatas kebaikan selama mereka memuliakan penguasa dan ulama, ketika mereka memuliakan keduanya, maka Allah akan memperbaiki urusan dunia dan akhirat mereka, tapi kalau tidak ada pemuliaan kepada keduanya, rusaklah dunia dan akhirat mereka”  (Tafsir Al Qurthubi 5/262)

[3] Pecah belah, dan bercerai berainya kaum muslimin di berbagai bangsa,  sehingga mereka sibuk menyatukan badan kaum muslimin di berbagai negeri, sibuk mengumpulkan umat dengan membuat kelompok kelompok, ormas ormas yang justru inilah hakekat perpecahan, sebab persatuan itu bukan persatuan badan akantetapi persatuan hati dalam pemahaman dan kebenenaran. Dan jumlah yang banyak (kuantitas) atau bersatu bukanlah jaminan kemenangan dan standar kebenaran.

Allah Ta’ala berfirman :

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu’minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa’at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.(QS At Taubah : 25).

[4] Meninggalkan jihad, sehingga mereka menggelorakan jihad dan memerangi orang kafir di mana mana, menteror orang kafir dimana mana, walaupun cara nya sangat jauh dari tuntunan jihad syar’i. Sementara kewajiban jihad diikat  dengan adanya syarat dan kaedah kaedah jihad, diantara syaratnya adalah adanya kemampuan.

Allah Ta’ala berfirman :

وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِن دُونِهِمْ

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya (QS Al Nafal : 60)

Allah Ta’ala berfirman :

أَوَ لَمَّا أَصَابَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنْفُسِكُمْ

Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. (QS Ali Imran : 165)

Allah Ta’ala hanya akan menolong orang orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (QS Ghofir : 51)

Allah Ta’ala juga berfirman :

فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ

maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS As Shaf : 14)

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

وَحَيْثُ ظَهَرَ الْكُفَّارُ فَإِنَّمَا ذَاكَ لِذُنُوبِ الْمُسْلِمِينَ الَّتِي أَوْجَبَتْ نَقْصَ إِيمَانِهِمْ، ثُمَّ إِذَا تَابُوا بِتَكْمِيلِ إِيمَانِهِمْ نَصَرَهُمُ اللَّهُ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: {وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ} وَقَالَ:{أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ}

“Manakala orang orang Kafir menguasai kaum muslimin sesungguhnya hal itu karena sebab dosa dosa kaum muslimin sendiri yang dengan dosa tersebut menjadi lemahlah iman mereka, jika mereka bertaubat dengan menyempurnakan iman mereka pastilah Allah akan turunkan pertolongan Nya untuk mereka sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS Ali Imran : 139). Allah Ta’ala berfirman : “Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Ali Imran : 165) (Al Jawabus Shahih, Syaikhul Islam  6/450)

Penyakit umat dan solusi nya :

Diantara penyebab utama kelemahan umat islam dan keterpurukan umat islam adalah mereka lalai dari agama, dan penyelisihan mereka terhadap syari’at dari berbagai sisi baik dari sisi ibadah, muamalah bahkan sampai dalam masalah akidah dan prinsip prinsip agama.

Penyelisihan terhadap hak Allah berupa kesyirikan dan kekufuran, penyelisihan terhadap sunnah Nabi shalallahu alaihi wasallam berupa kebid’an dan perkara perkara yang di ada adakan didalam agama adalah sebab kehinaan dan kemunduran umat serta diharamkannya pertolongan dari Allah.

Maka solusnya adalah wajibnya kaum muslimin untuk kembali kepada agamanya yang dilandasi dengan pemahaman yang benar, menegakan syari’atnya yang paling mendasar adalah menegakan tauhidullah, memalingkan semua jenis ibadah hanya kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman :

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلُيَبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعَبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ}

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS An Nuur : 55)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُـمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ شَيْئٌ حَتَّى تَرْجِعُواْ إِلَى دِيْنِكُمْ.

“Apabila kalian melakukan jual beli dengan cara ‘inah, berpegang pada ekor sapi kalian ridha dengan hasil tanaman dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan membuat kalian dikuasai oleh kehinaan yang tidak ada sesuatu pun yang mampu mencabut kehinaan tersebut (dari kalian) sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Dawud : 3462).

Kaum yang beriman dan makna iman adalah kaum yang bertauhid kepada Allah akan selalu mendapatkan pertolongan Allah dan petunjuk di dunia serta akhirat sebagaimana dalam Firman Allah Ta’ala :

إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)” (QS Ghofir : 51)

Kaum yang berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam akan senantiasa mendapat pertolongan dan kemenangan dari Allah, kepada merekalah julukan Thoifah al Manshurah (kelompok yang ditolong oleh Allah) disematkan, sebagaimana dalam sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam :

«لاَ يَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ، حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ»

“Pasti akan selalu ada sekelompok orang dari umatku yang senantiasa meraih kemenangan, sampai ketetapan dari Allah ‘azza wa jalla datang menghampiri mereka. Dan mereka pun tetap di atas kemenangannya.” (HR Bukhari : 7311)

Sebagaimana kunci kemakmuran suatau Negeri adalah ketakwaan dan keimanan. Allah Ta’ala berfirman ;

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوْاْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلأَرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَـٰهُمْ بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

 “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS 7. Al A’raaf : 96) 

Oleh karena itu jaminan keamanan dan petunjuk hanya bagi yang bertauhid yang tidak mencampurkan dan merusak tauhidnya dengan kesyirikan.

Allah Ta’ala menegaskan dalam firman-Nya:

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ اْلأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang berhak mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang berhak mendapatkan petunjuk.” (Al An’am: 82).

Yang dimaksud dengan kezaliman dalam ayat di atas adalah kesyirikan, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menafsirkan ayat ini.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ: {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ} شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَقَالُوا: أَيُّنَا لَمْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيْسَ كَمَا تَظُنُّونَ، إِنَّمَا هُوَ كَمَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ: {يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ}  لَظُلْمٌ عَظِيمٌ “

“Ketika ayat ini turun, terasa beratlah di hati para sahabat, mereka mengatakan siapakah di antara kita yang tidak pernah menzalimi dirinya sendiri (berbuat maksiat), maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam bersabda, “Tidak demikian, akan tetapi yang dimaksud (dengan kezaliman pada ayat tersebut) adalah kesyirikan. Tidakkah kalian pernah mendengar ucapan Luqman kepada anaknya, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (Luqman: 13) (HR Bukhari : 6937).

Demikianlah semoga umat ini senantiasa mendapat pertolongan dari Allah Ta’ala dan mendapat kemenangan sehingga mampu meraih kejayaaan dan kemuliaan. []

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *