MENYAMBUT RAMADHAN DENGAN ILMU YANG BERKAITAN DENGAN AHKAMUS SHIYAM

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

Hal tersebut dikarenakan secara umum wahyu agama ini dibangun diatas dua dasar yaitu ilmu dan amal. Dengan membawa dua dasar inilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus ke muka bumi. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala :

{هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ}

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS. At Taubah : 33, As Shaf : 9)

Al Hafidz Ibnu Katsir rahimahullahu Ta’ala berkata :

وَقَالَ هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ، فَالْهُدَى هُوَ الْعِلْمُ النَّافِعُ، وَدِينُ الْحَقِّ هُوَ الْعَمَلُ الصَّالِحُ

“Dan Allah Ta’ala berfirman, “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk dan agama yang benar.” Maka yang dimaksud petunjuk yaitu ilmu yang bermanfaat dan yang dimaksud dengan agama yang hak adalah amal shalih” (Tafsir Ibnu Katsir 7/303)

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman :

{فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ}

“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan memohonlah ampunan untukmu dan orang-orang beriman laki dan perempuan” (QS. Muhammad: 19)

Ayat tersebut memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk berilmu terlebih dahulu dengan firman-Nya “Maka ketahuilah (berilmulah) …” sebelum berucap dan berbuat yaitu memohon ampunan kepada Allah subhanahu wa Ta’ala.

Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah menuliskan judul bab pada kitab shahihnya dengan : “Bab Ilmu (didahulukan) Sebelum Ucapan dan Beramal“.

Umar bin al-Khattab radhiyallaahu ‘anhu berkata :

تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا

“Belajarlah ilmu sebelum menjadi pemimpin” (HR Ibnu Abi Syaibah)

Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu juga berkata :

لَا يَبِعْ فِي سُوقِنَا إِلَّا مَنْ قَدْ تَفَقَّهَ فِي الدِّينِ

“Janganlah berjualan di pasar kami orang yang belum paham tentang ilmu agama.” (HR. at Tirmidzi)

Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata:

الْعِلْمُ إمَامُ الْعَمَلِ وَالْعَمَلُ تَابِعُهُ

“Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikut ilmu.” (Al-Amru bil Ma’ruf wan Nahyu Anil Munkar karya Ibnu Taimiyyah hal. 15)

Umar bin Abdil Aziz rahimahullah berkata:

مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِح

“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka ia lebih banyak merusak dibandingkan memperbaiki.” (Majmu’ Fataawa Ibn Taimiyyah: 2/383)

Ilmu Menyebabkan Amal yang Sedikit Menjadi Barakah

Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata :

«يَا حَبَّذَا نَوْمُ الْأَكْيَاسِ وَإِفْطَارُهُمْ كَيْفَ يَعِيبُونَ سَهَرَ الْحَمْقَى وَصِيَامَهُمْ؟ وَمِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ بِرِّ صَاحِبِ تَقْوَى وَيَقِينٍ أَعْظَمُ وَأَفْضَلُ وَأَرْجَحُ مِنْ أَمْثَالِ الْجِبَالِ مِنْ عِبَادَةِ الْمُغْتَرِّينَ»

“Duhai seandainya (kita dapatkan) tidur dan makan minumnya orang berilmu. Bagaimana bisa orang terperdaya dengan terjaganya (dalam sholat) dan puasanya orang yang bodoh. Sungguh kebaikan sebesar biji dzarrah dari orang yang bertaqwa dan yakin (berilmu) lebih agung, lebih utama, dan lebih berat timbangannya dibandingkan amalan sebesar gunung dari orang yang tertipu (orang bodoh).” (Hilyatul Awliyaa’ 1/ 211)

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *