Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
[4]-Anjuran memperbanyak amalan ibadah secara umum.
Dianjurkan untuk memperbanyak amalan shalih pada bulan bulan haram yang empat yaitu Dzulqa’idah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Hal ini menunjukkan bahwa meningkatkan amal shalih di bulan-bulan ini sangat dianjurkan, akan tetapi amal shalih yang dimaksud di sini adalah amalan-amalan yang biasa kita kerjakan (yang berdasarkan dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah), seperti sholat, puasa, membaca Al-Qur’an, dzikir, do’a, dan lain-lain. Contohnya, sholat tahajjud, sholat dhuha, puasa 3 hari tiap bulan, puasa Senin Kamis, memperbanyak puasa di bulan-bulan haram, dan lain-lain.
Barangsiapa mengkhususkan suatu amalan pada waktu atau tempat atau bilangan atau cara atau jenis atau sebab tertentu tanpa dalil maka berarti ia telah mengada-ada dan telah berbuat bid’ah dalam agama.
[5]-Keutamaan Bulan Rajab
Bulan Rajab tidak memiliki keutamaan khusus selain sebagi bulan haram saja yang dianjurkan padanya memperbanyak ibadah dan meninggalkan dosa dan maksiat sekecil apapun. Oleh karena itu, tidak diperbolehkan mengerjakan puasa Bulan Rajab secara khusus atau mengkhususkan puasa pada hari-hari pertama Bulan Rajab. Bahkan hal ini menyelisihi para salafus shalih dimana dahulu ’Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah melarang seorang melakukan puasa Rajab, dan memaksanya untuk membatalkan puasanya tersebut.
Diriwayatkan dari Khursyah bin Al-Hur p ia berkata :
رَأَيْتُ عُمُرَ يَضْرِبُ أَكْفَ النَّاسِ فِي رَجَبٍ حَتَّى يَضَعُوْهَا فِي الْجَفَانَ وَيَقُوْلُ كُلُوْا فَإِنَّمَا هُوَ شَهْرٌ كَانَ يُعَظِّمُهُ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ.
”Aku pernah melihat ’Umar radhiyallahu ‘anhu memukul telapak tangan orang-orang yang berpuasa Rajab hingga mereka meletakkan tangan-tangan mereka di piring. ’Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Makanlah!” Karena sesungguhnya ini adalah bulan yang dahulu pernah diagung-agungkan oleh kaum jahiliyah.” [1]
Maksud larangan Umar puasa dibulan Rajab pada hadits diatas jika mengkhususkan puasa dengan meyakini ada pahala pahala tertentu
[6]-Perkataan para ulama tentang hadits-hadits keutamaan Bulan Rajab dan pengkhususan beribadah didalamnya.
(1)-Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah p berkata :
وَأَمَّا صَوْمُ رَجَبٍ بِخُصُوصِهِ، فَأَحَادِيثُهُ كُلُّهَا ضَعِيفَةٌ، بَلْ مَوْضُوعَةٌ، لَا يَعْتَمِدُ أَهْلُ الْعِلْمِ عَلَى شَيْءٍ مِنْهَا، وَلَيْسَتْ مِنْ الضَّعِيفِ الَّذِي يُرْوَى فِي الْفَضَائِلِ، بَلْ عَامَّتُهَا مِنْ الْمَوْضُوعَاتِ الْمَكْذُوبَاتِ
“Adapun puasa Rajab secara khusus, maka seluruh haditsnya lemah, bahkan palsu, tidak ada seorang ahli ilmu pun yang berpegang dengannya, dan bukan pula termasuk kategori lemah yang boleh diriwayatkan dalam fadhail (keutamaan-keutamaan beramal), bahkan seluruhnya termasuk hadits palsu yang dusta.” [2]
(2)-Beliau p juga mengatakan :
أَنَّ تَعْظِيْمَ شَهْرِ رَجَبَ مِنَ الْأُمُوْرِ الْمُحْدَثَةِ الَّتِيْ يَنْبَغِيْ اجْتِنَابُهَا وَأَنَّ اتِّخَاذَ شَهْرِ رَجَبَ مَوْسِماً بِحَيْثُ يفردُ بِالصَّوْمِ مَكْرُوْهٌ عَنِ الإِمَامِ أَحْمَدَ رَحِمَهُ اللَّهُ وَغَيْرِهِ
“Mengagungkan Bulan Rajab termasuk perkara mengada-ada dalam agama yang harus dijauhi, Imam Ahmad dan ulama lainnya tidak menyukainya mengkhususkannya dengan berpuasa”. [3]
(3)-Al-‘Allamah Ibnul Qoyyim p berkata :
وَكُلُّ حَدِيثٍ فِي ذِكْرِ صَوْمِ رَجَبٍ وَصَلاةِ بَعْضِ اللَّيَالِي فِيهِ فَهُوَ كَذِبٌ مُفْتَرًى كَحَدِيثِ “مَنْ صَلَّى بَعْدَ الْمَغْرِبِ أَوَّلَ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ عِشْرِينَ رَكْعَةً جَازَ عَلَى الصِّرَاطِ بِلا حِسَابٍ”.
“Dan semua hadits yang berbicara tentang puasa Rajab dan shalat pada sebagian malamnya adalah dusta yang diada-adakan seperti hadits barang siapa yang shalat setelah shalat maghrib pada malam pertama Bulan Rajab 20 rakaat maka akan melewati shirath tanpa dihisab.” [4]
(4)-Imam Ibnu Rajab p berkata :
فَأَمَّا الصَّلَاةُ فَلَمْ يَصِحَّ فِيْ شَهْرِ رَجَبٍ صَلَاةٌ مَخْصُوْصَةٌ، تَخْتَصُّ بِهِ، وَالْأَحَادِيْثُ الْمَرْوِيَّةُ فِيْ صَلَاةِ الرَّغَائِبِ فِيْ أَوَّلِ لَيْلَة جُمْعَةٍ مِنْ شَهْرِ رَجَبٍ كَذِبٌ وَبَاطِلٌ لَا تَصِحُّ، وَهَذِهِ الصَّلاَةُ بِدْعَةٌ عِنْدَ جُمْهُوْرِ الْعُلَمَاءِ
“Adapun shalat maka tidak ada yang shahih (dalil) mengkhususkan shalat dibulan Rajab dan hadits-hadits yang diriwayatkan tentang shalat Raghaaib dimalam Jumat pertama Bulan Rajab adalah dusta lagi bathil tidak shahih dan shalat raghaib ini hukumnya bid’ah menurut mayoritas ulama”[5]
(5)-Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’i p berkata :
لَمْ يَرِدْ فِيْ فَضْلِ شَهْرِ رَجَبٍ وَلَا فِيْ صِيَامِهِ، وَلَا فِيْ صِيَامِ شَيْءٍ مِنْهُ مُعَيَّنٍ، وَلَا فِيْ قِيَامِ لَيْلَةٍ مَخْصُوْصَةٍ فِيْهِ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ يَصْلُحُ لِلْحُجَّةِ
“Tidak ada satu hadits shahih pun yang yang dapat dijadikan hujjah tentang keutamaan bulan Rajab, tidak puasanya, tidak pula puasa khusus di hari tertentu dan tidak pula sholat malam di malam yang khusus.” [6]
[1] HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya 3/102
[2] Majmu’ Al-Fatawa, 25/290
[3] Iqtidha shirathal mustaqim 2/629
[4] Al-Manaarul Muniif, hal. 96
[5] Latho’iful Ma’arif, hal. 228-229
[6] Tabyinul ‘Ajab, hal. 11