KIAT SELAMAT DARI ADZAB KUBUR

KIAT SELAMAT DARI ADZAB KUBUR

Oleh : Abu Ghozie As Sundawie

Kiat selamat dari ‘Adzab kubur.
_______________
Secara umum penyebab selamat dari ‘adzab kubur diantaranya :

[1] Mentauhidkan Allah Ta’ala dalam beribadah dan tidak mencampurinya dengan segala bentuk kesyirikan baik yang besar atau kecil.

Allah Ta’ala berfirman :

{الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ}

“Orang-orang yang beriman (bertauhid) dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (kesyirikan), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” 

Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat diatas :

أَيْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَخْلَصُوا الْعِبَادَةَ لِلَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ، لَهُ، وَلَمْ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا هُمُ الْآمِنُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الْمُهْتَدُونَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

“Yakni mereka orang-orang yang mengikhlaskan (memurnikan) ibadah semata-mata hanya kepada Allah tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, maka bagi mereka mendapatkan jaminan keamanan pada hari kiamat, mendapatkan petunjuk didunia dan di akhirat” 
Maka barang siapa yang mati dengan membawa tauhid dengan sempurna maka baginya jaminan keamanan dan petunjuk yang sempurna pula, dan masuk surga tanpa ‘adzab 

[2] Menjaga untuk tetap melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Allah Ta’ala berfirman :

{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ}

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. 

[3] Berusaha meraih sebab-sebab kematian dalam keadaan husnul khatimah, seperti meninggal sedang berperang dijalan Allah, atau meninggal pada malam jum’at atau hari jum’at, demikian juga meninggal karena sakit perut.

Allah Ta’ala berfirman :

{وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ  فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ  يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ}

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rejeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.”

Dari Al Miqdam berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ: يَغْفِرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دُفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ، وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ، وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ

“Bagi orang yang mati syahid itu di sisi Allah ada enam (balasan):
(1) Akan diampuni baginya (dosa-dosanya) sejak pertama kali cucuran darah (nya keluar),
(2) Ia akan melihat tempatnya di surga,
(3) Ia akan diselamatkan dari siksa kubur dan kedahsyatan yang besar (pada hari Kiamat),
(4) Akan dihiasi dengan mahkota keimanan,
(5) Aa akan dikawinkan dengan tujuh puluh dua istri yang berupa (dari jenis) bidadari, dan
(6) Ia akan diterima syafa’atnya untuk tujuhpuluh orang keluarganya”.

Dari Abdullah bin ‘Amer bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ القَبْرِ

“Tidak lah seorang muslim yang mati pada malam jum’at atau hari jum’at kecuali Allah akan selamatkan dia dari fitnah kubur”

Adapun meninggal karena sakit perut didasarkan kepada riwayat  ‘Abdullah bin Yasar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

مَنْ يَقْتُلُهُ بَطْنُهُ، فَلَنْ يُعَذَّبَ فِي قَبْرِهِ

“Barang siapa yang meninggal akibat sakit perut maka ia tidak akan di ‘adzab di dalam kuburnya”. 

[4] Melakukan amalan yang pahalanya mengalir walaupun setelah kematian, seperti shadaqah jariyah, anak shalih dan mengajarkan ilmu.

Dari Abu Hurairah Radhyallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ، انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ صَدَقَةٍ تَجْرِي لَهُ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali dari 3 hal : Ilmu yang bermanfaat, atau sedekah jariyah, dan anak yang shalih yang mendoakan kepada orang tuanya” 

[5] Berusaha agar di shalatkan lebih dari 40 kaum muslimin.
Hal ini didasarkan kepada riwayat dari Kuraib maula (mantan budak) Ibnu ‘Abbas dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya anaknya meninggal dunia di Qudaid atau di ‘Usfan, lalu Ibnu ‘Abbas  bertanya kepada Kuraib, “wahai Kuraib lihatlah apakah orang orang sudah pada kumpul (untuk menyolatkan jenazah)”, Kuraib pun keluar dan melihatnya ternyata orang-orang sudah pada berkumpul, lalu ia mengabarkannya kepada Ibnu ‘Abbas, maka Ibnu ‘Abbas pun bertanya lagi “apakah kira-kira mencapai 40 orang?” Kuraib berkata, “iya “ , Ibnu ‘Abbas  berkata, “kalau begitu keluarkan jenazah untuk di shalati, karena aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ، فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا، لَا يُشْرِكُونَ بِاللهِ شَيْئًا، إِلَّا شَفَّعَهُمُ اللهُ فِيهِ»

“Tidaklah seorang muslim yang meninggal lalu berdiri atas jenazahnya 40 orang yang tidak menyekutukan Allah menyolatkannya, kecuali Allah memberikan syafaat melalui mereka untuk mayyit tersebut”

Dan dari ‘Aisyah Radhyallahu anhuma dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda :

مَا مِنْ مَيِّتٍ تُصَلِّي عَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ يَبْلُغُونَ مِائَةً، كُلُّهُمْ يَشْفَعُونَ لَهُ، إِلَّا شُفِّعُوا فِيهِ

“Tidaklah ada mayyit muslim yang shalat atasnya sekelompok dari kaum muslimin mencapai 100 orang semuanya meminta syafaat (mendoakannya) kecuali akan diberinya syafaat (oleh Allah)”  

[6] Membaca surat Al Mulk.
Secara khusus surat Al Mulk memiliki keistimewaan sebagai penyelamat dari ‘adzab kubur bagi yang membacanya. Dari Ibnu Mas’ud Radhyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

سُورَةُ تَبَارَكَ هِيَ الْمَانِعَةُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“surat Tabarak ia adalah pencegah dari ‘Adzab kubur” 

Al Munawi berkata :

أَي الكافة لَهُ عَن قَارِئهَا إِذا مَاتَ وَوضع فِي قَبره فَلَا يعذب فِيهِ

“Yakni mencukupinya bagi yang membaca (surat Tabarak)  apabila mati dan di letakkan dikuburnya ia tidak di ‘adzab didalamnya” 

Abul Hasan Al Mubarakfury berkata :

وَأَمَّا قَوْلُهُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ هِيَ اَلْمُنْجِيَةُ فَمَعْنَاهُ إِنَّ تِلاَوَةَ هَذِهِ السُّوْرَةِ فِيْ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا تَكُوْنُ سَبَباً لِنَجَاةٍ تَالِيْهَا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ

“Adapun sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam surat Tabarak adalah Al Munjiyat (penyelamat), maknanya adalah bahwasanya yang membaca surat tabarak ini ketika di dunia maka ia menjadi sebab diselamatkan kelak dari ‘adzab kubur wallahu a’lam” 

Dari Abu Hurairah Radhyallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda :

إِنَّ سُورَةً مِنَ القُرْآنِ ثَلَاثُونَ آيَةً شَفَعَتْ لِرَجُلٍ حَتَّى غُفِرَ لَهُ، وَهِيَ سُورَةُ تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ المُلْكُ»

“Sesungguhnya diantara surat Al Qur’an ada 30 ayat yang bisa member syafa’at kepada seseorang sehingga diampuni dosanya yaitu surat Tabarak” 

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membiasakan membaca surat tabarak ini sebelum tidurnya. Sebagaimana riwayat dari sahabat Jabir bin ‘Abdullah Radhyallahu anhu ia berkata :

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَا يَنَامُ حَتَّى يَقْرَأَ الم تَنْزِيلُ ، وَتَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ المُلْكُ

“Bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau tidak tidur sebelum membaca Alif laam mim Tanzil (surat As Sajdah) dan surah Tabarok” 

[7] Amalan dari orang yang masih hidup lalu di niatkan pahalanya untuk orang yang telah meninggal seperti haji, umrah, sodaqah, dan puasa qadha termasuk do’a kepada mayyit adalah perkara yang bisa menyelamatkan mayyit dari ‘adzab kubur.

Dari Ibnu ‘Abbas ia berkata :

تُوُفِّيَتْ أُمُّ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ رضي الله عنه وَهُوَ غَائِبٌ عَنْهَا , فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ, إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا, فَهَلْ يَنْفَعُهَا شَيْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا؟ , قَالَ: نَعَمْ , قَالَ : فَإِنِّي أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِي  الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَنْهَا

Ibundanya Sa’ad bin ‘Ubadah wafat, sementara Sa’ad sedang tidak ada di tempat. Lalu ia mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan berkata, “wahai Rasulullah sesungguhnya ibuku wafat sementara aku tidak ada di tempat, apakah bermanfaat baginya apabila aku bersedekah dengan sesuatu atas namanya?”, Beliau menjawab, iya”. Lalu ia berkata, “maka aku menjadikan mu sebagai saksi bahwa kebunku yang ada di mikhraf sebagai sedekah atas namanya”. 

[8] Memperbanyak membaca doa perlindungan dari ‘adzab kubur.
Didalam sebuah kesempatan, ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sedang menguburkan salah seorang sahabat anshar, beliau memberikan wejangan tentang perjalanan ruh, lalu beliau mengingatkan para sahabatnya agar banyak berlindung dari ‘adzab kubur  :

اِسْتَعِيْذُوْا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“Berlindunglah kalian kepada Allah dari ‘adzab kubur” 
Momen berlindung dari adzab kubur Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan do’a berlindung kepada Allah dari ‘Adzab kubur dalam 4 keadaan :

[1] Berlindung kepada Allah dari ‘adzab kubur secara mutlak kapanpun dimanapun.

Dari Anas bin Malik ia berkata :

كَانَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ، وَالجُبْنِ وَالبُخْلِ وَالهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالمَمَاتِ»

“Nabi shallallahu alaihi wasallam biasa membaca doa “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, bakhil, dan penyakit dimasa tua (pikun) dan aku berlindung kepada Mu dari ‘adzab kubur, aku berlindung dari fitnah hidup dan mati” 

[2] Berlindung kepada Allah dari ‘adzab kubur waktu pagi dan petang.
Dari Ibnu Mas’ud radhyallahu anhu ia berkata :

كَانَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا أَمْسَى قَالَ: أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ وَإِذَا أَصْبَحَ قَالَ ذَلِكَ أَيْضًا: أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ

“Adalah Nabi shallallahu alaihi wasallam apabila masuk waktu sore beliau membaca “Kami telah memasuki waktu sore dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Tuhan, aku mohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabb, aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabb! Aku berlindung kepadaMu dari siksaan di Neraka dan siksa kubur. Dan apabila masuk waktu pagi juga membaca Kami memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah.” 

[3] Berlindung kepada Allah dari ‘Adzab kubur didalam setiap shalat diakhir shalat sebelum salam setelah tasyahud.
Dari A’isyah Radhyallahu anhuma isteri Nabi shallallahu alaihi wasallam ia berkata :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو فِي الصَّلاَةِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا، وَفِتْنَةِ المَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ المَأْثَمِ وَالمَغْرَمِ

“Bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa berdo’a didalam shalat, Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Dajjal al masih, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan fitnah mati, yaa Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan utang” 

Dan dari Abu Hurairah radhyallahu anhu, Bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الْآخِرِ، فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ: مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Apabila salah seorang diantara kalian selesai baca tasyahud akhir maka berlindunglah kepada Allah dari empat hal : dari siksa neraka Jahanam, siksa kubur, fitnah hidup dan mati, dan dari keburukan fitnah Dajjal al masih” 

[4] Berlindung dari adzab kubur Ketika terjadi gerhana.
Imam al Bukhari rahimahullah membuat bab didalam kitab shahihnya :  Bab : Memohon Perlindungan dari Siksa kubur Saat Terjadi Gerhana, lalu membawakan hadits :

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ يَهُودِيَّةً جَاءَتْ تَسْأَلُهَا فَقَالَتْ لَهَا أَعَاذَكِ اللَّهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ فَسَأَلَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُعَذَّبُ النَّاسُ فِي قُبُورِهِمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَائِذًا بِاللَّهِ مِنْ ذَلِكَ ثُمَّ رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ غَدَاةٍ مَرْكَبًا فَخَسَفَتْ الشَّمْسُ فَرَجَعَ ضُحًى فَمَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ الْحُجَرِ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي وَقَامَ النَّاسُ وَرَاءَهُ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ثُمَّ رَفَعَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ فَسَجَدَ ثُمَّ قَامَ فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ فَسَجَدَ وَانْصَرَفَ فَقَالَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ ثُمَّ أَمَرَهُمْ أَنْ يَتَعَوَّذُوا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

Dari ‘Aisyah isteri Nabi shallallahu alaihi wasallam, bahwa ada seorang wanita Yahudi datang bertanya kepadanya, ia katakan, “Apakah Allah akan melindungi anda dari siksa kubur?” Maka Aisyah menanyakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Apakah manusia akan disiksa dalam kubur mereka?” Rasulullah lalu menjawab: “Aku berlindung darinya.” Kemudian di pagi hari Rasulullah pergi mengendarai tunggangannya, tiba-tiba terjadi gerhana matahari. Lalu beliau segera kembali saat masih waktu dhuha, beliau melewati di antara kamar-kamar (isterinya), beliau kemudian mendirikan shalat dengan diikuti oleh orang-orang di belakangnya. Beliau berdiri dengan lama, lalu rukuk dengan rukuk yang panjang, lalu mengangkat (kepala) kemudian berdiri dengan panjang, namun tidak sepanjang yang pertama. Kemudian rukuk kembali dengan panjang namun tidak sepanjang rukuk yang pertama, kemudian beliau mengangkat kepalanya dan sujud. Kemudian beliau kembali berdiri dengan panjang namun tidak sepanjang yang pertama, lalu rukuk dengan panjang namun tidak sepanjang rukuk yang pertama, lalu mengangkat (kepala) dan berdiri dengan panjang namun tidak sepanjang yang pertama. Kemudian beliau rukuk dengan panjang namun tidak sepanjang rukuk yang pertama. Kemudian beliau mengangkat kepalanya, lalu sujud dan mengakhiri shalatnya. Kemudian beliau bersabda sebagaimana yang dikendaki Allah, kemudian memerintahkan orang-orang agar mereka memohon perlindungan dari siksa kubur.” 

Demikianlah ahlus sunnah dalam prinsip akidahnya yaitu menetapkan ‘adzab kubur, dimana masalah ini diingkari oleh kelompok yang menyimpang dari kalangan kaum khowarij dan mu’tazilah serta kaum filsafat, alasan mereka menolak ‘adzab kubur adalah karena tidak adanya dalil yang tegas didalam Al Qur’an serta tidak masuk akal, maka demikianlah ahli bid’ah dan hawa nafsu mereka menggunakan akalnya untuk menolak dalil syari’at, mereka mendahulukan akal diatas wahyu, dimana hal ini berbeda dengan ahlus sunnah mereka menggunakan akalnya untuk memahami dalil syari’at dengan tetap mengedepankan wahyu diatas akal.
wallahu a’lam.

Semoga bermanfaat.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *