Oleh : Abu Ghozie As Sundawie
Diantara kewajiban seorang Muslim terhadap Al Quran adalah mentadaburinya, dengan membaca tafsir para ulama, sehingga akan mendapatkan petunjuk dengan sebab memahami kandungan Al Quran.
Syaikh Fuad bin Abdul ‘Aziz As Syalhub hafidzahullah berkata :
تَضَافَرَتِ النُّصُوْصُ عَلَى تَدَبُّرِ آيَاتِ الْكِتَابِ الْعَزِيْزِ، وَقَدْ سَبَقَ بَيَانٌ طَرَفاً مِنْ ذَلِكَ. وَفِيْ قَوْلِهِ تَعَالَى : {أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Banyak sekali teks Al Quran yang menunjukan wajibnya mentadaburi Al Quran. Dan sebagiannya telah dijelaskan diatas. Dan tentang firman Allah Ta’ala Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
(QS An Nissa : 82)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata :
يَأْمُرُ تَعَالَى بِتَدَبُّرِ كِتَابِهِ وَهُوَ التَّأَمُلُ فِيْ مَعَانِيْهِ وَتَحْدِيقُ الْفِكْرِ فِيْهِ وَفِيْ مَبَادِئِهِ وَعَوَاقِبِهِ، وَلَوَازِمِ ذَلِكَ فَإِنَّ تَدَبُرَ كِتَابِ اللهِ مِفْتَاحٌ لِلْعُلُوْمِ وَالْمَعَارِفِ
“Allah Ta’ala memerintahkan untuk memperhatikan kitab Nya, yaitu dengan memikirkan setiap maknanya serta kandungannya secara intensif, mabda’nya, akibatnya, serta berbagai kewajibannya, karena dalam memperhatikan al quran ada kunci ilmu pengetahuan .
وَبِهِ يَسْتَنْتْج كُلَّ خَيْرٍ وَتَسْتَخْرِجُ مِنْهُ جَمِيْعُ الْعُلُوْمٍ وَبِهِ يَزْدَادُ اْلإِيْمَانُ فِيْ الْقَلْبِ وَتَرَسَّخَ شَجَرَتُهُ فَإِنَّهُ يُعَرِّفُ بِالرَّبِّ الْمَعْبُوْدِ وَمَا لَهُ مِنْ صِفَاتِ الْكَمَالِ وَمَا يُنَزَّهُ عَنْهُ مِنْ سِمَاتِ النَّقْصِ
Dengannya dapat diambil berbagai kebaikan dan dimunculkan darinya berbagai ilmu. Dengannya keimanan di dalam hati akan bertambah dan menguat karena itu akan membawa kepada mengenal Ar Rabb Al Ma’bud dan sifat-sifat kesempurnaan milik Nya serta apa yang mensucikan Nya dari sifat kekurangan.
وَيُعَرِّفُ الطَّرِيْقَ اَلْمُوصِلَةَ إِلَيْهِ وَصِفَةَ أَهْلِهَا، وَمَا لَهُمْ عِنْدَ الْقُدُوْمِ عَلَيْهِ
Dengan memperhatikannya juga akan menunjukan jalan yang membawa kepada-Nya menunjukan ciri-ciri hamba-Nya serta menunjukan apa yang akan mereka dapatkan ketika mereka menghadap-Nya.
وَيُعَرِّفُ العَدُوَ الَّذِيْ هُوَ الْعَدُوُّ عَلَى الْحَقِيْقَةِ وَالطَرِيْقَ اَلْمُوصِلَةَ إِلَى الْعَذَابِ، وَصِفَةَ أَهْلِهَا، وَمَا لَهُمْ عِنْدَ وُجُوْدِ أَسْبَابِ الْعِقَابِ
Dengan memperhatikannya seseorang akan mengetahui musuh-musuhnya, musuh sejatinya, dan mengetahui jalan- jalan yang akan menyeretnya ke arah adzab atau ke Neraka-Nya dan ciri–ciri penghuninya dan apa yang mereka dapatkan ketika terdapat setiap penyebab siksaan baginya.
وَكُلَّمَا ازْدَادَ الْعَبْدُ تَأَمُّلًا فِيْهِ ازْدَادَ عِلْمًا وَعَمَلًا وَبَصِيْرَةً، لِذَلِكَ أَمَرَ اللَّهُ بِذَلِكَ وَحَثَّ عَلَيهِ وَأَخبَرَ أنَّهُ هُوَ الْمَقْصُوْدُ بِإِنْزَالِ الْقُرْآنِ
Dan seorang Hamba semakin dia memikirkan kandungan Al Quran ilmunya akan bertambah juga amal dan hujjahnya nyata. Oleh karena itu Allah Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk mentadaburi Al Quran menekankannya dan memberitakan bahwasanya itulah maksud dan tujuan Al Quran diturunkan,
كَمَا قَالَ تَعَالَى : {كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
Sebagaimana didalam firman Nya, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.
وَالسَّلَفُ مِنَ الصَّحَابَةِ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ وَمَنْ بَعْدَهُمْ طَبَقُوْا ذَلِكَ عَمَلِياً . روى الامام أحمد عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: حَدَّثَنَا مَنْ كَانَ يُقْرِئُنَا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
Ulama terdahulu dari kalangan para sahabat Radhiyallahu Anhum dan orang-orang yang setelah mereka telah mempraktekkan hal itu.
Imam Ahmad Rahimahullah meriwayatkan dari Abu Abdirrahman, dia berkata, “Memberitakan kepada kami orang-orang yang mengajarkan kami di antara para sahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
أَنَّهُمْ كَانُوا يَقْتَرِئُونَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ آيَاتٍ ، فَلَا يَأْخُذُونَ فِي الْعَشْرِ الْأُخْرَى حَتَّى يَعْلَمُوا مَا فِي هَذِهِ مِنَ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ، قَالُوا: فَعَلِمْنَا الْعِلْمَ وَالْعَمَلَ (المسند (22971)) .
Bahwasanya mereka mempelajari Al-Qur’an dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sepuluh ayat. Mereka tidak mempelajari ayat lain hingga mereka mengetahui kandungan sepuluh ayat ini baik ilmu dan amal.
Mereka mengatakan, ‘Kami mempelajari ilmu dan juga amal.”
(Musnad Ahmad no 22971)
ويُسْتَأْنَسُ لِذَلِكَ أَيْضاً بِمَا رَوَاهُ مَالِكٌ فِيْ مُوَطَأِهِ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، قَالَ: كُنْتُ أَنَا وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ جَالِسَيْنِ، فَدَعَا مُحَمَّدٌ رَجُلاً،
Dan yang menguatkan hal itu, hadits yang diriwayatkan Imam Malik dalam Muwaththa’-nya, dari Yahya bin Sa’id, dia berkata, “Saya dan Muhammad bin Yahya bin Hibban sedang duduk. Muhammad memanggil seorang laki-laki,
فَقَالَ: أَخْبِرْنِي بِالَّذِي سَمِعْتَ مِنْ أَبِيكَ، فَقَالَ الرَّجُلُ: أَخْبَرَنِي أَبِي أَنَّهُ سأَل زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ، فَقَالَ: كَيْفَ تَرَى فِي قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ فِي سَبْعٍ؟
Lalu berkata, ‘Beritakanlah kepadaku apa yang kamu dengar dari ayahmu.” Laki-laki itu menjawab, “Ayahku memberitahukan kepadaku bahwasanya dia mendatangi Zaid bin Tsabit lalu berkata kepadanya, “Bagaimana pendapatmu tentang mengkhatamkan Al-Qur’an dalam tujuh hari?
فَقَالَ زَيْدٌ : حَسَنٌ، وَلأَنْ أَقْرَأَهُ فِي نِصْفِ شَهْرٍ، أَوْ عَشْرٍين لَيْلَةً، أَحَبُّ إِلَيَّ، وَسَلْنِي لِمَ ذَاكَ؟ قَالَ: فَإِنِّي أَسْأَلُكَ، قَالَ زَيْدٌ: لِكَيْ أَتَدَبَّرَهُ , وَأَقِفَ عَلَيْهِ
Zaid menjawab, ‘Bagus, seandainya aku mengkhatamkan Al-Our’an pada setengah bulan atau sepuluh hari itu lebih kusukai. Tanyalah aku, mengapa begitu?” Ayahku berkata, “Aku menanyakan hal itu kepadamu.’ Zaid berkata, “Agar aku dapat memikirkan kandungannya dan mengamalkannya’.”
(Al Muwatha no 320)
(Kitabul Adab, hal. 13)
_____
_Silahkan di share, Allahu yubarik fiikum-_____🌱