Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan dari bulan-bulan lainnya, diantaranya adalah:
1. Bulan Diturunkannya Al-Qur’an dan kitab-kitab Illahiyyah samawiyyah lainnya.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ…
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, serta pembeda (antara yang haq dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa diantara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu …”. ([1])
Allah Z telah memilih bulan Ramadhan tepatnya pada malam Lailatul Qadar sebagai bulan untuk diturunkannya Al-Qur’an dan kitab-kitab Samawi (kitab yang diturunkan dari langit) lainnya, sebagai pedoman bagi kehidupan manusia.
Allah Z berfirman :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Malam Kemuliaan”. ([2])
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”. ([3])
Watsilah bin Al-Asqa’ p meriwayatkan dari Nabi k bahwa beliau bersabda:
أُنْزِلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيمَ فِيْ أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ وَالْإِنْجِيلُ لِثَلَاثَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَ الْقُرْآنُ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِيْنَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ
“Suhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama di bulan Ramadhan, sedangkan Taurat pada tanggal enam bulan Ramadhan, adapun Injil tanggal tiga belas dari bulan Ramadhan, dan diturunkan Al-Qur’an pada tanggal dua puluh empat bulan Ramadhan”. ([4])
Al-Imam Ibnu Katsir f berkata: “Allah a memuji bulan Ramadhan dari bulan-bulan lainnya, karena Dia telah memilihnya diantara semua bulan sebagai bulan yang padanya diturunkan Al-Qur’an yang agung. Sebagaimana Allah a telah mengkhususkan seperti terdapat dalam hadits bahwasannya pada bulan Ramadhan juga telah diturunkan kitab-kitab Ilahiyyah kepada para Nabi k ; Shuhuf (Ibrahim), Taurat, Injil, dan Zabur diturunkan kepada para Nabi secara sekaligus. Adapun Al-Qur’an sesungguhnya diturunkan secara sekaligus ke Baitul ‘Izzah di langit dunia dan itu terjadi di bulan Ramadhan pada malam Lailatul Qadar, sebagaimana Firman Allah a, ‘Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar’. Dan Firman Allah a, ‘Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an di malam yang penuh berkah’, Kemudian Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad a secara bertahap sesuai dengan kejadian-kejadiannya”. ([5])
Al-Imam Ibnu Jarir At-Thabari f berkata: “Al-Qur’an diturunkan dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan, lalu Allah a menurunkannya kepada Nabi Muhammad k sesuai dengan yang dikehendaki-Nya”.([6])
Ibnu ‘Abbas f berkata: “Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus dari Ad-Dzikir (Lauhul Mahfudz) pada malam ke-24 ([7]) dari Ramadhan lalu disimpan di Baitul ‘Izzah (langit dunia)”([8])
2. Pintu surga dibuka.
3. Pintu neraka ditutup.
4. Syaithan-syaithan dibelenggu.
5. Pintu rahmat dibuka.
6. Pintu langit dibuka.
7. Ada penyeru yang menyeru: “Wahai pencari kebaikan sambutlah Ramadhan, Wahai pencari keburukan berhentilah (raih ampunan)”.
8. Setiap Malamnya Allah a Membebaskan Hamba-Nya dari Api Neraka.
Ketujuh poin di atas dalilnya terdapat dalam hadits Abu Hurairah I dimana Rasulullah k bersabda:
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
“Apabila tiba awal malam bulan Ramadhan, maka syaithan-syaithan dan jin yang durhaka dibelenggu, pintu-pintu Neraka ditutup dan tidak ada satu pintu pun yang dibuka, pintu-pintu Surga dibuka dan tidak ada satu pintu pun yang ditutup, lalu (malaikat) penyeru menyerukan, ‘Wahai orang yang menghendaki kebaikan, datanglah. Wahai orang yang menghendaki kejelekan, berhentilah.’ Allah juga mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari Neraka, dan itu (terjadi) pada tiap malam”. ([9])
Dalam riwayat lain:
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Ramadhan telah datang kepada kalian, -ia adalah- bulan berkah, Allah -Azza wa Jalla- telah mewajibkan kepada kalian berpuasa. Di bulan itu pintu langit dibuka, dan pintu Neraka Jahim ditutup, serta syetan-syetan pembangkang dibelenggu. Demi Allah, di bulan itu ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikannya, maka sungguh ia tidak mendapatkannya”. ([10])
Dalam lafadz Bukhari f :
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ
“Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu Surga dibuka”. ([11])
إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ
“Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu langit dibuka, sedangkan pintu-pintu Jahannam ditutup, dan syetan-syetan dibelenggu”. ([12])
Dalam lafadz Muslim f:
إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
“Apabila bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu rahmat, ditutuplah pintu-pintu Neraka Jahanam, dan syetan-syetan dibelenggu”. ([13])
Ada beberapa makna yang dijelaskan oleh para ulama tentang arti “syaithan dibelenggu”, yang itu bisa bermakna secara hakiki (dzohirnya) dan bisa juga bermakna secara maknawi. Al-Hafidz Ibnu Hajar f berkata: “Al-Qurthubi f mengatakan setelah menguatkan makna hadits kepada makna dzohir: ‘Apabila ada yang bertanya mengapa kejahatan dan kemaksiatan pada bulan Ramadhan tetap banyak, seandainya syaithan itu dibelenggu tentu hal itu tidak terjadi? Maka jawabannya: Gangguan syaithan melemah terhadap orang yang berpuasa yang puasanya terpenuhi syarat-syaratnya serta menjaga adab-adabnya, atau maksudnya yang dibelenggu itu hanya sebagian dari syetan yaitu hanya pentolan-pentolan syetan yang jahat (Marodatus Syayathin) tidak seluruhnya, sebagaimana dalam sebagian riwayat. Atau yang dimaksud syetan dibelenggu adalah berkurangnya (taqlil) keburukan, dan ini perkara yang bisa kita rasakan, dimana kejahatan pada bulan Ramadhan lebih berkurang dibandingkan bulan lainnya, dan seandainya syetan dibelenggu seluruhnya pun tidak mengharuskan tidak adanya keburukan atau kemaksiatan sama sekali, karena keburukan, dosa, dan maksiat ada penyebab yang lain selain syetan seperti jiwa yang memang jelek, adat yang jelek, atau syetan dari jenis manusia’”. ([14])
Al-Hafidz Al-Baihaqi f mengatakan:
وَالمَعْنَى فِيْهِ أَنَّ الشَّيَاطِيْنَ لاَ يَخْلُصُوْنَ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ فِيْ إِفْسَادِ النَّاسِ إِلَى مَا يَخْلُصُوْنَ إِلَيْهِ فِيْ غَيْرِهِ, لِاشْتِغَالِ أَكْثَرِ اْلمُسْلِمِيْنَ بِالصِّيَامِ الَّذِيْ فِيْهِ قَمْعُ الشَّهَوَاتِ وَبِقِرَأَةِ اْلقُرْآنِ وَسَائِرِ اْلعِبَادَاتِ وَاللهُ أَعْلَمُ
“Maksud hadits ini (“syaithan dibelenggu”) bahwasannya pada bulan Ramadhan syaithan tidak bisa bebas dalam mengganggu manusia sebagaimana pada bulan-bulan lainnya, karena mayoritas kaum muslimin sibuk dengan puasa, membaca Al-Qur’an, dan ibadah-ibadah lainnya yang dapat mengerem syahwat mereka, Wallahu A’lam”. ([15])
9. Adanya Malam Lailatul Qadar.
Diantara keistimewaan bulan Ramadhan adalah adanya malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah a ber-Firman:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Malam Kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah Malam Kemuliaan itu? Malam Kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. ([16])
Rasulullah k bersabda:
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Ramadhan telah datang kepada kalian, -ia adalah- bulan berkah, Allah -Azza wa Jalla- telah mewajibkan kepada kalian berpuasa. Di bulan itu pintu langit dibuka, dan pintu Neraka Jahim ditutup dan syetan-syetan pembangkang dibelenggu. Demi Allah, di bulan itu ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikannya, maka sungguh ia tidak mendapatkannya”. ([17])
Kebaikan malam Lailatul Qadar lebih afdhal dari seribu bulan itu maksudnya adalah kebaikan amal (Khairiyyatul ‘Amal), artinya orang yang mengisi malam Lailatul Qadar dengan beramal shalih maka pahala amalannya lebih baik dari amalan seribu bulan (kurang lebih 83,4 tahun) yang dilakukan pada malam-malam yang lain selain Lailatul Qadar. Dan ini karunia besar dari Allah a kepada umat ini yang mana umur mereka rata-rata sangat pendek bila dibandingkan umur umat-umat sebelumnya. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hurairah f bahwa Rasulullah k bersabda:
عُمْرُ أُمَّتِي مِنْ سِتِّينَ سَنَةً إِلَى سَبْعِينَ سَنَةً
“Usia umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun”. ([18])
10. Bulan Pelebur Dosa
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana begitu murahnya Allah a menurunkan ampunan untuk para hamba-Nya yang berdosa siang ataupun malam. Sampai-sampai dikatakan hina dan celaka kalau seandainya seseorang mendapati bulan Ramadhan lalu tidak dalam keadaan terampuni dosa-dosanya selepas Ramadhan. Rasulullah k bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ
“Celakalah seseorang yang apabila disebutkan namaku di sisinya kemudian ia tidak membacakan shalawat kepadaku. Celakalah seseorang yang apabila Ramadhan tiba kepadanya, kemudian -Ramadhan- habis sebelum dosa-dosanya diampuni. Celakalah seseorang yang menemukan kedua orangtuanya telah lanjut usia kemudian keduanya tidak memasukannya ke dalam Surga”. ([19])
Dari Abu Hurairah f, ia berkata bahwa Nabi k bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan dan menegakkan (ibadah) dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka diampunilah dosanya yang telah lampau. Barangsiapa menegakkan (ibadah) pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampunilah dosanya yang telah lampau”. [20]
Dari Abu Hurairah f bahwasanya Rasulullah k telah bersabda:
الصَّلَواتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ.
“Shalat lima waktu, dan shalat Jum’at ke shalat Jum’at berikutnya, serta (puasa) Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menjadi pelebur dosa selama tidak melakukan dosa besar”.
Dalam riwayat lain :
وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ
“Puasa Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya menjadi pelebur dosa antara keduanya apabila meninggalkan dosa besar”. ([21])
11. Bulan Di-ijabahnya Do’a
Dari Abu Hurairah atau Abu Sa’id i mereka mengatakan bahwa Rasulullah k bersabda:
«إِنَّ لِلهِ عُتَقَاءَ فِي كُلِّ يَوْمٍ ولَيلَةٍ، لِكُلِّ عَبدٍ مِنْهُم دَعوَةٌ مُستَجَابَةٌ»
“Sesunggunhnya Allah a memiliki (hamba-hamba yang) dibebaskan (dari api Neraka) pada setiap hari dan malam (bulan Ramadhan) diantara mereka do’a-do’a yang di-ijabah”. ([22])
Dalam lafadz lain:
أنَّ لِهَؤلاءِ العُتَقَاءِ مِنَ النَّارِ دَعَوَاتٍ مُستَجَابةً عِنْدَ اللهِ تَعَالَى، فَجَمَعَ اللهُ تَعَالَى لَهُمْ بَيْنَ أَجْرَيْنِ عَظِيمَيْنِ: العِتْقِ مِنَ النَّار، وَاسْتِجَابَةِ دُعَائِهِمْ.
“Sesungguhnya bagi mereka yang dibebaskan dari api Neraka, do’a-do’a-nya di-ijabah. Maka Allah a telah menggabungkan dua pahala besar bagi mereka yaitu pembebasan dari api Neraka dan di-ijabahnya do’a”. ([23])
———————–
([1]) QS Al-Baqarah: 185.
([2]) QS Al-Qadr: 1.
([3]) QS Ad-Dukhan: 3.
([4]) HR Ahmad, 4/107: 16984, Dihasankan oleh Syaikh Al Albani 5 dalam As-Shahihah: 1575, dan Syaikh Muqbil Al Wadi’i 5, lihat kitab As-Shahihul Musnad min Ahkamis Shiyam: 70.
([5]) Shahihu Tafsiri Ibni Katsir, Mushthafa Al-‘Adawi: 1/210.
([6]) Tafsir At-Thabari: 2/114.
([7]) Malam ke 24 ini menurut Ibnu ‘Abbas L adalah malam Lailatul Qadar dan sepuluh akhir yang ganjil, sebagaimana perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 5, dan kemungkinan maksud malam 24 itu adalah 24 malam yang telah berlalu atau 24 malam yang akan datang pada bulan Ramadhan, lihat Nidaaur Rayyan Fi Fiqhis Shaum: 1/183.
[8] Tafsir At-Thabari: 2/114.
[9] Shahih Sunan Tirmidzi: 682, Shahih Ibnu Majah: 1642.
([10]) HR An-Nasa’i: 2079, Ahmad: 2/230.
([11]) HR Bukhari: 1765.
([12]) HR Bukhari: 1766.
([13]) HR Muslim: 1079.
[14] Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani: 4/114.
[15] Fadhoilul Auqaat, 143.
([16]) QS Al-Qadr: 1-5.
([17]) HR An-Nasa’i: 2079, Ahmad: 2/230.
[18] HR Ibnu Majah: 4236, As-Shahihah: 757.
([19]) Shahih Sunan Tirmidzi: 3545, kitab Al-Misykah: 927, redaksi bagian akhirnya diriwayatkan oleh Muslim.
([20]) Shahih Sunan Tirmidzi: 683. Sunan Ibnu Majah: 1326, dan asalnya riwayat Muttafaq ‘alaih (Bukhari & Muslim).
([21]) Muslim: 1/144,Mukhtashar Shahih Muslim: 205.
([22]) HR Ahmad: 2/254, Thabrani dalam Al-Ausath:6/257.
[23] Al-Muntaqa lil Haditsi fi Ramadhan: 20.