Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Ketakwaan seorang da’i dan penuntut ilmu harus melebihi yang lainnya, karena dengan bertaqwa maka Allah Ta’ala akan menambahkan ilmu kepadanya.
Seorang da’i yang membiasakan dirinya di dalam kebiasaan-kebiasaan kebaikan, maka ucapannya akan terasa berat dan bermakna bagi orang yang mendengarkannya.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam setelah memerintahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam untuk melakukan shalat malam, Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا.
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.” (QS. Al-Muzammil : 5)
Allah Ta’ala juga berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Hadid : 28).
Cahaya yang dengannya seorang berjalan maksudnya ilmu, dan itu diraih setelah bertaqwa.
Allah Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS. Al Anfal : 29).
Ayat ini menunjukan bahwa diantara sebab mendapat Al Furqaan (ilmu yang dengannya membedakan antara yang haq dan yang bathil) adalah ketaqwaan.
Al Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan :
قَالَ اِبْن عَبَّاس وَالسُّدِّيّ وَمُجَاهِد وَعِكْرِمَة وَالضَّحَّاك وَقَتَادَة وَمُقَاتِل بْن حَيَّان وَغَيْر وَاحِد ” فُرْقَانًا ” مَخْرَجًا زَادَ مُجَاهِد فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَة وَفِي رِوَايَة عَنْ اِبْن عَبَّاس ” فُرْقَانًا ” نَجَاة وَفِي رِوَايَة عَنْهُ نَصْرًا وَقَالَ مُحَمَّد بْن إِسْحَاق ” فُرْقَانًا ” أَيْ فَصْلًا بَيْن الْحَقّ وَالْبَاطِل
“Ibnu Abbas, as-Sudy, Ikrimah, ad-Dhahak, Qatadah, Muqatil bin Hayyan mengatakan : Furqanan (dalam ayat diatas) adalah jalan keluar (Makhrajan). Mujahid menambahkan, jalan keluar di dunia dan akhirat. Dalam sebuah riwayat Ibnu Abbas mengatakan, Furqanan adalah keselamatan (najatan), pertolongan (nasran), sedangkan Muhammad bin Ishaq mengatakan Furqanan adalah pembeda antara yang haq dan yang bathil (fashlan bainal haqi wal bathil)”. (Tafsir Ibnu Katsir 2/301)
Al-Imam Malik rahimahullah menasehati kepada muridnya Al-Imam as-Syafi’i rahimahullah dengan mengatakan :
إِنِّيْ أَرَى اللَّهَ قَدْ أَلْقَى عَلَى قَلْبِكَ نُوْرًا فَلَا تُطْفِئْهُ بِظُلْمَةِ الْمَعْصِيَّةِ
“Sesungguhnya aku melihat bahwasanya Allah telah menanamkan dalam hatimu cahaya (ilmu) maka jangan kau padamkan cahaya itu dengan gelapnya dosa”. (I’lamul Muwaqi’in 4/258)
Demikianlah semoga kita selalu di berikan keistiqamahan diatas ketaqwaan. Wallahu waliyyut Taufiq.