KAPAN LAILATUL TERJADINYA QODAR?

?️ Abu Ghozie As Sundawie
________________

Rasulullah ﷺ bersabda:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qodr pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qodr pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir Ramadhan.”
(HR. Al-Bukhari)

?️ Akan tetapi penghitungan malam ganjil :

● Bisa dihitung dari depan, yaitu malam 21, 23, 25, 27 dan 29.

● Bisa pula dihitung dari belakang (malam-malam yang tersisa), yaitu 9, 7, 5, 3 dan 1 hari yang tersisa.

? Maka apabila dihitung dari belakang malam ganjil adalah malam-malam genap apabila dihitung dari depan, yaitu malam 22, 24, 26, 28 dan 30.

Dalam hal ini Rasulullah ﷺ telah bersabda bersabda,

الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى

“Carilah lailatul qodr di sembilan malam yang tersisa, tujuh malam yang tersisa dan lima malam yang tersisa.”
(HR. Al-Bukhari)

Rasulullah ﷺ juga bersabda,

فَالْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ الْتَمِسُوهَا فِى التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ

“Maka carilah lailatul qodr di sepuluh malam terakhir Ramadhan, carilah di malam ke 9, 7 dan 5 (yang tersisa).”
(HR. Muslim)

Hadits yang mulia ini dijelaskan maknanya oleh Sahabat yang Mulia Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu,

إِذَا مَضَتْ وَاحِدَةٌ وَعِشْرُونَ فَالَّتِى تَلِيهَا ثِنْتَيْنِ وَعِشْرِينَ وَهْىَ التَّاسِعَةُ فَإِذَا مَضَتْ ثَلاَثٌ وَعِشْرُونَ فَالَّتِى تَلِيهَا السَّابِعَةُ فَإِذَا مَضَى خَمْسٌ وَعِشْرُونَ فَالَّتِى تَلِيهَا الْخَامِسَةُ

⏺️ Apabila telah berlalu malam 21 maka yang berikutnya adalah malam 22, itulah malam 9 (yang tersisa)

⏺️ Apabila berlalu malam 23 maka yang berikutnya (malam 24) adalah malam 7 (yang tersisa)

⏺️ Apabila telah berlalu malam 25 maka yang berikutnya (malam 26) adalah malam 5 (yang tersisa).”
(HR Muslim)

? Dan itu berlaku sampai akhir Ramadhan, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ

الْتَمِسُوهَا فِى تِسْعٍ يَبْقَيْنَ أَوْ فِى سَبْعٍ يَبْقَيْنَ أَوْ فِى خَمْسٍ يَبْقَيْنَ أَوْ فِى ثَلاَثٍ أَوْ آخِرِ لَيْلَةٍ

“Carilah lailatul qodr pada 9 hari yang tersisa, atau 7 hari yang tersisa, atau 5 hari yang tersisa, atau 3 hari yang tersisa, atau malam yang terakhir.”
(HR. At-Tirmidzi, Shahihul Jaami’: 1243)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

لَكِنَّ الْوِتْرَ يَكُونُ بِاعْتِبَارِ الْمَاضِي فَتُطْلَبُ لَيْلَةَ إحْدَى وَعِشْرِينَ وَلَيْلَةَ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ وَلَيْلَةَ خَمْسٍ وَعِشْرِينَ وَلَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَلَيْلَةَ تِسْعٍ وَعِشْرِينَ.وَيَكُونُ بِاعْتِبَارِ مَا بَقِيَ كَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {لِتَاسِعَةٍ تَبْقَى لِسَابِعَةٍ تَبْقَى لِخَامِسَةٍ تَبْقَى لِثَالِثَةٍ تَبْقَى}.

“Akan tetapi malam ganjil itu bisa dilihat kepada hari yang telah berlalu, maka ia dicari pada malam 21, 23, 25, 27 dan 29.

Dan bisa dilihat kepada hari yang tersisa, sebagaimana sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, “Pada sembilan malam yang tersisa, tujuh malam yang tersisa, lima malam yang tersisa, tiga malam yang tersisa.”

فَعَلَى هَذَا إذَا كَانَ الشَّهْرُ ثَلَاثِينَ يَكُونُ ذَلِكَ لَيَالِيَ الْأَشْفَاعِ. وَتَكُونُ الِاثْنَيْنِ وَالْعِشْرِينَ تَاسِعَةً تَبْقَى وَلَيْلَةُ أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ سَابِعَةً تَبْقَى.

Atas dasar perhitungan dengan melihat kepada hari-hari yang tersisa tersebut, apabila bulan mencapai 30 hari maka lailatul qadr terdapat pada malam-malam genap, dan jadilah malam ke-22 sebagai sembilan hari yang tersisa dan malam ke-24 sebagai tujuh hari yang tersisa,

وَهَكَذَا فَسَّرَهُ أَبُو سَعِيدٍ الخدري فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ. وَهَكَذَا أَقَامَ النَّبِيُّ ﷺ فِي الشَّهْرِ. وَإِنْ كَانَ الشَّهْرُ تِسْعًا وَعِشْرِينَ كَانَ التَّارِيخُ بِالْبَاقِي كَالتَّارِيخِ الْمَاضِي.

Demikianlah yang ditafsirkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri dalam hadits yang shahih.

Dan demikianlah Nabi shallallahu alaihi wasallam mengamalkannya di bulan itu.

Adapun jika bulan hanya 29 hari maka hitungan malam ganjil dengan penanggalan sisa hari sama dengan penanggalan hari yang telah berlalu.

وَإِذَا كَانَ الْأَمْرُ هَكَذَا فَيَنْبَغِي أَنْ يَتَحَرَّاهَا الْمُؤْمِنُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ جَمِيعِهِ كَمَا قَالَ النَّبِيُّ ﷺ {تَحَرَّوْهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ} وَتَكُونُ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ أَكْثَرَ. وَأَكْثَرُ مَا تَكُونُ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ كَمَا كَانَ أبي بْنُ كَعْبٍ يَحْلِفُ أَنَّهَا لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ.

Jadi, apabila kenyataannya seperti ini maka hendaklah seorang mukmin itu berusaha mendapati lailatul qadr pada sepuluh malam terakhir seluruhnya (bukan hanya pada tanggal-tanggal ganjil saja)

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam ;

“Carilah lailatul qadr pada sepuluh malam terakhir.”
(Majmu’ Fatawa 25/285)

? Tanggal terjadinya lailatul qodar yang paling sering

Kebanyakannya terdapat pada tujuh malam terakhir, dan lebih banyak lagi terjadi pada malam 27 sebagaimana Ubay bin Ka’ab pernah bersumpah bahwa lailatul qadr itu pada malam 27.

Jika demikian keadaannya maka kita jangan terpaku kepada ganjil genapnya, tapi fokuslah kepada ibadah di sepuluh malam yang akhir, tanpa melihat genap atau ganjil.

Wallahu a’lam.
_________________ ?

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *