Al Imam Ibnu Rajab al Hanbali –rahimahullah- berkata :
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَكْمَلَ لَنَا الدِّينَ، وَأَتَمَّ عَلَيْنَا النِّعْمَةَ، وَجَعَلَ أُمَّتَنَا وَلِلَّهِ الْحَمْدُ خَيْرَ أُمَّةٍ وَبَعَثَ فِينَا رَسُولًا مِنَّا يَتْلُو عَلَيْنَا آيَاتِهِ، وَيُزَكِّينَا وَيُعَلِّمُنَا الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ.
Segala puji hanya milik Allah yang telah menyempurnakan agama bagi kita dan juga menggenapkan ni’mat atas kita, serta menjadikan umat kita ini alhamdulillah sebaik baik umat, dan juga telah mengutus seorang Rasul dari kita kepada kita yang membacakan kepada kita ayat ayat Nya, mensucikan kita (dari dosa dan kecenderungan kepada keburukan), serta mengajarkan kita al Qur’an dan As Sunnah.
PELAJARAN :
Dari Muqaddimah penulis rahimahullah, kita dapat memetik beberapa pelajaran, diantaranya :
[1] Penulis mengawali kitabnya dengan BASMALAH karena beberapa sebab :
(1)-Mengikuti Al Quran yang memulai ayat ayatnya dengan Basmalah kecuali surat At Taubah, karena ia bukanlah awal surat akan tetapi kelanjutan dari surat sebelumnya yaitu surat Al Anfal.
Atau kalaupun Surat At Taubah dianggap awal surat maka pencantuman BASMALAH kurang tepat karena surat at Taubah diawali dengan pedang dan siksa (atas orang orang kafir dan munafiq), sehingga kurang tepat dicantumkan kata RAHMAT (kasih sayang) sebelumnya yang terdapat dalam basmalah. (Durusun Minal Quran al Karim, hal. 43-44)
(2)-Meneladani perbuatan Nabi shalallahu alaihi wasallam dalam tulis menulisnya, seperti surat Beliau kepada Heraklius penguasa Romawi :
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
أَنَّ أَبَا سُفْيَانَ بْنَ حَرْبٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ هِرَقْلَ أَرْسَلَ إِلَيْهِ فِي نَفَرٍ مِنْ قُرَيْشٍ وَكَانُوا تِجَارًا بِالشَّأْمِ فَأَتَوْهُ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قَالَ ثُمَّ دَعَا بِكِتَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُرِئَ فَإِذَا فِيهِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ السَّلَامُ عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ
“Bahwa Abu Sufyan bin Harb telah mengabarkan kepadanya bahwa Heraklius (raja Ramawi) pernah mengutusnya kepada sekelompok orang orang Quraisy yaitu para pedagang di Syam, setelah itu para pedagang tersebut menemuinya -lalu perawi menyebutkan riawayat hadits, dia berkata; “Kemudian Heraklius meminta surat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika dibaca ternyata di dalamnya tertulis “BISMILLAHIR RAHMAANIR RAHIIM (dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang), dari Muhammad hamba Allah dan Rasul-Nya kepada Hiraklius raja Ramawi, salam kesejahteraan bagi yang mengikuti petunjuk, amma ba’du.” (HR Bukhari dan Muslim)
Demikian juga sebagaimana dalam surat perjanjian peristiwa Hudaibiyah :
عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ قُرَيْشًا صَالَحُوا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِيهِمْ سُهَيْلُ بْنُ عَمْرٍو، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَلِيٍّ: ” اكْتُبْ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ “، فَقَالَ سُهَيْلٌ: أَمَّا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، فَلَا نَدْرِي مَا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، وَلَكِنْ اكْتُبْ مَا نَعْرِفُ: بِاسْمِكَ اللهُمَّ، فَقَالَ: ” اكْتُبْ: مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللهِ “، قَالَ: لَوْ عَلِمْنَا أَنَّكَ رَسُولُ اللهِ لَاتَّبَعْنَاكَ، وَلَكِنْ اكْتُبْ اسْمَكَ، وَاسْمَ أَبِيكَ، قَالَ: فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اكْتُبْ مِنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ “، وَاشْتَرَطُوا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ مَنْ جَاءَ مِنْكُمْ لَمْ نَرُدَّهُ عَلَيْكُمْ، وَمَنْ جَاءَ مِنَّا رَدَدْتُمُوهُ عَلَيْنَا، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَتَكْتُبُ هَذَا؟ قَالَ: ” نَعَمْ، إِنَّهُ مَنْ ذَهَبَ مِنَّا إِلَيْهِمْ فَأَبْعَدَهُ اللهُ
“Dari Anas ia berkata, bahwasanya Orang orang Quraisy membuat perjanjian (Hudaibiyyah) dengan Nabi shalallahu alaihi wasallam, dipihak mereka Suhail bin ‘Amer, maka Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Tulislah bismillahirahmaanirrahim”. Suhail pun berkata, “Adapun Bismillahirrahmanirrahim maka kami tidak mengetahuinya, maka tulislah yang kami tahu, ‘Bismikallahumma”. Maka Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun bersabda, “Tulislah dari Muhammad utusan Allah”. Suhail mengatakan, “Kalau seandainya kami mengetahui (meyakini) engkau utusan Allah maka tentu kami mengikutimu, namun tulis saja namamu dan nama bapakmu”. Anas berkata, maka Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,”Tulislah dari Muhammad bin ‘Abdullah”. Maka merekapun mensyaratkan kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam bahwa barangsiapa yang datang dari pihak kalian kepada kami maka kami tidak akan mengembalikan kepada kalian, sebaliknya siapa yang datang dari kami maka kalian harus mengembalikan kepada kami”. Ali berkata, “Wahai Rasulullah apakah engkau tulis ini?”. Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Iya, sesungguhnya jika ada yang kembali dari kita kepada mereka (murtad) maka semoga Allah menjauhkannya” (HR Ahmad : 13827)
(3)-Perbuatan para sahabat :
Dari Anas bin Malik ia berkata :
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، كَتَبَ لَهُ هَذَا الكِتَابَ لَمَّا وَجَّهَهُ إِلَى البَحْرَيْنِ: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ هَذِهِ فَرِيضَةُ الصَّدَقَةِ الَّتِي فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى المُسْلِمِينَ، وَالَّتِي أَمَرَ اللَّهُ بِهَا رَسُولَهُ، «فَمَنْ سُئِلَهَا مِنَ المُسْلِمِينَ عَلَى وَجْهِهَا، فَلْيُعْطِهَا
“Bahwasanya Abu Bakar Radhiyallahu anhu menulis surat untuknya yaitu ketika dia diutus ke al-Bahrain, di antara isinya: “Bismillaahir Rahmaanir Rahiim (dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang). Ini adalah kewajiban zakat yang diwajibkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas kaum muslimin dan ini pula yang diperintahkan Allah atas Rasul-Nya, maka barangsiapa dari kaum muslimin yang diminta untuk mengeluarkannya dengan cara yang benar, maka hendaklah mereka mengeluarkannya. (HR Bukhari : 1454)
(4)- Kebiasaan para ulama didalam mengawali kitab kitab mereka :
Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata :
قال بعضهم : يجب على كل شارع في التصنيف أربعة أمور : البسملة والحمدلة والصلاة على النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ والتشهد . ليس المراد الوجوب الشرعي ، بل من حيث الصناعة والتأليف
“Sebagian para Ulama berkata, “Wajib bagi setiap penulis untuk mengawali tulisannya 4 hal, Basmalah, Hamdalah, sholawat kepada Nabi, dan Syahadat, dan wajib disini bukanlah wajib syar’i namun suatu keharusan dalam penulisan saja”
(5)-Dalam rangka TABARRUK atau ngalap berkah dengan nama Allah. Oleh karena itu tidak diperbolehkan baca basmallah ketika mengawali aktifitas dosa dan maksiat, karena dalam lafadz basmallah ada makna meminta pertolongan sembari ngalap berkah melalui nama nama Allah, Bagaimana mungkin dia melakukan dosa dengan mengharap pertolongan dan keberkahan dari Allah Ta’ala.
[2] Nikmat yang paling agung adalah nikmat agama , nikmat iman dan islam.
Allah Ta’ala menyebutnya dalam al Quran bahwa Islam adalah nikmat secara mutlak yang telah Allah sempurnakan bagi UMAT ini.
Allah Ta’ala berfirman :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS Al Maidah : 3)
[3] Agama Islam telah sempurna, maka tidak butuh penambahan ataupun pengurangan didalamnya dari sisi manapun.
Hal ini berdasarkan Firman Allah dalam ayat diatas :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS Al Maidah : 3).
Tentang ayat ini Imam Malik rahimahullah berkata :
مَنِ ابْتَدَعَ فِيْ الْإِسْلَامِ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً فَقَدْ زَعَمَ أَنَّ مُحَمَداً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَانَ الرِّسَالَةِ، لِأَنَّ اللَّهَ يَقُوْلُ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْناً فَلَا يَكُوْنُ الْيَوْمَ دِيْناً
“Barang siapa yang melakukan bid’ah (mengada ada) didalam islam dengan suatu bid’ah dan memandangnya sebagai suatu kebaikan maka sungguh ia telah menyangka bahwa Muhammad shalallahu alaihi wasallam mengkhianati risalah (tidak menyampaikan agama ini seluruhnya), karena Allah telah berfirman Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, maka perkara yang pada saat itu bukan bagian dari agama, pada hari inipun bukan bagian dari agama” (Al I’thishom, Imam Syathibi 1/49)
[4] Umat Islam adalah umat akhir zaman, umat yang terbaik secara mutlak.
Allah Ta’ala berfirman :
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ
” Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran : 110).
Allah Ta’ala juga berfirman tentang umat islam :
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِّلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمينَ مِن قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيداً عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ
” Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu , dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong” (QS Al-Hajj : 78)
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ}
” Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”. (QS Al-Baqarah : 143)
Keutamaan umat akhir zaman sebagai umat terbaik juga disebutkan dalam hadits berikut :
عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ} [آل عمران: 110] قَالَ: «أَنْتُمْ تُتِمُّونَ سَبْعِينَ أُمَّةً أَنْتُمْ خَيْرُهَا وَأَكْرَمُهَا عَلَى اللَّهِ»
“Dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya. Bahwasanya ia mendengar Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda dengan membaca firman Allah, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dkeluarkan untuk manusia.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya kalian adalah penyempurna tujuh puluh umat. Kalian adalah umat terbaik dan mulia di sisi Allah” (HR Tirmidzi : 301, Ibnu Majah : 4288)
[5] Al-hikmah yang dimaksud adalah SUNNAH karena digandengkan dengan lafadz al Kitab maka maknanya SUNNAH, adapun jika al hikmah disebutkan tanpa digandengkan dengan lafadz al Kitab maka maknanya adalah meletakan sesuatu pada tempatnya. []