INDAHNYA HIDUP DIATAS SUNNAH

(1)-Mendapatkan kecintaan dan ampunan

Para ulama mengatakan :

أَنَّ فِيْ اتِّبَاعِ السُّنَّةِ وَلُزُوْمِهَا تَحْصِيْلَ الْمَحَبَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ مِنَ اللَّهِ

Bahwasanya dalam ittiba’ (mengikuti) kepada sunnah (petunjuk) Rasulullah sahalallahu alaihi wasallam dan berpegang dengannya akan mendapatkan KECINTAAN dan AMPUNAN dari Allah

Allah Ta’ala berfirman :

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allâh, ittiba’lah (ikutilah) aku, niscaya Allâh mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Ta’atilah Allâh dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allâh tidak menyukai orang-orang kafir”. (QS Ali Imran : 31-32)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata berkenaan dengan tafsir ayat ini:

هَذِهِ الْآيَةُ الْكَرِيمَةُ حَاكِمَةٌ عَلَى كُلِّ مَنِ ادَّعَى مَحَبَّةَ اللَّهِ، وَلَيْسَ هُوَ عَلَى الطَّرِيقَةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ فَإِنَّهُ كَاذِبٌ فِي دَعْوَاهُ فِي نَفْسِ الْأَمْرِ

Ayat yang mulia ini sebagai batu ujian bagi setiap orang yang mengaku cinta Allah namun tidak berada diatas Sunnah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam maka ia dusta dalam pengakuannya dalam hal ini.

حَتَّى يَتَّبِعَ الشَّرْعَ الْمُحَمَّدِيَّ وَالدِّينَ النَّبَوِيَّ فِي جَمِيعِ أَقْوَالِهِ وَأَحْوَالِهِ، كَمَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: “مَنْ عَمِلَ عَمَلا لَيْسَ عَلَيْهِ أمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ”

Sehingga ia mengikuti syari’at Nabi Muhammad dan agamanya dalam semua perkataan dan keadaannya, sebagaimana dalam hadits shahih dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, “Siapa yang beramal ibadah yang tidak ada tuntunannya dari kami maka ia tertolak”

وَلِهَذَا قَالَ: قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ أَيْ: يَحْصُلُ لَكُمْ فَوْقَ مَا طَلَبْتُمْ مِنْ مَحَبَّتِكُمْ إِيَّاهُ، وَهُوَ مَحَبَّتُهُ إِيَّاكُمْ، وَهُوَ أَعْظَمُ مِنَ الْأَوَّلِ

Oleh karena itu Allah berfirman, “Katakan lah jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku nisvaya Allah akan mencintai kalian”, yakni kalian akan mendapatkan diatas apa yang kalian inginkan dimana kalian mencintai Allah lalu kalian mendapatkan kecintaan Allah dan ia lebih agung dari sekedar kalian mencintai Allah

كَمَا قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ الْعُلَمَاءِ : لَيْسَ الشَّأْنُ أَنْ تُحِبّ، إِنَّمَا الشَّأْنُ أَنْ تُحَبّ وَقَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ وَغَيْرُهُ مِنَ السَّلَفِ: زَعَمَ قَوْمٌ أَنَّهُمْ يُحِبُّونَ اللَّهَ فَابْتَلَاهُمُ اللَّهُ بِهَذِهِ الْآيَةِ، فَقَالَ : قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ .

Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama, “Bukan hal penting kalian mencintai Allah, tapi yang lebih penting itu adalah bagaimana kalian dicintai Allah”. Imam Hasan Bashri mengatakan, “Suatu kamu mengklaim bahwa mereka cinta Allah, maka merekapun di uji oleh Allah dengan ayat ini, Allah berfirman, “Katakan jika kalian mencintai Allah maka Ittiba’lah kepada ku niscaya kalian akan di cintai oleh Allah” (Tafsir Ibnu Katsir 2/32)

(BERSAMBUNG)

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *