HUKUM TIDURNYA ORANG YANG JUNUB

Oleh : Abu Ghozie As Sundawie

31- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ : أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رضي الله عنه قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ , أَيَرْقُدُ أَحَدُنَا وَهُوَ جُنُبٌ ؟ قَالَ : نَعَمْ , إذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرْقُدْ

“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, Bahwasanya ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata, “wahai Rasulullah, apakah boleh salah seorang diantara kami tidur dalam keadaan ia junub? Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ya boleh apabila salah seorang diantara kalian telah berwudhu maka tidurlah.” (HR Bukhari dan Muslim dari Kitab Umdatul Ahkam No Hadits 31)

PEMBAHASAN HADITS  : Anjuran berwudhu bagi orang yang junub dikala mau tidur.

FAEDAH DAN PELAJARAN DARI HADITS :

[1] Anjuran berwudhu bagi yang sedang junub dikala mau tidur. Perintah berwudhu dalam hadits diatas tidak menunjuukan hukum wajib, karena ada pemaling nya dari wajib kepada mustahab (sunnah).

Umul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنَامُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَمَسَّ مَاءً

“Adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam beliau tidur dalm keadaan junub padahal tidak menyentuh air (tidak bersuci)”. (HR Abu Dawud : 228).
Riwayat diatas menunjukan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam meninggalkan bersuci dikala mau tidur padahal beliau dalam keadaan junub. Ini menunjukan perintah wudhu didalam hadits diatas bukanlah wajib karena kalau seandainya ia wajib tidak mungkin Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam meninggalkannya.

[2] Hikmah berwudhu bagi yang junub adalah untuk meringankan hadats besar, ada juga diantara ulama yang mengatakan agar didekati para Malaikat berdasarkan riwayat dari ‘Amar bin Yasar, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ثَلَاثَةٌ لَا تَقْرَبُهُمُ الْمَلَائِكَةُ: جِيفَةُ الْكَافِرِ، وَالْمُتَضَمِّخُ بِالْخَلُوقِ، وَالْجُنُبُ، إِلَّا أَنْ يَتَوَضَّأَ

“Ada 3 (tiga) golongan manusia yang tidak akan didekati para Malaikat : Bangkainya orang kafir, orang yang memakai minyak wangi yang mencolok warnanya (karena menyerupai minyak wanginya kaum perempuan), dan orang yang junub kecuali yang berwudhu.” (HR Abu Dawud : 4180)

[3] Diantara yang disyari’atkan juga bagi yang junub untuk berwudhu adalah apabila mau mengulangi jima’ dengan istrinya.

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ أَهْلَهُ، ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يَعُودَ، فَلْيَتَوَضَّأْ

“Apabila salah seorang diantara kalian berjima’ dengan istrinya lalu ingin mengulangi jima’ maka berwudhulah” (HR Muslim : 308).

Perintah dalam hadits ini pun bukan menunjukan kewajiban, karena didalam Hadits Riwayat Hakim ada tambahan lafadz “bagi siapa yang mau”
Bahkan yang lebih afdhal lagi bukan hanya sekedar wudhu tapi mandi.

Dari Abi Rafi’ berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

طَافَ عَلَى نِسَائِهِ فِي لَيْلَةٍ، وَكَانَ يَغْتَسِلُ عِنْدَ كُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ» فَقِيلَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلَا تَجْعَلُهُ غُسْلًا وَاحِدًا، فَقَالَ: «هُوَ أَزْكَى، وَأَطْيَبُ، وَأَطْهَرُ»

“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menggilir (jima’) dengan seluruh para istrinya dalam satu malam, lalu beliau mandi setiap berjima’ dengan salah seorang dari mereka. Lalu beliau ditanya kenapa tidak satu kali mandi saja untuk semua. Beliau menjawab, “ia lebih suci, lebih baik dan lebih bersih” (HR Ibnu Majah : 590)

[4] Dianjurkan juga untuk berwudhu ketika mau tidur walaupun tidak sedang junub. Dari Al-Barra bin ‘Ajib ia berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ، فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ، ثُمَّ قُلْ: اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ، فَإِنْ مُتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ، فَأَنْتَ عَلَى الفِطْرَةِ، وَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَتَكلَّمُ بِهِ “. قَالَ: فَرَدَّدْتُهَا عَلَى النَّبِيِّ فَلَمَّا بَلَغْتُ: اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ، قُلْتُ: وَرَسُولِكَ، قَالَ: «لاَ، وَنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *