HUKUM MENYENTUH MUSHAF TANPA WUDLU

๐Ÿ–Š๏ธ Abu Ghozie As Sundawie
__________________

Terkait masalah diatas ada beberapa penjelasan diantaranya :

[1] Apa hukum menyentuh mushaf tanpa wudhu ?

๐Ÿ”– Maka dalam masalah ini ada khilaf di kalangan para ulama :

โ™ก Menurut Mayoritas ulama termasuk madzhab yang empat mengatakan tidak boleh menyentuh mushaf tanpa punya wudlu atau suci, baik suci dari hadats kecil lebih-lebih dari hadats besar.

Demikian pula sama hukumnya ketika ada orang yang hendak memindahkan posisi mushaf dari satu tempat ke tempat lain, termasuk dalam masalah seperti keadaan orang-orang yang bekerja di percetakan Mushaf, pembantu yang membersihkan ruangan ada Mushaf di meja atau di rak yang juga di bersihkan dari debu maka mereka harus suci dari hadats kecil juga hadats besar.

Dasar hukum dari masalah ini adalah firman Allah Taโ€™ala :

{ู„ูŽุง ูŠูŽู…ูŽุณู‘ูู‡ู ุฅูู„ู‘ูŽุง ุงู„ู’ู…ูุทูŽู‡ู‘ูŽุฑููˆู†ูŽ}

โ€œTidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikanโ€
(QS Al Waqiโ€™ah : 79)

Dan Larangan menyentuh mushaf kecuali dalam keadaan suci ini juga terdapat dengan Jelas pada sebuah surat yang ditulis oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam untuk Amer bin Hazm yang di dalamnya berbunyi,

ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ูŠูŽู…ูŽุณู‘ูŽ ุงู„ู’ู‚ูุฑูŽุขู†ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุทูŽุงู‡ูุฑูŒ.

โ€œTidak boleh menyentuh Al-Quran, kecuali dalam keadaan suci”
(Diriwayatkan Imam Malik)

[2] Boleh menyentuh atau memindahkan mushaf dengan menggunakan sebuah perantara seperti memakai pembungkus, sarung tangan, atau yang semisalnya.

Dalam masalah ini Syaikh Fuad bin Abdul Aziz As Syalhub mengatakan dalam kitabul Adab :

ู…ุณุฃู„ุฉ : ู‡ูŽู„ู’ ูŠูŽุฌููˆู’ุฒู ุญูŽู…ู’ู„ู ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุฅูุฐูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุจูุนูŽู„ูŽุงู‚ูŽุชูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ู‚ูู…ูŽุงุดูู‡ู ู„ูู„ู’ู…ูุญู’ุฏูุซู ุŸ ุงู„ู’ุฌูŽูˆูŽุงุจู : ู†ูŽุนูŽู…ู’ . ูŠูŽุฌููˆู’ุฒู ุญูŽู…ู’ู„ู ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุจูุนูŽู„ูŽุงู‚ูŽุชูู‡ุŒ ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุจูู…ูŽุณู‘ู ู„ูŽู‡ู

โ— Soal :
Apakah boleh bagi orang yang berhadats membawa mushaf Al-Qur’an dengan Ilaqahโ€ (sarung Al-Quran) atau di kantung bajunya?

โ— Jawaban:
Ya, boleh membawa Al-Quran dengan Ilaqah, karena itu tidak termasuk menyentuh Al-Our’ an. (Lihat Fatwa Lajnah Daimah no 557, 4/76).

ู‚ุงู„ ุดูŠุฎ ุงู„ุฅุณู„ุงู… ุงุจู† ุชูŠู…ูŠุฉ: ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูŽุนูŽู‡ู ู…ูุตู’ุญูŽููŒ ููŽู„ูŽู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุญู’ู…ูู„ูŽู‡ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ู‚ูู…ูŽุงุดูู‡ู ูˆูŽูููŠ ุฎูŽุฑู’ุฌูู‡ู ูˆูŽุญูŽู…ู’ู„ูู‡ู ุณูŽูˆูŽุงุกูŒ ูƒูŽุงู†ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู’ู‚ูู…ูŽุงุดู ู„ูุฑูŽุฌูู„ู ุฃูŽูˆู’ ุงู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉู ุฃูŽูˆู’ ุตูŽุจููŠู‘ู ูˆูŽุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู’ู‚ูู…ูŽุงุดู ููŽูˆู’ู‚ูŽู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุชูŽุญู’ุชูŽู‡ู. ูˆูŽุงูŽู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ู

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, โ€œOrang yang membawa mushaf, ia boleh membawanya dengan dibungkus kain.

Dan hukum mengeluarkan mushaf Itu dan membawanya sama apakah kain itu untuk laki-laki atau perempuan atau anak-anak, sekalipun kain itu di atasnya atau di bawahnya. Wallahu a’lam.โ€œ
(Fatawa An-Nisa’, hlm. 21 cet. Darul Qalam).

[3] Termasuk di bolehkan membawa mushaf di saku baju, sebagaimana di katakan oleh Syaikh Fuad bin Abdul Aziz As Syalhub dalam kitabul Adab :

ูุงุฆุฏุฉ : ุญูŽู…ู’ู„ู ุงู„ู’ู…ูุตู’ุญูŽูู ุจูุงู„ู’ุฌูŽูŠู’ุจู ุฌูŽุงุฆูุฒูŒุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุฌููˆู’ุฒู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุฏู’ุฎูู„ูŽ ุงู„ุดู‘ูŽุฎู’ุตู ู…ูŽูƒูŽุงู†ูŽ ู‚ูŽุถูŽุงุกู ุงู„ู’ุญูŽุงุฌูŽุฉู ูˆูŽู…ูŽุนูŽู‡ู ู…ูุตู’ุญูŽููŒ ุจูŽู„ู’ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู ุงู„ู’ู…ูุตู’ุญูŽููŽ ูููŠู’ ู…ูŽูƒูŽุงู†ู ู„ูŽุงุฆูู‚ู ุจูู‡ู

Faedah :
Membawa mushaf di saku itu dibolehkan.

โš ๏ธ Akan tetapi seseorang tidak boleh membawa mushaf ke dalam WC atau kamar mandi.

Dia harus menempatkan mushafnya di tempat yang layak

ุชูŽุนู’ุธููŠู’ู…ุงู‹ ู„ููƒูุชูŽุงุจู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงุญู’ุชูุฑูŽุงู…ุงู‹ ู„ูŽู‡ูุŒ ู„ูŽูƒูู†ู’ ุฅูุฐูŽุง ุงุถู’ุทูŽุฑู‘ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุฏู‘ูุฎููˆู’ู„ู ุจูู‡ู ุฎูŽูˆู’ูุงู‹ ู…ูู†ู’ ุฃูŽู†ู’ ูŠูุณู’ุฑูŽู‚ูŽ ุฅูุฐูŽุง ุชูŽุฑูŽูƒูŽู‡ู ุฎูŽุงุฑูุฌุงู‹ ุฌูŽุงุฒูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู„ุฏู‘ูุฎููˆู’ู„ู ุจูู‡ู ู„ูู„ุถู‘ูŽุฑููˆู’ุฑูŽุฉู.

Sebagai bentuk mengagungkan Kitabullah dan menghormatinya.

Namun jika seseorang terpaksa masuk kamar mandi dengan membawa mushaf karena khawatir mushafnya akan dicuri orang bila diletakkan di luar kamar mandi, maka dia boleh membawanya ke dalam kamar mandi atas alasan darurat.โ€
(Fatwa Lajnah Ad Daaimah 2245, 4/40)

Disini terdapat faedah bahwa kita tetap membawa mushaf dalam perjalanan kita dan ini tidak menghalangi kita untuk membaca al Quran dari mushaf di manapun termasuk di tempat keramaian di airport, terminal, stasiun dan lain sebagainya, serta tentunya kita di tuntut untuk menjaga wudlu karena ada anjuran untuk senantiasa menjaga wudlu.

๐Ÿ“ Dan orang yang menjaga wudlunya disifati oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam sebagai orang yang beriman, juga dalam sebuah riwayat tentang keutamaan Bilal radhiyallahu anhu yang senantiasa menjaga wudlu nya disebutkan dari Abu Buraidah, Rasulullahย ๏ทบย di pagi hari memanggil Bilal lalu berkata,

ูŠูŽุง ุจูู„ุงูŽู„ู ุจูู…ูŽ ุณูŽุจูŽู‚ู’ุชูŽู†ูู‰ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉู ู…ูŽุง ุฏูŽุฎูŽู„ู’ุชู ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉูŽ ู‚ูŽุทู‘ู ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุฎูŽุดู’ุฎูŽุดูŽุชูŽูƒูŽ ุฃูŽู…ูŽุงู…ูู‰ ุฏูŽุฎูŽู„ู’ุชู ุงู„ู’ุจูŽุงุฑูุญูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉูŽ ููŽุณูŽู…ูุนู’ุชู ุฎูŽุดู’ุฎูŽุดูŽุชูŽูƒูŽ ุฃูŽู…ูŽุงู…ูู‰

โ€œWahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sendalmu di hadapanku. Aku memasuki surga di malam hari dan aku dengar suara sendalmu di hadapanku.โ€
Bilal menjawab,

ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู…ูŽุง ุฃูŽุฐู‘ูŽู†ู’ุชู ู‚ูŽุทู‘ู ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽูŠู’ุชู ุฑูŽูƒู’ุนูŽุชูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุตูŽุงุจูŽู†ูู‰ ุญูŽุฏูŽุซูŒ ู‚ูŽุทู‘ู ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุชูŽูˆูŽุถู‘ูŽุฃู’ุชู ุนูู†ู’ุฏูŽู‡ูŽุง ูˆูŽุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ู‘ูŽ ุฑูŽูƒู’ุนูŽุชูŽูŠู’ู†ู

โ€œWahai Rasulullah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua rakaโ€™at sedikit pun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani diriku dengan shalat dua rakaโ€™at setelah itu.โ€
(HR. Tirmidzi no. 3689)

๐Ÿ”– Maka peliharalah wudlu supaya kita bisa membaca melalui mushaf di manapunย termasuk di tempat keramaian, dan hikmahnya juga adalah memotivasi orang lain agar ingat kepada ibadah yang banyak dilalaikan yaitu membaca al Quran.

[4] Boleh membawa mushaf ke toilet jika keadaan darurat misalnya jika dikhawatirkan akan hilang ketika mushaf disimpan di luar.

Syaikh Fuad bin Abdul Aziz As Syalhub hafidzahullah berkata :

ุญูŽู…ู’ู„ู ุงู„ู’ู…ูุตู’ุญูŽูู ุจูุงู„ู’ุฌูŽูŠู’ุจู ุฌูŽุงุฆูุฒูŒุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุฌููˆู’ุฒู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุฏู’ุฎูู„ูŽ ุงู„ุดู‘ูŽุฎู’ุตู ู…ูŽูƒูŽุงู†ูŽ ู‚ูŽุถูŽุงุกู ุงู„ู’ุญูŽุงุฌูŽุฉู ูˆูŽู…ูŽุนูŽู‡ู ู…ูุตู’ุญูŽููŒ ุจูŽู„ู’ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู ุงู„ู’ู…ูุตู’ุญูŽููŽ ูููŠู’ ู…ูŽูƒูŽุงู†ู ู„ูŽุงุฆูู‚ู ุจูู‡ู

Membawa mushaf di saku itu di bolehkan. Akan tetapi seseorang tidak boleh membawa mushaf ke dalam WC atau kamar mandi. Dia harus menempatkan mushafnya di tempat yang layak.

ุชูŽุนู’ุธููŠู’ู…ุงู‹ ู„ููƒูุชูŽุงุจู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงุญู’ุชูุฑูŽุงู…ุงู‹ ู„ูŽู‡ูุŒ ู„ูŽูƒูู†ู’ ุฅูุฐูŽุง ุงุถู’ุทูŽุฑู‘ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุฏู‘ูุฎููˆู’ู„ู ุจูู‡ู ุฎูŽูˆู’ูุงู‹ ู…ูู†ู’ ุฃูŽู†ู’ ูŠูุณู’ุฑูŽู‚ูŽ ุฅูุฐูŽุง ุชูŽุฑูŽูƒูŽู‡ู ุฎูŽุงุฑูุฌุงู‹ ุฌูŽุงุฒูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู„ุฏู‘ูุฎููˆู’ู„ู ุจูู‡ู ู„ูู„ุถู‘ูŽุฑููˆู’ุฑูŽุฉู.

Sebagai bentuk mengagungkan Kitabullah dan menghormatinya.
Namun jika seseorang terpaksa masuk kamar mandi dengan membawa mushaf karena khawatir mushafnya akan dicuri orang bila diletakkan di luar kamar mandi, maka dia boleh membawanya ke dalam kamar mandi atas alasan darurat.โ€
(Fatwa Lajnah Ad Daaimah 2245, 4/40) (Kitabul Adab, Fuad bin Abdul Aziz As Syalhub, hal. 16)

[5] Dan mushaf yang di maksud adalah tulisan Al Quran murni bukan tulisan Al Quran yang sudah di campur oleh perkataan lain seperti buku terjemahan Al Quran atau terjemahan hadits atau kitab tafsir walaupun berbahasa arab maka bukan masuk kedalam kategori Mushaf yang kita di perintah untuk tidak boleh menyentuhnya kecuali dalam keadaan suci.

[6] Mohon diperhatikan bahwa bersuci ini hanya syarat untuk menyentuh atau memegang mushaf saja.

Adapun ketika membaca Al-Quran, maka tidak mengapa membaca dengan menggunakan hafalan Al-Quran, walaupun dalam kondisi berhadats dengan hadats kecil (tidak punya wudlu).

Atau boleh juga dia membacanya dalam keadaan ada orang lain yang memegangkan Al-Quran untuknya dan membukakan halaman mushaf untuknya. Atau memegang handphone yang ada aplikasi Al Qurannya.

[7] Dalam kondisi junub (hadats besar), maka tidak diperbolehkan baginya membaca Al-Quran.

Hal ini karena terdapat larangan dari Nabi Shalallahu โ€˜alaihi wa sallam bahwa tidak ada sesuatu yang menghalangi dari membaca Al-Quran kecuali dalam kondisi junub.

Dalam hadits yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang jayyid, dari โ€˜Aisyah radhiyallahu โ€˜anha, dia mengatakan,

ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ๏ทบ ุฎุฑุฌ ู…ู† ุงู„ุบุงุฆุท ูˆู‚ุฑุฃ ุดูŠุฆู‹ุง ู…ู† ุงู„ู‚ุฑุขู†ุŒ ูˆู‚ุงู„ ู‡ุฐุง ู„ู…ู† ู„ูŠุณ ุจุฌู†ุจ ุฃู…ุง ุงู„ุฌู†ุจ ูู„ุง ูˆู„ุง ุขูŠุฉ

โ€œNabi ๏ทบ selesai dari buang hajat, lalu beliau Shalallahu โ€˜alaihi wa sallam membaca sesuatu ayat dari Al-Quran. Dan Nabi ๏ทบ mengatakan perbuatan ini boleh bagi yang tidak sedang junub/hadats besar.

โš ๏ธ Adapun jika dalam kondisi junub, maka dia tidak boleh membacanya walupun hanya satu ayatโ€
(HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 830).

๐Ÿ–๏ธ Maksudnya adalah orang yang dalam kondisi junub tidak boleh membaca Al-Quran baik dari mushaf maupun dari hafalannya sampai dia mandi junub untuk menghilangkan hadats besarnya.

๐Ÿ–๏ธ Adapun bagi orang yang berhadats kecil dan tidak sedang junub, maka boleh baginya membaca Al-Quran melalui hafalannya dengan tidak menyentuh mushaf.

[8] Wanita haidh dan nifas boleh membaca Al Quran dengan tanpa menyentuhnya, hal ini di beri keringanan tidak seperti yang junub.

Syaikh Fuad bin Abdul Aziz As Syalhub mengatakan :

ุฌูˆุงุฒู ู‚ูุฑูŽุงุกูŽุฉู ุงู„ู‚ูุฑู’ุขู†ู ู„ูู„ู’ุญูŽุงุฆูุถู ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูููŽุณูŽุงุกู . ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุซู’ุจูุชู’ ุฏูŽู„ููŠู’ู„ูŒ ูŠูŽุชูŽุนูŽูŠู‘ูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูŽุตููŠู’ุฑู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ุนู ู…ูู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ุจูุฏููˆู’ู†ู ู…ูŽุณู‘ู ุงู„ู’ู…ูุตู’ุญูŽูู. ู‚ูŽุงู„ูŽุชู ุงู„ู„ู‘ูŽุฌู’ู†ูŽุฉู ุงู„ุฏู‘ูŽุงุฆูู…ูŽุฉู : ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ู‚ูุฑูŽุงุกูŽุฉู ุงู„ู’ุญูŽุงุฆูุถู ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูููŽุณูŽุงุกู ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ูŽ ุจูู„ูŽุง ู…ูŽุณู‘ู ู…ูุตู’ุญูŽูู ููŽู„ูŽุง ุจูŽุฃู’ุณูŽ ุจูู‡ู ูููŠู’ ุฃูŽุตูŽุญู‘ู ู‚ูŽูˆู’ู„ูŽูŠู’ ุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุซู’ุจูุชู’ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ๏ทบ ู…ูŽุง ูŠูŽู…ู’ู†ูŽุนู ุฐูŽู„ููƒูŽ

Bolehnya Seorang Wanita yang Sedang haidh atau nifas membaca Al Quran.

karena tidak ada dalil yang shahih sebagai rujukan yang melarang hal itu, tetapi tanpa menyentuh mushaf.

Lajnah Da’imah berkata, โ€œAdapun wanita yang sedang haid atau nifas bila membaca Al Qur’an tanpa memegang mushaf, maka tidak apa-apa menurut pendapat yang benar dari dua pendapat ulama.

Karena tidak ada dalil yang Shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang melarang hal itu.
(Fatwa Lajnah Ad Daaimah 4/74 no 3713)

Terdapat hadits dari Nabi ๏ทบ bahwa beliau mengatakan kepada โ€˜Aisyah yang pada saat itu dalam kondisi haid ketika melaksanakan ibadah haji,

ยซุงูู’ุนูŽู„ููŠ ู…ูŽุง ูŠูŽูู’ุนูŽู„ู ุงู„ู’ุญูŽุงุฌู‘ู ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุง ุชูŽุทููˆูููŠ ุจูุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุชูŽุทู’ู‡ูุฑููŠยป

โ€œLakukan apa yang dilakukan orang yang berhaji, hanya saja jangan melaksanakan tawaf di Baitullah sebelum suciโ€
(HR. Bukhari dan Muslim).

Ibadah haji adalah ibadah yang di dalamnya di bacakan Al-Quran dan Nabi ๏ทบ tidak mengecualikannya.

Ini menunjukkan bolehnya membaca Al-Quran untuk โ€˜Aisyah yang pada saat itu sedang haid.

Dengan kalimat serupa, Nabi ๏ทบ juga mengatakan kepada โ€˜Asmaโ€™ binti โ€˜Umais yang pada saat itu baru melahirkan anak bayi yang diberi nama Muhammad bin Abu Bakar. Sedangkan โ€˜Asmaโ€™ berada di miqat dalam kondisi haji wadaโ€™.

Maka hal ini menunjukkan bahwa wanita haid dan nifas boleh membaca Al-Quran, akan tetapi tanpa langsung menyentuh mushaf.

Adapun hadits riwayat Ibnu โ€˜Umar dari Nabi Shalallahu โ€˜alaihi wa sallam, beliau bersabda,

ู„ูŽุง ุชูŽู‚ู’ุฑูŽุฃู ุงู„ู’ุญูŽุงุฆูุถู ูˆูŽู„ูŽุง ุงู„ู’ุฌูู†ูุจู ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู

โ€œJanganlah wanita haid dan orang yang dalam kondisi junub membaca sesuatu dari ayat-ayat Al-Qurโ€™anโ€
(HR. Tirmidzi no. 121 dan Ibnu Majah no. 588).

โš ๏ธ Ini adalah hadis yang dhaโ€™if (lemah).
Dalam sanadnya terdapat perawi bernama Ismaโ€™il bin โ€˜Ayyas, dia meriwayatkan dari Musa bin โ€˜Uqbah.

Imam Ahmad mengatakan : Hadits ini bathil.
(al โ€˜Ilal 2/300),
Ibnu Abi hatim melemahkannya (Al โ€˜Ilal 1/49),
Ibnu Hajar mengatakan : Lemah dari semua jalur periwayatannya (Fathul Bari 1/409),
Imam An Nawawi juga melemahkannya didalam kitab Al majmuโ€™ Syarah al Muhadzab.

Demikian semoga bermanfaat, wallahu aโ€™lam.ย 

————————————————————————

๐Ÿ’ฐDONASI PONDOK PESANTREN & RUMAH TAHFIDZ AL QURAN AL- MADINA

Desa Cilangcang, kecamatan Cikijing, Majalengka, JAWA BARAT

BRI (kode 002)No.Rek.429701026772533
a/n Yayasan Sabilul Muminin

Konfirmasi dan Informasi :

wa.me/6281211677582

( Pembina Yayasan Ustadz Abu Ghozie Assundawie )

———————————————————————–

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *