Bismillaah.
📌 TANYA JAWAB
📥 PERTANYAAN
Bismillah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ustadz ‘afwan izin bertanya. Saya dan suami mempunyai usaha cicilan barang, contohnya seperti : handphone , TV dll. Dimana akad awal dengan pembeli itu tanpa adanya bunga. Kami hanya mengambil keuntungan dari hasil penjualan dengan sistem cicilan tersebut. Dan juga tidak ada denda apabila terdapat keterlambatan selama pembayaran dalam kurun waktu yang sudah disepakati. Yang ingin saya tanyakan ustadz, apakah usaha semacam ini diperbolehkan dalam syari’at islam ? Dan semisal diperbolehkan, itu artinya saya termasuk orang yang membuka peluang untuk orang lain berhutang kepada saya, lalu bagaimanakah hukumnya tentang hal tersebut ustadz?
Terima kasih.
Jazaakumullaahu khayran.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dari :
Hamba Allah – Purwosari
📤 JAWABAN
Bismillah.
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.
الـحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ ، أَمَّا بَعْدُ
Jual beli dengan cara hutang hukum asalnya boleh, bahkan dalam transaksi jual beli ada istilah salam, istitsna , yg semua ini bentuknya hutang.
Jual beli kredit dibolehkan dalam Islam sebagaimana hasil keputusan Majma Al Fiqh Al Islami (divisi fikih OKI), No. 51 (2/6) 1990, yang berbunyi, “Boleh melebihkan harga barang yang dijual dengan tidak tunai daripada dijual tunai … dan harganya dicicil dalam jangka waktu yang ditentukan” (Journal Islamic Fiqh Council). Juga fatwa dewan ulama kerajaan Arab Saudi, no fatwa: 1178.
Adapun hutang itu sendiri ada yg boleh ada yang tidak boleh. Hutang yang tidak boleh adalah jika dengan berhutang itu akan memudharatkan dia, misalnya dia berhutang padahal tidak mampu membayar, maka yang bersalah bukanlah yang berjualan tapi yg berhutang tersebut.
Masalah membuka peluang orang berhutang maka hal ini dikembalikan kepada kaedah bahwa sesuatu jika berpeluang baik atau buruk maka hukumnya boleh, karena kebaikan dan keburukan di kembalikan kepada masing masing, contoh : berjualan barang yg berpeluang akan digunakan dalam kebaikan dan keburukan maka menjualnya boleh seperti hp dan pisau. Adapun menjual barang yg murni akan di gunakan keburukan maka tidak boleh karena bentuk tolong menolong dalam dosa.
Wallaahu ‘alam bishawaab
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Oleh :
Ustadz Abu Ghozie As-Sundawie