Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Dipilihnya ibadah puasa dibulan Sya’ban menjadi ibadah yang utama dan ditekankan untuk melakukannya dan bukan ibadah lainnya adalah mengandung hikmah-hikmah yang banyak diantaranya :
[a] Bulan Sya’ban adalah bulan saat dilaporkannya amalan-amalan hamba kepada Allah, dan pada saat amalan dilaporkan dianjurkan untuk memperbanyak ibadah puasa.
Hal ini didasarkan kepada sabda Nabi :
….فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“…Maka aku lebih suka kalau amalanku dilaporkan sementara akau sedang berpuasa” (HR Ahmad 5/201 no 21753, di shahihkan oleh Syaikh Al Albani didalam As Shohihah 4/1898).
[b] Sebagai ajang latihan untuk membiasakan puasa didalam rangka menyambut bulan Ramadhan.
Sehingga ketika datang bulan Ramadhan seorang muslim sudah terbiasa puasa dan melakukannya dengan penuh semangat. (lathoiful Ma’arif, Ibnu Rajab hal. 141)
[c] Sebagai bentuk ibadah qabliyah (sebelum Ramadhan), demikian pula puasa 6 hari di bulan Syawwal adalah sebagai bentuk ibadah ba’diyyah (setelah puasa Ramadhan).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa yang puasa Ramadhan lalu diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawwal maka ia seperti puasa setahun” (HR Muslim : 204).