✒ Abu Ghozie As Sundawie
___________________
Beliau dilahirkan di kota Zarqo, Yordania pada 29 Jumadil Tsani 1380 H (1960 M). nama beliau adalah Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al-Yafi al-Halabi al-Atsari. Al-Yafi nisbat pada tempat asal beliau (Jaffa, di barat daya Palestina).
Al-Halabi nisbat beliau pada Aleppo, Syria. Al-Urduni nisbat pada tempat keluarganya berhijrah, Yordania. Dan al-Atsari menunjukkan manhaj beliau sebagai pengikut atsar. Beliau mulai mencari ilmu ketika berusia 20 tahun lebih sedikit.
Guru beliau yang paling masyhur adalah ulama besar, ahli hadits, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani Rahimahullah, kemudian ulama ahli sastra, Syaikh Abdul Wadud az-Zarari Rahimahullah, dan ulama lainnya.
II. Syaikh Ali hafizhahullah dan Syaikh al-Albani rahimahullah
Syaikh Ali al-Halabi merupakan pentahqiq (peneliti), ahli hadits, dan beliau termasuk murid dan sahabat Syaikh al-Albani, bahkan termasuk murid dan sahabat khusus. Beliau banyak bermulazamah (duduk belajar) kepada ulama, imam besar dalam ilmu dan dakwah ini yaitu Syaikh al-Albani.
Syaikh Ali mendampingi al-Imam al-Albani dalam sebagian safarnya dan banyak mendampingi pada saat mukimnya, menghadiri majelis-majelis beliau, baik yang bersifat khusus maupun yang bersifat umum, mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah yang banyak dan beraneka ragam, dan itu berjalan dalam kurun waktu yang sangat lama tidak kurang dari ¼ abad. Dengan demikian Syaikh Ali sangat banyak mendapatkan manfaat dari jawaban-jawaban, pelajaran-pelajaran, dan ilmu-ilmu yang beraneka ragam dari Syaikh al-Albani, dimana hal ini hampir tidak di dapat oleh yang lainnya.
Syaikh Ali banyak membantu Imam al-Albani menyiapkan banyak karya-karyanya untuk diterbitkan, baik terkait dengan hadits maupun lainnya, menyiapkan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya, bermuzalamah di akhir-akhir hidup Imam Albani di rumahnya dan di perpustakaannya.
Hubungan keduanya sangatlah erat, sehingga dengan banyak pertemuan-pertemuan, Syaikh Ali bertambah dalam dan kuat ilmunya dan dapat menimba ilmu dari mata air salaf, yaitu Imam al-Albani, mengambil metode ahli hadits dalam belajar, memahami, menuntut ilmu, dan pengalaman. Setelah itu, disebarluaskan ilmu yang banyak dan beraneka ragam yang telah di dapat tersebut dalam bentuk buku-buku yang banyak, yang membahas dakwah, dan juga banyak menulis makalah-makalah berharga terkait dengan manhaj yang dimuat dalam majalah, surat kabar, dan yang lainnya. Semua itu pada masa hidup Imam Albani.
Dengan kerendahan hati ketika menulis, Syaikh Ali menyodorkan karya-karyanya kepada syaikhnya dan gurunya (yaitu Imam Albani) untuk dimuraja’ah (diteliti kembali), dan Imam Albani pun membaca kembali sebagian karyanya, bahkan Imam Albani pun ridho untuk ditulis namanya di samping nama muridnya.
III. Pujian Syaikh al-Albani kepada Syaikh Ali Hasan al-Halabi
Syaikh Albani benar-benar mengetahui karya-karya muridnya ini, yang berada di atas manhaj yang benar dan hujjah yang kuat, sehingga banyak memujinya dan mengarahkan para pembaca bukunya untuk membaca dan menelaah karya-karyanya.
Imam Albani mengatakan tentangnya, “Dia (Syaikh Ali) termasuk saudara kita yang kuat dalam ilmu ini yaitu ilmu hadits.”
(lihat as-Silsilah as-Shahihah: 2/720, as-Silsilah adh-dha’ifah: 1/7, as-Silsilah ash-Shahihah: 7/354-371 dan su’al wa jawab Haula fiqil Waqi’: 26, karya Imam al-Albani)
Dan Syaikh Albani menyifati Syaikh Ali dengan “sahabat kita yang mulia” dalam kitab Ar Roddul Mufhim: 79, menyifati bantahan-bantahan Syaikh Ali dengan sebutan “bantahan yang berharga”, sebagaimana disebutkan dalam Adabuz Zifaf: 7-8, menyebutkan dalam as-Silsilah ash-Shohihah: 7/947 tentang Ibnu Hajar ketika membawakan hadits dalam kitabnya Atroful Musnad: “Telah memberikan faedah kepadaku saudara Ali Hasan melalui telepon, jazahullahu khairan” dan mengatakan dalam as-silsilah ash-Shahihah: 6/8: “Demikian pula saudara Ali al-Halabi, sungguh saya telah mendapatkan komentar-komentar yang ditulis pada kitab asli yang masih saya tulis dengan tanganku ….
Dan Syaikh Albani memanggil Syaikh Ali diawal kitab ar-Roudhah Nadiah 1/4 , dengan sebutan “Anak kami, sahabat kami, saudara Abul Harits” dan memanggilnya juga”… kepada sahabat kami dan tilmidz (murid) kami yang muda, Ali al-Halabi….” Demikian yang tertulis dalam kitab Hukmi Tariki ash-Shalat:45.
Bahkan tatkala muncul fitnah Abu Ruhayyim yang berbuat dzalim dan menuduh Syaikh Ali al-Halabi tentang akidahnya, maka Syaikh Albani mengatakan kepada Abu Ruhayyim, “Apabila akidahmu seperti akidahnya 3 syaikh yang kamu bela yaitu Bin Baz, Ibnu Utsaimin dan Al-Albani, padahal akidah saudara Ali seperti mereka. Dan apabila akidahmu berbeda dengan akidahnya saudara Ali maka saya siap duduk denganmu (untuk berdiskusi- pent).” Hal ini telah disebutkan oleh Syaikh Azmi al-Jawabirah dalam risalahnya yang hal itu dipersaksikan juga oleh 2 saudara yang mulia Lafi asy-Syatharat dan kamil al-Qashshash, itu terjadi pada tanggal 20 Rabi’ul Awwal 1422H, dan Syaikh Azmi al-Jawabirah menukil ucapan Imam Al-Albani beliau mengatakan “saudara Al-Halabi sebanding seribu satu Abu Ruhayyim”.
Syaikh Abdul Aziz As-Sadhan menukil dari Syaikh al-Albani bahwa Syaikh Albani menunjuki Syaikh Ali sebagai “pemilik pena yang mengalir dan seorang al-ustadz an-Nahrir (alim yang mumpuni). Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab al-Imam al-Albani Durusun al-Mawaqif wa al-Ibar, hal.170.
Disebutkan juga dalam risalah yang berjudul Shafahat Baidha’ min Hayati al-Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani, hal. 52 bersumber dari sebagian cucu Syaikh Al-Albani, bahwasannya Syaikh Al-Albani mengatakan: “Dua orang yang paling menguasai ilmu hadits sekarang, adalah Ali Al-Halabi dan Abu Ishaq Al-Huwaini.”
Syaikh yang mulia Abu Abdillah Azad pernah mendengar Syaikh Al-Albani di rumah saudara Abdurrahim di Yordania, bahwa beliau pernah ditanya tentang suatu hadits, tapi beliau tidak ingat dan tidak hafal derajatnya, beliau mengisyaratkan untuk bertanya kepada Syaikh Ali, “Tanyakan Al-Hafidz Ali Al-Halabi”, maka kami pun menanyakan kepada-nya pada saat Syaikh Al-Albani ada di situ dan Syaikh Ali menjawab, “Hadits itu shahih ”, kemudian beliau berdiri dan masuk ke maktabah saudara Abdurrahim dan mengeluarkan hadits dari Shahih al Jami’.
Abu Abdillah Azat juga pernah mengatakan, aku juga pernah bertanya pada Syaikh Al-Albani ketika beliau hendak safar ke Uni Emirat Arab, “Siapa yang paling layak kami tanya setelah anda, wahai Syaikh? “Maka beliau menjawab, “Bertanyalah kepada Ali Al-Halabi karena dia paling dekat dengan sunnah”.
Ini menunjukkan banyaknya pujian Syaikh al-Albani kepada muridnya yaitu Syaikh Ali Al-Halabi dan kitab-kitabnya seraya menyifati dengan panggilan saudara, murid, syaikh, sahabat, dan lain sebagainya dari panggilan-panggilan penghormatan yang menunjukkan keistimewaan dalam berbagai macam ilmu, dan Syaikh Ali banyak ikut serta dalam berbagai macam tugas dan proyek ilmiah, baik itu dalam masalah fikih, hadits manhaj, sehingga tidak heran ketika Syaikh Ali paling banyak disebutkan dalam kitab-kitab Syaikh Albani.
IV. Perkataan para Ulama terhadap Syaikh Ali Hasan
Sesungguhnya dalam hidup, yang namanya pujian itu perkara yang bisa terjadi. Dan pujian kalau datang dari orang jahil maka kurang berarti, berbeda apabila pujian itu bersumber dari para ulama dan rekomendasi dari mereka, maka ini mengandung arti dan bertambah berarti lagi apabila datang fitnah dan tuduhan yang tidak-tidak di arahkan kepada seseorang.
Oleh karena itu berikut ini kami nukilkan pujian para ulama kepada Syaikh Ali Hasan hafizhahullah dan rekomendasi yang di arahkan kepadanya, untuk menghilangkan kedzoliman:
1. Pujian Syaikh Bin Baz rahimahullah
Beliau mengatakan dalam memberikan taqridz (kata pengantar) terhadap kitab Syaikh Ali yang membantah Dr. Al-Askar: Saya memandang agar bantahan ini disebarkan karena mengandung faedah yang besar dan untuk menghilangkan kerancuan.
Mudah-mudahan Alloh membalas anda dengan balasan yang baik, dan saya telah memerintahkan untuk menyebarkannya di majalah Al-Buhuts al-Islamiyah karena faedah yang dikandungnya.
Dan beliau Syaikh Bin Baz juga mengatakan tentang kitab yang sama, “Dari Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz yang ditujukan kepada saudara yang mulia, shohibul fadhilah Syaikh Ali bin Hasan bin Abdul Hamid Al-Halabi –waffaqahullah lima fihi ridhahu-, salaamun ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh,
amma ba’du,
Surat anda telah sampai kepadaku pada tanggal 25/11/1418H mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan hidayah dan petunjuk. Saya telah menelaah kitab bantahan anda terhadap kitab Dr. Abdul Aziz al-Askar (tentang diri yang mulia asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad Nashiruddin al-Albani), saya menilai bahwa bantahan anda adalah bantahan yang sangat berharga, membawa berkah, lagi sangat memuaskan.
Dan sungguh Anda telah menggunakan gaya bahasa yang bagus, dan Allah telah memberikan taufik kepadaku untuk bersikap lembut terhadap orang yang anda bantah, saya meminta kepada Allah agar melipatgandakan pahala……..”
2. Pujian Syaikh Ibnu Al-‘Utsaimin
Berkata Ahmad bin Ismail asy-Syaukani, telah menceritakan kepadaku Abdullah Qomaruddin al-Bakistani as-Salafi, beliau berkata, “Asy-Syaikh al-Imam Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin pernah ditanya tentang berbagai macam pertanyaan di musim haji tahun (1420 H) dan beliau menjawabnya, kemudian dalam sebagian pertanyaan beliau mengisyaratkan kepada Syaikh Ali sambil mengatakan, “Tanyakanlah kepada Al-Bahr ( lautan, istilah untuk orang yang banyak ilmunya)”.
Maka Syaikh Ali mengatakan, “Saya kira ini bercanda, saya bukan Al-Bahr (lautan), dan tidak pula An-Nahr (sungai), tidak pula lainnya, nastaghfirullah dan kita mengharap husnul khatimah (akhir kehidupan yang baik)”, kemudian berdoa seperti doa yang diucapkan Abu Bakar ash-Shiddiq tatkala mendapat pujian:
“Ya Allah, jangan kau siksa saya sebab apa yang mereka ucapkan, dan ampunilah saya terhadap apa yang tidak mereka ketahui dan jadikanlah saya lebih baik dari apa yang mereka duga“.
Dan masih ada pujian al-Imam Ibnu ‘Utsaimin terhadap Syaikh Ali di kesempatan-kesempatan lainnya.
3. Pujian Syaikh ahli Hadits Madinah, Al-Allamah Hammad bin Muhammad Al-Anshari
Beliau memuji Syaikh Ali dan kehebatannya dalam bidang Hadits sebagaimana di nukil oleh anaknya yang bernama Abdul Awwal bin Hammad Al-Anshori dalam kitabnya al-majmu’ fi Tarjamati al-Muhaddits asy-Syaikh Hammad al-Anshori (2/598) dari bapaknya berkata, “Saya melihat bahwa Ali Hasan Abdul Hamid yang akan menggantikan Syaikh al-Albani.”
4. Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh, menteri urusan agama, bimbingan, dan wakaf, kerajaan Arab Saudi.
Beliau punya hubungan yang sangat baik dengan Syaikh Ali sejak 20 tahunan, bahkan setelah datang fatwa Al Lajnah, beliau pun mengundangnya dengan undangan resmi untuk menghadiri acara an-Nadwa al-Ilmiyah bal-Qur’aniyah di Madinah tanggal 11 Jumadil Akhir 1421 H.
Ketika Syaikh Shalih Alu Syaikh menulis kitab Hadzihi Mafahiimuna, mengirimkan kepada Syaikh Ali dan mengatakan tentang hadiahnya, “Kepada saudara yang baik, peneliti yang jeli, pemilik akal yang cemerlang, dan pandangan yang tajam, Ali Hasan Abdul Hamid, mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan kekuatan untuk meninggikan bendera Sunnah sesuai petunjuk salaf.”
Begitu pula ketika menulis kitab at-Takmil lima Fata Takhrijuhu min Irwa’ al-Ghalil dan memberikan hadiah dan pujian dengan sebutan-sebutan penghormatan mirip di atas.
5. Pujian Syaikh Abdullah Al-Ubailan di tanya tentang celaan yang di arahkan kepada Syaikh Ali Hasan di sebabkan menulis kitab Manhaj as Salaf ash-Sholih maka beliau menjawab. “Saudara kita asy-Syaikh al-Allamah Ali adalah termasuk pembesar, penyeru kepada dakwah salaf di Yordania dan negara-negara Syam,
wa la nuzakki allalloh ahada.
Saya berharap perselisihan antara kedua belah pihak adalah masuk dalam perselisihan dalam lingkup ijtihad Ahlus Sunnah, dan perkara ini wajar terjadi, karena para salaf juga berselisih dalam hal yang lebih besar dari ini akan tetapi tidak saling mencela antara satu dengan yang lainnya….” Kemudian Syaikh Ubailan menyebutkan ucapan Syaikhul Islam.
6. Dan Syaikh ahli hadits Abdul Muhsin al-Abbad hafizhaullah baru-baru ini di tanya tentang Syaikh Ali, yaitu pada tanggal 28 November 2010 (21 Dzul Hijjah 1431), beliau menjawab, “Saya mengetahui, beliau di atas sunnah, ambillah ilmu darinya.”
7. Begitu pula Syaikh Al-Ubaikan pada tanggal 3 Januari 2011 pernah di tanya seseorang dari Irak tentang Syaikh Ali Hasan dan seorang ulama dari Irak, beliau menjawab, “Kami tidak mengetahui tentang Syaikh kecuali kebaikan.”
Dan masih banyak pujian para ulama baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia tentang Syaikh Ali di antaranya:
Syaikh al-Muhadits Muqbil al-Wadi’i
Syaikh Sa’ad al-Hushayyin, (al-Mustasyar ad-Dini Saudi di Yordania)
Syaikh Husain bin Abdul Aziz Ali Syaikh,(Imam, khatib, pengajar di masjid Nabawi, serta hakim di Mahkamah Kubra) Syaikh Washiulloh Abbas
Syaikh Ibrahim ar-Ruhaili, ahli tafsir Muhammad Nasib ar-Rifa’i, asy-Syaikh Hamd as-Syitwi
Syaikh Muhammad bin Syaikh Ali bin Adam al-Itsyuni
Syaikh Abdul Karim Khudair
Syaikh Abdul Malik ar-Romadhani al-Jazairi, dll.
Termasuk salah seorang guru Syaikh Rabi’ al-Madkhali yang bernama Syaikh Abdul Wahab bin Marzuq al-Banna sangat memuji Syaikh Ali, beliau mengatakan, “perumpamaan al-Halabi kepada al-Albani adalah seperti Ibnul Qayyim kepada Ibnu Taimiyah.” Sebagaimana yang telah di dengar Syaikh Abdullah Baibani al-A’shimi.
Inilah sebagian kemuliaan Syaikh Ali, ilmu, manhaj dan akidahnya. Dan kami dalam menyebutkan ini bukan berarti kami mengajak berbuat ghuluw (berlebih-lebihan) mengkultuskan, serta menganggapnya ma’shum, sekali-kali tidak. Akan tetapi ini semua agar kita mengetahui dan menghormati para ulama sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيْرَنَا وَيَرْ حَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
“Bukanlah termasuk golonganku orang yang tidak memuliakan yang tua, menyayangi yang muda, dan mengenal hak orang alim di antara kami.”
(HR Ahmad)
Wa shoalallohu ‘ala Nabiyina Muhammad wa’ala alihi wa shahbihi wa sallam.
Sumber:
1. Al-Jawab al-‘I’laami
2. Su’alat al-Halabi
3. Al-Imam al-Albani Durusun Mawaqif wa’Ibar
4. Http://kulalsalafiyee.com
Dikutip dari Majalah Adz-Dzkahiirah Al-Islamiyyah
________________