BENTUK PENJAGAAN TAUHID

Bentuk penjagaan Tauhid (sesi-1)

Oleh : Abu Ghozie As Sundawie

Kesyirikan adalah dosa yang paling besar, tidak ada dosa yang lebih besar daripada menyekutukan Allah dengan memalingkan salah satu bentuk peribadatan kepada selain Allah. Seperti berdoa, menyembelih, bernadzar, memohon perlindungan, takut, berharap, tawakkal dan jenis jenis ibadah yang lainnya, baik ibadah hati, lisan ataupun anggota badan.

Allah Ta’ala berfirman :

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” 1

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata :

لَمَّا نَزَلَتِ: {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ} قَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّنَا لَمْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ؟ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}

Ketika turun firman Allah : “Orang orang yang beriman dan tidak mencampurkan keimannya dengan kedzaliman (kesyirikan), mereka itulah yang akan mendapatkan keamanan dan mereka mendapatkan petunjuk”,2 berkatalah Para sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam , ‘Siapa diantara kita yang tidak mendzalimi dirinya (dosa), Maka Allah Ta’ala menurunkan Firman Nya, “Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” 3

Syaikh Hafidz Al Hakami rahimahullah berkata :

فَالَّذِينَ آمَنُوا الْإِيمَانَ التَّامَّ الَّذِي لَمْ تَشُبْهُ شَوَائِبُ الشِّرْكِ الْأَكْبَرِ الْمُنَافِي لِجَمِيعِهِ وَلَا الشَّرْكِ الْأَصْغَرِ الْمُنَافِي لِكَمَالِهِ وَلَا مَعَاصِي اللَّهِ الْمُحْبِطَةُ لِثَمَرَاتِهِ مِنَ الطَّاعَاتِ, فَأُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ التَّامُّ مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْآخِرَةِ وَالِاهْتِدَاءُ التَّامُّ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.

Maka orang orang yang beriman dengan keimanan yang sempurna yang tidak mencampurkannya dengan kotoran kotoran syirik besar yang menafikan seluruh Tauhid, tidak pula mencampurkannya dengan syirik kecil yang menafikan kesempurnaan tauhid, tidak pula mencampurinya dengan berma’siyat kepada Allah yang akan menghilangkan buah tauhid yaitu keta’atan keta’atan, merekalah yang akan mendapatkan keamanan yang sempurna dari kehinaan dunia dan siksa akhirat, mendapatkan petunjuk yang sempurna di dunia dan di akhirat”. 4

Masih dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu juga ia berkata :

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ؟ قَالَ: أَنْ تَجْعَلَ لِلهِ نِدًّا، وَهُوَ خَلَقَكَ... ..

Aku bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Dosa apakah yang paling besar?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau menyekutukan Allâh padahal Dia yang telah menciptakanmu….” 5

Dari Abu Bakrah Nufai’ bin al-Hârits Radhiyallahu anhu , ia berkata : Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ ثَلَاثًا قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: اَلْإِشْرَاكُ بِاللهِ….

Maukah aku beritahukan kepadamu dosa besar yang paling besar?” –Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya tiga kali–. Kami (para Shahabat) menjawab, “Tentu, wahai Rasûlullâh.” Nabi hallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menyekutukan Allâh…” 6

Demikin juga bahaya kesyirikan ini sangatlah besar baik dalam kehidupan manusia di dunia terlebih lagi dalam kehidupan di akhirat kelak, diantaranya :


Pertama :
Allah tidak mengampuni dosa pelaku syirik bila meninggal dan belum bertaubat darinya.

Dalil terhadap hal ini adalah firman Allah Ta’ala,

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh, ia telah berbuat dosa yang besar.” 7

Kedua : Pelakunya keluar dari Islam serta halal darah dan hartanya.

Allah Ta’ala berfirman :

فَإِذَا انسَلَخَ الأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُواْ الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ

Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, tangkaplah mereka, dan kepunglah mereka.” 8

Ketiga : Allah Ta’ala tidak menerima amal orang musyrik, dan amalnya yang terdahulu dilakukan menjadi debu yang berterbangan

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُوراً

Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” 9

Dan Allah Ta’ala berfirman :

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” 10

Keempat : Surga diharamkan baginya dan ia akan kekal di neraka.

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” 11

Oleh karena besar sekali perkara kesyirikan ini, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sangat perhatian dalam pencegahan jatuhnya manusia khususnya umatnya kepada kesyirikan. Diantara bentuk bentuk penjagaan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam terhadap tauhid dan menutup semua celah pintu yang mengantarkan kepada kesyirikan :

[1] Larangan mendirikan masjid diatas kubur.

Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata Rasulullah shalallahu alaihi wasllam bersabda saat beliau sakit yang membuat beliau tidak bangun lagi darinya (wafat).

لَعَنَ اللَّهُ اليَهُودَ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ قَالَتْ عَائِشَةُ : لَوْلاَ ذَلِكَ لَأُبْرِزَ قَبْرُهُ خَشِيَ أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا

Allah melaknat Yahudi dan Nasrani mereka menjadikan kuburan kuburan para Nabi mereka menjadi masjid masjid. Aisyah berkata andai bukan karena itu tentu makam beliau ditampakkan, hanya saja beliau khawatir dijadikan Masjid. 12

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah berkata :

فَائِدَةٌ : قَوْلُ عَائِشَةَ هَذَا يَدُلُّ دَلَالَةً وَاضِحَةً عَلَى السَّبَبِ الَّذِيْ مِنْ أَجْلِهِ دَفَنُوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ بَيْتِهِ أَلَا وَهُوَ سَدُّ الطَّرِيْقِ عَلَى مَنْ عَسَى أَنْ يَبْنِيَ عَلَيْهِ مَسْجِدَا

Faedah : Perkataan Aisyah ini dengan jelas menunjukan sebab yang karenanya para sahabat mengubur Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam di rumah beliau, yaitu menutup celah bagi orang yang mungkin saja mendirikan masjid diatasnya”. 13

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

قَاتَلَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ

Allah melaknat Yahudi mereka menjadikan kuburan kuburan para Nabi mereka menjadi masjid masjid”. 14

Dari Aisyah dan Ibnu Abbas radhiyallahu anhum keduanya berkata :

لَمَّا نَزَلَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَفِقَ يَطْرَحُ خَمِيصَةً لَهُ عَلَى وَجْهِهِ، فَإِذَا اغْتَمَّ بِهَا كَشَفَهَا عَنْ وَجْهِهِ، فَقَالَ وَهُوَ كَذَلِكَ: «لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى اليَهُودِ وَالنَّصَارَى، اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ»

Manakala Rasuullah hendak wafat Beliau menutupi wajah beliau dengan kain khomishahnya 15. Ketika merasa sesak beliau menyingkap wajah beliau sambil berkata, laknat Allah tertimpa kepada yahudi dan Nasrani mereka menjadikan kuburan kuburan para nabi mereka menjadi masjid masjid. 16

Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata :

وَكَأَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِمَ أَنَّهُ مُرْتَحِلٌ مِنْ ذَلِكَ الْمَرَضِ فَخَافَ أَنْ يُعَظَّمَ قَبْرُهُ كَمَا فَعَلَ مَنْ مَضَى فَلَعَنَ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى إِشَارَةً إِلَى ذَمِّ مَنْ يَفْعَلُ فِعْلَهُمْ

Nabi seakan tahu bahwa beliau akan meninggal karena sakit tersebut hingga beliau merasa takut jika makam beliau diagung agungkan seperti yang dilakukan umat umat sebelumnya beliau lantas melaknat yahudi dan nasrani sebagai isyarat celaan terhadap orang yang melakukan perbuatan seperti perbuatan mereka”. 17

Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata :

لَمَّا اشْتَكَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَتْ بَعْضُ نِسَائِهِ كَنِيسَةً رَأَيْنَهَا بِأَرْضِ الحَبَشَةِ يُقَالُ لَهَا: مَارِيَةُ، وَكَانَتْ أُمُّ سَلَمَةَ، وَأُمّ حَبِيبَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَتَتَا أَرْضَ الحَبَشَةِ، فَذَكَرَتَا مِنْ حُسْنِهَا وَتَصَاوِيرَ فِيهَا، فَرَفَعَ رَأْسَهُ، فَقَالَ: «أُولَئِكِ إِذَا مَاتَ مِنْهُمُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا، ثُمَّ صَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّورَةَ أُولَئِكِ شِرَارُ الخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ»

Saat Nabi shalallahu alaihi wasallam sakit sejumlah istri istri Nabi menyebut nyebut sebuah geraja ditanah Habasyah bernama Maria. Umu salamah dan umu habibah pernah pergi ke Tanah Habasyah mereka menyebut nyebut indahnya dan gambar gambar di Gereja tersebut. Aisyah berkata, nabi lantas mengangkat kepala lalu bersabda mereka itu apabila ada orang saleh meninggal di dunia ditengah tengah ereka mereka mendirikan masjid diatas kuburannya lalu mebuat gambar gambar tersebut. Mereka adalah seburuk buruk makhluk disisi Allah. 18

Hadits hadits shahih ini menunjukan larangan membangun masjid diatas kubur dan didalam syariat Nabi shalallahu alaihi wasallam disebutkan bahwa masjid dan kuburan tidak menyatu.

Syaikh Al Albani rahimahullah berkata :

Adapun cakupan hadits hadits larangan shalat di Masjid yang dibangun diatas kuburan kandungan maknanya lebih jelas karena larangan mendirikan masjid masjid diatas kuburan berkonsekwensi larangan sholat didalamnya. Sebagai bentuk larangan terhadap suatu perantara adalah berkonsekwensi larangan terhadap tujuan dan sarana kepadanya”.

Contohnya apabila Agama melarang menjual khomer, maka larangan ini mencakup larangan meminum barang tersebut, ini tentu tidak samar dan bahkan meminum khomer lebih dilarang. Diantara perkara yang jelas sekali bahwa larangan mendirikan masjid masjid diatas kuburan bukan di maksudkan esensinya seperti halnya perintah untuk mendirikan masjid di tempat dan wilayah tertentu bukan dimaksudkan esensinya tapi yang dimaksudkan adalah agar sholat dilaksanakan ditempat tersebut baik dipakai shalat atau tidak

Contoh berikut menjelaskan hal tersebut, misalkan seseorang mendirikn masjid di suatu tempat yang kosong dan tidak berpenghuni dan tidak didatangi siappun untuk sholat disana. Orang ini tidak mendapatkan pahala apapun dari masjid yang ia bangun. Bahkan menurut saya ia berdosa karena menyia nyiakan harta dan menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.

Untuk itu ketika Agama memerintahkan untuk mendirikan masjid berarti secara tersirat memerintahkan untuk mengerjakan shalat di masjid tersebut karena tujuan dari mendirikan masjid adalah shalat ditempat tersebut. Demikian halnya ketika Agama melarang membangun masjid diatas kubur maka secara tersirat melarang shalat di Masjid tersebut karena itulah tujuan dari pendirian masjid. Ini tentu jelas dan tidak samar bagi orang yang punya akal insya Allah. 19

Andai tidak ada satupun hadits yang melarang mendirikan masjid diatas kuburan tentu kaum muslimin tetap berkewajiban menahan diri dari mewaspadai hal itu karena mendirikan masjid iatas kuburan termasuk salah satu perantara kesyirikan terbesar yang merayap ditubuh umat. Berbagai macam ibadah seperti doa, nadzar, penyembelihan, permohonan pertolongan, tawakkal, dan harapan dialihkan kepada mayit mayit yang ada didalam kubur selain Allah. Dengan demikian mendirikan Masjid diatas kubur termasuk salah satu perantara kesyirikan terbesar. 20

Al ‘Allamah ‘Abdurrahman bin Hasan Alu As Syaikh rahimahullah berkata :

Diantara keterasingan islam, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam melaknat para pelakunya (orang yang mendirikan masjid diatas kubur) sebagai peringatan bagi umat beliau agar tidak melakukan hal serupa terhadap beliau dan juga orang orang saleh diantara umat beliau. Ini dilakukan oleh sebagian besar umat generasi terakhir mereka myakini perbuatan tersebut sebagai amal ketaatan yang mendekatkan diri kepada Allah. Ini termasuk salah satu keburukan dan kemungkaran terbesar dan mereka tidak merasa bahwa perbuatan mereka ini adalah bentuk penentangan terhadap Allah dan Rasul Nya. 21

Imam Al Qurtubi rahimahullah berkata

Semua ini (larangan mendirikan masjid datas kubur) dimaksudkan untuk memutuskan perantara yang menjurus pada penyembahan mayyit yang ada di dalam kubur serta penyebab penyembahan terhadap berhala berhala. 22

[2] Larangan terhadap keyakinan penularan penyakit

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,

«لاَ عَدْوَى وَلاَ صَفَرَ وَلاَ هَامَةَ» فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَمَا بَالُ إِبِلِي، تَكُونُ فِي الرَّمْلِ كَأَنَّهَا الظِّبَاءُ، فَيَأْتِي البَعِيرُ الأَجْرَبُ فَيَدْخُلُ بَيْنَهَا فَيُجْرِبُهَا؟ فَقَالَ: «فَمَنْ أَعْدَى الأَوَّلَ؟»

Tidak ada penularan penyakit, tidak ada shafar 23 , tidak ada burung hantu 24. Seorang Arab Gunung berkata, Wahai Rasulullah lantas kenapa untaku mendekam di pasir seperti biawak lalu setelah itu ada unta yang berkudis datang lalu mendekam di pasir tersebut membuat kudisan? Beliau bersabda, ‘Lalu siapa yang menulari (unta) pertama?” 25

Nabi shalallahu alaihi wasallam menafikan adanya penularan penyakit demi menjaga Tauhid, karena seorang Muslim wajib berkeyakinan bahwa Allah lah yang menimpakan marabahaya dan Dia pula yang mendatangkan manfaat. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi dan apa yang Dia tidak kehendaki tidak terjadi.

Nabi shalallahu alaihi wasallam menepis syubhat yang disampaikan sebagian orang, dimana mereka mengatakan “Bagaiman dengan unta seakan biayawak (gesit sehat), lalu ia ditemani dengan unta kudisan, lalu membuat unta yang sehat terkena kudis?. Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Lalu siapa yang menulari unta yang pertama?”. Yaitu andaikan keyakinan penularan penyakit benar dan orang sakitlah yang membuat orang sehat menjadi sakit, lantas siapa yang membuat unta pertama sakit kudis?.

Namun demikian Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda :

«لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ المَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الأَسَدِ»

Tidak ada penularan penyakit (tanpa idzin Allah), tidak ada perasaan sial (tathayyur), tidak ada burung hantu, tidak ada shafar dan larilah dari orang yang terkena lepra seperti engkau lari dari singa”. 26

Seorang hamba harus melakukan upaya upaya kesehatan dan kebaikan. Ini adalah amalan anggota tubuh. Juga harus yakin dengan hati bahwa Allah lah yang menimpakan marabahaya dan mendatangkan manfaat, dan orang sakit tidak punya kuasa sedikit pun untuk menimpakan bahaya kepada orang yang sehat. 27 . Demikainlah semoga bermanfa’at, dan Insya Allah pembahasan akan dilanjutkan pada edisi yang akan datang []

—————————————————-

1 QS Luqman : 13

2 QS Al An’am : 82

3 QS Luqman : 13

4 Ma’arijul Qabul, Hafidz al Hakami 2/405

5 HR Bukhari : 4477, 6001, 6811, 6861, 7520, 7532 dan Muslim : 86

6 HR Bukhâri : 2654, 5976, 6273, 6274, 6919 dan Muslim : 87

7 QS An Nisa : 48

8 QS At Taubah : 5

9 QS Al Furqan : 23

10 QS Az Zumar : 65

11 QS Al Maidah : 72

12 HR Bukhari : 4441 , Muslim : 530 dan yang lainnya.

13 Mausu’ah al Albani fil ‘Aqidah, 2/201

14 HR Bukhari : 436, 437, Muslim : 531, 532

15 Kain halus yang bercorak.

16 HR Bukhari : 435, 3453, 4443, 5815, Muslim : 531

17 Fathul Bari , Ibnu Hajar al ‘Asqalani 1/532

18 HR Bukhari : 434, 1341, Muslim : 528

19 Mausu’ah al Albani fi Al ‘Aqidah 2/215-216, lihat juga Tahdzirus Saajid, hal. 30-31

20 As Tsamarat az Zakiyyah fi al ‘Aqaaid as Salafiyyah, hal. 126-127

21 Fathul Majid syarah kitab at Tauhid, ‘Abdurrahman bin Hasan Alu As Syaikh. hal. 315

22 Fathul Majid syarah kitab at Tauhid, ‘Abdurrahman bin Hasan Alu As Syaikh. hal. 317

23 Ada yang menafsirkan bulan shafar adalah bulan yang dianggap sial oleh orang orang jahiliyyah khususnya mereka tidak mau menikah di bulan shafar, ada juga yang menafsirkan lain, diantaranya Abu ‘Ubaidah meriwayatkan dari Ru’bah, shafar adalah ular kecil yang ada dalam perut yang menyerang hewan juga manusia. Ular ini lebih menjalar dari penyakit kudis bagi orang Arab. (lihat : Taisir al ‘Azizi al Hamid, Sulaiman bin As Syaikh Abdullah 2/766, lihat pula Al Qaul al Mufid syarah kitab at Tauhid, hal. 361)

24 Al Farra’ berkata, Hammah adalah burung malam, sepertinya yang dimaksud adalah burung hantu. Ibnu al ‘Arabi berkata : Mereka merasa sial karena burung ini. Ketika bertengger diatas diatas rumah seseorang diantara mereka, ia berkata, “Burung itu memberitahukan berita kematian ku atau salah seorang anggota keluargaku”. (Fathul Bari 10/241, dinukil dari Taisir al ‘Azizi al Hamid, Sulaiman bin As Syaikh Abdullah 2/765)

25 HR Bukhari : 5717, Muslim : 2220, dan Abu Dawud : 3893, dan yang lainnya.

26 HR Bukhari : 5707, Ahmad : 9722, dan yang lainnya.

27 As Tsamarat az Zakiyyah fi al ‘Aqaaid as Salafiyyah, hal. 128

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *