AMBIL YANG BAIKNYA DAN BUANG YANG BURUKNYA

Demikianlah diantara kaedah yang batil terkait menuntut ilmu dan bermajlis ilmu. Karena diantara adab didalam menuntut ilmu adalah tidaklah ilmu diambil kecuali dari Ulama Ahli Sunnah, maka ambilah kebenaran darimanapun datangnya, akan tetapi didalam menuntut ilmu maka perhatikanlah darimana ilmu itu diambil, wajib berhati hati memilih tempat pengajian, waspada didalam menghadiri majlis majlis ilmu.

Imam Muhammad Ibnu Sirin rahimahullah berkata :

إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ، فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ

“Sesungguhnya ‘Ilmu ini adalah Agama, maka perhatikanlah darimana kalian mengambil agama kalian” (Muqaddimah shahih Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda :

سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي نَاسٌ يُحَدِّثُونَكُمْ بِمَا لَمْ تَسْمَعُوا أَنْتُمْ وَلا آبَاؤُكُمْ، فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ.

“Akan muncul pada akhir jaman sekelompok manusia yang akan menceritakan hadits kepada kalian dengan sesuatu yang tidak pernah kalian mendengarnya demikian juga bapak-bapak kalian. Maka berhati-hatilah kalian dari mereka.” (Syarah Sunnah, Al Baghawi no 107, Muqaddimah shahih Muslim, hal. 6)

Menuntut ilmu dari ahli bid’ah berkonsekwensi menyalahi prinsip agama yaitu bahwa Agama memrintahkan untuk menghajer dan memboikot ahli bid’ah sementara ini malah bermajlis dengan ahlil bid’ah.

Al-Imam Al-Baghawi Rahimahullah menyebutkan kesepakatan ulama salaf dalam memboikot ahlul bid’ah, beliau berkata:

وَقَدْ مَضَتِ الصَّحَابَةُ وَالتَّابِعُونَ وَأَتْبَاعُهُمْ، وَعُلَمَاءُ السُّنَّةِ عَلَى هَذَا مُجْمِعِينَ مُتَّفِقِينَ عَلَى مُعَادَاةِ أَهْلِ الْبِدْعَةِ، وَمُهَاجَرَتِهِمْ.

“Dan telah berlalu para shahabat, tabi’in, dan pengikut mereka, serta ulama sunnah atas perkara ini, yaitu mereka bersepakat untuk memusuhi ahlul bid’ah dan meninggalkan mereka.” (Syarhus Sunnah 1/227)

Al-Imam Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah berkata :

ثلاثة لا يؤخذ عنهم: المتهم بالكذب، وصاحب بدعة يدعو إلى بدعته، والرجل الغالب عليه الوهم والغلط.

“Tiga (jenis manusia) yang tidak diambil (ilmunya) dari mereka, yaitu: Orang yang tertuduh melakukan kedustaan, Pelaku kebid’ahan yang menyeruh kepada bid’ahnya, dan seseorang yang cenderung keliru dan salah” (Syarah ‘ilal At Tirmidzi 1/110)

Al-Imam Ahmad rahimahullah berkata,

أَخْزَى اللَّهُ الكَرَابِيْسِي، لاَ يُجَالَسُ وَلاَ يُكَلَّمُ ، ولا تكتب كتبه، ولا تجالس من يجالسه.

“Semoga Allah menghinakan al-Karobisi (salah satu tokoh Ahli Bid’ah), tidak boleh dijadikan teman duduk, tidak boleh diajak bicara, tidak boleh disalin kitab-kitabnya, dan kami tidak duduk bersama orang yang duduk dengannya.” (Al Masaail riwayat Ibnu hani An Naisaburi 3/154)

Abdul Wahhab Al-Khaffaf rahimahullah berkata,

مررت بعمرو بن عبيد وحده ، فقلت : مالك ؟ تركوك ! قال : نهى الناس عن ابن عون ، فانتهوا

“Aku melewati Amr bin Ubaid (tokoh mu’tazilah) sedang duduk sendirian. Maka aku bertanya kepadanya, “apa yang terjadi denganmu sehingga manusia meninggalkanmu?’ Ia menjawab, ‘Ibnu ‘Aun (ulama sunnah) telah melarang manusia dariku, maka mereka pun pergi (meninggalkanku).” (Mizanul I’tidal 3/274)

Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah berkata,

مَنْ سَمِعَ مِنْ مُبْتَدِعٍ لَمْ يَنْفَعْهُ اللَّهُ بِمَا سَمِعَ وَمَنْ صَافَحَهُ فَقَدْ نَقَضَ الإِسْلَامَ عُرْوَةً عُرْوَةً

“Barangsiapa mendengar dari ahli bid’ah, maka Allah tidak akan memberi manfaat dengan apa yang ia dengar. dan barangsiapa berjabatan tangan dengannya, maka sungguh ia telah melepas Islam seutas demi seutas.” (Al-Jami’ Li AKhlaqi Ar-Rawi 1/138 hal.163)

Al Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata :

مَنْ أَحَبَّ صَاحِبَ بِدْعَةٍ، أَحبَطَ اللهُ عَمَلَهُ، وَأَخْرَجَ نُوْرَ الإِسْلاَمِ مِنْ قَلْبِهِ، لاَ يَرْتَفِعُ لِصَاحِبِ بِدْعَةٍ إِلَى اللهِ عَمَلٌ، نَظَرُ المُؤْمِنِ إِلَى المُؤْمِنِ يَجلُو القَلْبَ، وَنَظَرُ الرَّجُلِ إِلَى صَاحِبِ بِدْعَةٍ يُورِثُ العَمَى، مَنْ جَلَسَ مَعَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ لَمْ يُعْطَ الحِكْمَةَ.

Barang siapa yang mencintai ahlil bid’ah maka gugurlah amalannya, keluar cahaya islam dari dalam hatinya, ahli bid’ah amalannya tidak akan naik (diterima), seorang mukmin ketika melihat saudaranya yang mukmin akan membeningkan hati, sementara melihat ahli bid’ah akan mengakibatkan kebuataan (hati) dan barang siapa yang duduk dengan ahli bid’ah maka tidak akan diberi hikmah (ilmu)” (Siyar A’lam an Nubala 8/435)

Al-Qahthani berkata dalam bait sya’ir Nuniyah nya,

لا يصحب البدعي إلا مثله … تحت الدخان تأجج النيران

” Tidaklah berteman dengan ahli bid’ah kecuali orang yang sepertinya …di bawah asap ada api yang berkobar ” (An Nuniyah, hal. 45)

Oleh karena itu, janganlah mengambil ilmu dari ahli bid’ah dan orang-orang yang menyimpang atau memiliki penyakit di dalam hatinya. Karena mengambil ilmu dari mereka akan mewariskan penyimpangan dari al-haq baik disadari ataupun tidak.

Bundar Ibnul Husein rahimahullah berkata,

صُحْبَةُ أَهْلِ الْبِدَعِ تُورِثُ الْإِعْرَاضَ عَنِ الْحَقِّ

“Berteman dengan ahli bid’ah akan mewariskan berpalingnya dari kebenaran.” (As-Siyar 16/106)

Maka didalam menuntut ilmu syari’at ini tidak dibenarkan berprinsip ambil ilmu dari siapa saja, lalu ambil yang baiknya dan buang yang buruknya, karena bagaimana mungkin kita mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk, sementara ilmu kita tidak kokoh karena bercampur aduknya pemahaman yang hak dan yang bathil. (Dinukil dari kitab An Nubadz Fi Adabi Tholabil ‘Ilmi, hal. 17-20, karya Syaikh Hamad Ibrahim Al-‘Utsman hafidzahullah)

Abu Ghozie As Sundawie

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *