ADAB TIDUR – MAKRUH TIDUR DI ATAP RUMAH YANG TEPINYA TIDAK ADA DINDING PENGHALANG

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

وَفِيْهِ حَدِيْثُ عَلِيِّ بْنِ شَيْبَان، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ بَاتَ عَلَى ظَهْرِ بَيْتٍ لَيْسَ عَلَيْهِ حِجَابٌ ([ . وفي رواية : ( ليس له حجارٌ ) والكل بمعنى واحد، أي ساتر وحاجز كحائط وغيره يمنعه من السقوط. انظر شرح الأدب المفرد(2/601)، و]) فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ الذِّمَّةُ

Hadits Ali bin Syaiban menjelaskan bahwasanya Nabi bersabda, “Siapa yang tidur di malam hari di atas rumahnya tidak ada hijab, maka jika dia mati tidak akan ada yang menanggungnya.”

وَعِنْدَ أَحْمَدَ : (مَنْ بَاتَ فَوْقَ إِجَّارٍ أَوْ فَوْقَ بَيْتٍ لَيْسَ حَوْلَهُ شَيْءٌ يَرُدُّ رِجْلَهُ فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ الذِّمَّةُ…) ([ . رواه البخاري في الأدب المفرد(1192) وصححه الألباني برقم(908)، ورواه أحمد(20225) أبو داود(5041)]) .

Dan menurut riwayat Ahmad : “Barangsiapa yang tidur di malam hari di atap rumahnya yang di tepinya tidak ada yang menahannya (bila dia jatuh), jika dia mati, maka tidak akan ada yang menanggungnya.

قَالَ فَضْلُ اللهِ الْجَيْلَانِي : … أَنَّهُ يَلْزَمُ الْإِنْسَانُ أَنْ لَا يَقْصُرُ فِيْ مُرَاعَاةِ الْأَسْبَابِ الْعَادِيَةِ لِجَلْبِ مَا يَنْفَعُ وَدَفْعِ مَا يَضُرُّ،

Fadhlullah Al Jailani berkata, “Seorang insan tidak boleh lalai dalam memelihara keamanan dirinya dan mencegah hal-hal yang membahayakan dirinya.

وَهَذَا الْحَدِيْثُ مِنْ أَدِلَّةِ ذَلِكَ، فَمَنْ بَاتَ عَلَى سَطْحٍ لَا حِجَابَ عَلَيْهِ

Hadits Ini di antara yang menunjukkan demikian. Maka, siapa yang tidur di atas sebuah rumah yang tidak ada penghalang

فَقَدْ قَصَرَ فِيْ مُرَاعَاةِ الْأَسْبَابِ الْعَادِيَةِ لِاجْتِنَابِ الْأَضْرَارِ، فَإِنَّ النَّائِمَ قَدْ يَنْقَلِبُ فِيْ نَوْمِهِ

Dia telah lalai dalam menjaga keselamatan dirinya. Karena orang yang tidur, kadang berguling ke sana ke mari,

وَقَدْ يَقُوْمُ وَلَا يَزَالُ أَثَرُ النَّوْمِ عَلَيْهِ فَيَسْعَى إِلَى غَيْرِ الطَّرِيْقِ فَيَسْقُطُ،

Dan kadang dia bangun dari tidurnya dan dia belum benar-benar sadar lalu dia terjatuh dan mati atau terluka.

فَكَانَ يَنْبَغِيْ لَهُ مُرَاعَاةُ الْأَسْبَابِ الْعَادِيَةِ بِأَنْ لَا يَنَامَ فِيْ ذَلِكَ الْمَوْضِعِ، فَإِذَا نَامَ فَقَدْ عَرَضَ نَفْسَهُ لِلْسُّقُوْطِ فَيَسْقُطُ،

Maka, sebaiknya kita menjaga keselamatan diri kita di antaranya adalah jangan tidur pada tempat yang berbahaya.

فَمَنْ تَعَاطَى الْأَسْبَابَ الْعَادِيَةَ وَذَكَرَ اسْمَ اللهِ تَعَالَى وَاعْتَمَدَ عَلَيْهِ فَهُوَ فِيْ ذِمَّةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ،

Dan orang yang telah berusaha untuk menjaga keselamatan dirinya dan menyebut nama Allah sebelum tidur, maka dia dalam tanggungan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

إِمَّا أَنْ يَحْفَظَهُ وَإِمَّا أَنْ يُثِيْبَهُ عَلَى مَا أَصَابَهُ مِنْ ضَرَرٍ بِكَفَارَةِ السَّيِّئَاتِ أَوْ رَفْعِ الدَّرَجَاتِ،

Dia akan menjaganya, atau memberinya pahala, atau menghapuskan dosa-dosanya, dan mengangkat derajatnya di surga bila ada sesuatu yang menimpanya ketika dia tidur.

فَإِنْ أَصَابَهُ مَا فِيْهِ هَلَاكُهُ بَعْدَ اتِّخَاذِ الْأَسْبَابِ فَهُوَ شَهِيْدٌ كَمَا وَرَدَ فِيْ الْمُتَرَدِّي وَالْغَرِيْقِ وَنَحْوِهِمَا،

Jika ada sesuatu yang menimpanya hingga dia wafat ketika tidur setelah dia menjaga keselamatan dirinya, maka dia mati dalam keadaan syahid sebagaimana halnya orang yang mati tertimpa benda berat, mati tenggelam, dan lainnya.

وَمَنْ قَصَّرَ بَعْدَ وُسْعِهِ لَمْ يَكُنْ فِيْ ذِمَّةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِنْ أَصَابَهُ ضَرَرٌ لَمْ يُثَبْ،

Dan siapa yang melalaikan keselamatan dirinya padahal dia mampu, dia tidak dalam tanggungan Allah jika ada sesuatu yang menimpanya, dia tidak akan diberikan pahala.

وَإِنْ هَلَكَ لَمْ يَكُنْ شَهِيْداً، بَلْ يَخْشَى أَنْ يَعُدَّ قَاتِلاً نَفْسَهُ، وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ ([ . شرح الأدب المفرد (2/601)]) .

Jika dia mati, bukan mati syahid, bahkan boleh jadi dia sama saja membunuh dirinya. Wallahu a’lam bishshawab.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *