Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
يُسْتَحَبُ لِلْمُسَافِرِ إِذَا نَالَ مُرَادَهُ مِنْ سَفَرِهِ أَنْ يَعُوْدَ سَرِيْعاً إِلَى أَهْلِهِ، وَلَا يَمْكُثُ فَوْقَ حَاجَتِهِ لِحِكَمٍ سَوْفَ يَأْتِيْ ذِكْرُهَا. وَقَدْ أَرْشَدَ إِلَى هَذَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Disunnahkan bagi seorang musafir apabila dia telah mencapai maksud dari perjalanannya tersebut agar segera kembali kepada keluarga. Tidak berdiam melebihi kebutuhannya. Rasulullah telah membimbing kita kepada adab ini
فَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ : «السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ العَذَابِ، يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ، فَإِذَا قَضَى نَهْمَتَهُ، فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ» ([ . رواه البخاري(1804)، ومسلم(1927)، وأحمد(7184)، وابن ماجه(2882)، ومالك(1835)، والدارمي(2670)]) .
Dari Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda : “Safar itu adalah bagian dari adzab, karena dengan safar ia terhalang untuk makan, minum, dan tidur. Maka jika telah selesai keperluannya maka hendaklah ia segera kembali kepada keluarganya.”
قَالَ ابْنُ حَجَرٍ: وَفِي الْحَدِيثِ كَرَاهَةُ التَّغَرُّبِ عَنِ الْأَهْلِ لِغَيْرِ حَاجَةٍ وَاسْتِحْبَابُ اسْتِعْجَالِ الرُّجُوعِ وَلَا سِيَّمَا مَنْ يُخْشَى عَلَيْهِمُ الضَّيْعَةُ بِالْغَيْبَةِ
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan : Hadits ini menunjukkan makruhnya berpisah dari keluarganya lebih dari keperluannya. Dan disunnahkan untuk segera kembali kepada keluarganya apalagi ditakutkan kalau-kalau istrinya terabaikan disaat kepergiannya.
وَلِمَا فِي الْإِقَامَةِ فِي الْأَهْلِ مِنَ الرَّاحَةِ الْمُعِينَةِ عَلَى صَلَاحِ الدِّينِ وَالدُّنْيَا وَلِمَا فِي الْإِقَامَةِ من تَحْصِيل الْجَمَاعَات وَالْقُوَّة على وَالْعِبَادَة ([ . فتح الباري (3/730)]) .
Dimana berkumpul bersama keluarga akan memberikan kesejukan yang dapat membantu perbaikan baik agama atau duniawiyah. Dan pula berkumpul bersama keluarga akan mendatangkan rasa kebersamaan dan kekuatan dalam pelaksaan ibadah.