ADAB SAFAR – DIANJURKAN MELAKUKAN PERJALANAN PADA PAGI HARI DI HARI KAMIS

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

مِنْ هَدْيِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ أَسْفَارِهِ أَنَّهُ كَانَ يُحِبُّ الْخُرُوْجَ فِيْ يَوْمِ الْخَمِيْسِ وَكَانَ يَخْرُجُ فِيْ أَوَّلِ النَّهَارِ

Di antara petunjuk Rasulullah ketika melakukan perjalanan adalah beliau menyukai pergi pada hari Kamis, dan beliau memulai perjalanannya di pagi hari.

فَعَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ يَوْمَ الخَمِيسِ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ وَكَانَ يُحِبُّ أَنْ يَخْرُجَ يَوْمَ الخَمِيسِ»

Dari Ka’ab bin Malik “Bahwasanya Nabi melakukan perjalanan pada hari Kamis pada Perang Tabuk, dan beliau menyukai bila melakukan perjalanan pada hari Kamis.”

وَعِنْدَ أَحْمَدَ : «أَقَلُّ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ إِذَا أَرَادَ سَفَرًا، إِلَّا يَوْمَ الْخَمِيسِ» ([ . رواه البخاري(2950)، وأحمد(15354)]) .

Dan menurut riwayat Ahmad disebutkan: “Jarang sekali Rasulullah keluar apabila mau safar kecuali hari Kamis”

وَعَنْ صَخْرٍ الْغَامِدِيِّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : «اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا». وَكَانَ إِذَا بَعَثَ سَرِيَّةً أَوْ جَيْشًا بَعَثَهُمْ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ

Dan dari Shakhr Al-Ghamidi dari Nabi bersabda, “Ya Allah, berkahilah umatku di pagi hari.” Dan apabila beliau mengutus sariyyah ‘detasemen’ atau pasukan perang, beliau mengutus mereka untuk pergi di pagi hari.

«وَكَانَ صَخْرٌ رَجُلًا تَاجِرًا، وَكَانَ يَبْعَثُ تِجَارَتَهُ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ فَأَثْرَى وَكَثُرَ مَالُهُ» ([ . رواه أبو داود(2606) واللفظ له، وصححه الألباني. وأحمد(15012)، والترمذي(1212)، وابن ماجه(2236)، والدارمي(2435)]) .

Dan Shakhr adalah seorang pedagang, dia mengirim dagangannya di pagi hari. Dia pun menjadi pebisnis yang sukses dan kaya raya.”

مسألة : مَا حُكْمُ السَّفَرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ؟

Permasalahan : Apa hukum melakukan perjalanan pada hari Jum’at?

الجواب : الْمَذْهَبُ : أَنَّهُ لَا يَجُوْزُ لِمَنْ تَلْزَمَهُ السَّفَرَ فِيْ يَوْمِهَا بَعْدَ الزَّوَالِ

Jawaban : Menurut mazhab Hanbali orang yang harus melakukan perjalanan di hari Jum’at tidak boleh pergi setelah tergelinci matahari.

وَلَوْ قِيْلَ : بَعْدَ النِّدَاءِ كَانَ أَوْلَى لِأَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَمَرَ بِالسَّعْيِ إِلَى الْجُمُعَةِ بَعْدَ النِّدَاءِ وَتَرْكِ الْبَيْعِ

Kalau ditanyakan, setelah adzan? Itu apalagi, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk bersegera mengerjakan shalat Jum’at setelah adzan berkumandang dan bersegera untuk meninggalkan perniagaan.

فَعَلَّقَ الْحُكْمَ عَلَى النِّدَاءِ قَالَ تَعَالَى : {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ} ([ [الجمعة: 9]])

Allah Ta’ala mengaitkan hukum ini dengan adzan Jum’at. Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

وَلَكِنْ يُقَالُ : إِنَّ الزَّوَالَ هُوَ سَبَبُ وُجُوْبِ الْجُمُعَةِ، فَبِالزَّوَالِ يَدْخُلُ الْوَقْتُ.

Akan tetapi dikatakan “Sesungguhnya tergelincirnya matahari Itulah yang menyebabkan wajibnya shalat Jum’at, dan dengan tergelincirnya matahari itulah masuk waktu shalat.”

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *