Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diikuti oleh amal. Dan orang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya akan dimintai pertanggung-jawabannya pada hari kiamat.
Banyak dalil-dalil yang jelas dari Kitab dan Sunnah, pandangan para ulama tentang wajibnya beramal dengan ilmu, peringatan tentang bahaya ilmu tanpa amal, dan tentang ucapan yang tidak disertai perbuatan.
Allah berfirman :
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتاً عِندَ اللهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ}
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang fidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (QS As Shaf : 2-3)
Dan Allah berfirman :
{أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ}
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan (kewajiban) dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir.” (QS Al Baqarah : 44)
Tidak diragukan bahwa taqwa kepada Allah, istiqamah dalam syari at-Nya, dan berpegang teguh kepada Quran dan Sunnah adalah merupakan senjata bagi palajar.
Senjata itu tidak boleh dilepaskan untuk selamanya, agar bisa mencapai ridha Allah dan meraih cahaya, keberkahan, serta keutamaan ilmu.
Allah berfirman :
{وَاتَّقُواْ اللهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللهُ وَاللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ}
“Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Rasulullah menjelaskan bahwa seorang ‘alim akan dimintai pertanggungjawabannya tentang ilmunya pada hari kiamat. Yaitu dalam hal apa yang telah ia amalkan.
Dari Abu Barzah Al Aslami berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
«لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ»
“Kedua kaki seorang hamba tak kan bergeser pada hari kiamat sehingga ia ditanya tentang umurnya: dalam hal apa ia habiskan, tentang ilmunya: dalam hal apa telah ia amalkan: tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan, dan tentang tubuhnya: dalam hal apa ia hancurkan.” (HR Tirmidzi : 2417)
Dari Usamah bin Zaid bahwa ia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda :
يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُولُونَ : يَا فُلَانُ مَا لَكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ : بَلَى قَدْ كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ، وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ
“Akan didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat, kemudian ia dilermparkan ke dalam api neraka, maka keluarlah usus-usus dari perutnya, lalu ia berputar-putar dengan usus-usus dari perutnya itu seperti seekor keledai yang memutarkan penggilingan. Maka para penghuni neraka berkumpul kepadanya dan mengatakan, ‘Hai Fulan! Bukankah kamu yang dahulu memerintahkan untuk berbuat baik dan mencegah kemunkaran?’ Ia menjawab, “Betul, sungguh aku dahulu yang memerintahkan orang berbuat baik, sedangkan aku tidak menjalankannya, dan akulah yang mencegah kemunkaran, padahal aku menjalankannya’. (HR muslim : 2989)
Inilah sebuah ilustrasi siksaan dengan segala penjelasannya dalam hadits ini yang membuat sekujur badan merinding.
Itulah siksaan bagi Orang yang tidak mengamalkan ilmu yang telah Allah berikan kepadanya ia sudah merasa cukup dengan memerintah dan mencegah.
Sementara itu ia membiarkan dirinya terseret di belakang kemaksiatan di saat mata orang lain tidak melihatnya. Akan tetapi Allah tidak ada baginya sesuatu yang tersembunyi.
Dialah yang menutupi perbuatannya itu di dunia sehingga banyak orang mengiranya baik. Pastilah Dia membongkarnya pada hari kiamat di depan mata kepala parasaksi.
Karena itulah maka para shahabat yang mulia radhiyallahu ‘anhum meskipun dengan ketaqwaan mereka dan komitmen mereka kepada kitab dan Sunnah, mereka khawatir jika seorang dari mereka berdiri pada hari kiamat ditanya tentang ilmunya, apakah sudah dia amalkan atau belum?
Abu Darda juga berkata :
»مَا أَخَافُ عَلَى نَفْسِي أَنْ يُقَالَ لِي : مَا عَلِمْتَ وَلَكِنْ أَخَافُ أَنْ يُقَالَ لِي: مَاذَا عَمِلْتَ؟«
“Aku tidak khawatir dikatakan apa yang telah kamu ketahui akan tetapi aku khawatir dikatakan apa yang telah engkau amalkan (dari ilmu)” (HR Ad Darimi : 270, Ibnu Abi Syaibah : 34598)
Abu Darda juga berkata :
«لَا تَكُونُ عَالِمًا حَتَّى تَكُونَ بِالْعِلْمِ عَامِلًا»
“Kamu tidak menjadi seoarang ‘alim sehingga kamu mengamalkan ilmumu”. (Akhlaqul ‘Ulama, Abu Bakar Al Ajiri , 57)
Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan :
شَكَوْتُ إِلَى وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ فَأَرْشَدَنِيْ إِلَى تَرْكِ الْمَعَاصِيْ وَأَخْبَرَنِيْ بِأَنَّ الْعِلْمَ نُوْرٌ وَنُوْرُ اللهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِيْ
“Aku mengadu kepada waki’ tentang buruknya hafalanku, maka ia membimbingku untuk meniggalkan maksiat, Ia memberitahukan kepadaku, bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat”. (Daiwan As-Syafi’I : 54)
Malik bin Dinar rahimahullah berkata :
إنَّ العَالمَ إِذَا لَمْ يَعْمَلْ بِعِلْمِهِ زَلَّتْ مَوْعِظَتُهُ عَنِ القُلُوْبِ كَمَا تَزِلُّ الْقطرةُ عن الصَّفا
“Sesungguhnya seorang ‘alim jika tidak beramal dengan ilmunya niscaya nasihatnya tidak membekas dari banyak hati (meleset) seperti tetesan air meleset dari batu yang licin”. (Jaami’u Bayanil ‘Ilmi Wa Fadhlih, Ibnu ‘Abdil Barr : 1/58)
Nabi bersabda :
مَثَلُ العَالِمِ الَّذِي يُعَلِّمُ النَّاسَ الخَيْرَ وَيَنْسَى نَفْسَهُ كَمَثَلِ السِّرَاجِ: يُضِيءُ لِلنَّاسِ وَيَحْرِقُ نَفْسَهُ
“Perumpamaan orang yang berilmu yang mengajarkan ilmunya kepada manusia namun ia melupakan dirinya seperti lentera (lilin) yang menerangi manusia namun dirinya sendiri terbakar. (HR Thabrani, mu’jamul kabir 2/165, Ibnu Abi Syaibah , al mushanif 7/182, shahih at targhib wat tarhib 2/585)
Mu’adz bin Jabal berkata :
»اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ بَعْدَ أَنْ تَعْلَمُوا فَلَنْ يَأْجُرَكُمُ اللهُ تَعَالَى بِالعِلْمِ حَتَّى تَعْمَلُوا«
“Beramallah sesuka kalian setelah kalian berilmu, karena sesungguhnya Allah tidaklah memberi pahala atas ilmu kalian sehingga kalian beramal”. (HR Ad Darimi : 266)
Abud Darda berkata :
»إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ القِيَامَةِ عَالِمٌ لَا يَنْتَفِعُ بِعِلْمِهِ«
“Sesungguhnya diantara manusia yang paling buruk kedudukannya disisi Allah pada hari kiamat adalah orang ‘alim yang tidak bermanfaat ilmunya” (HR Ad Darimi : 268)