Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
Telah tetap dari Nabi dalam beberapa hadits bahwa beliau shalat dengan memakai sandal, dan memerintahkannya. Anas bin Malik pernah ditanya: “Apakah Nabi melaksanakan shalat dengan memakai sandal?” Anas menjawab, “Ya.
وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِأَصْحَابِهِ إِذْ خَلَعَ نَعْلَيْهِ فَوَضَعَهُمَا عَنْ يَسَارِهِ فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ الْقَوْمُ أَلْقَوْا نِعَالَهُمْ،
Dan dari Abu Sa’id Al-Khudri dia mengatakan, “Tatkala Rasulullah shalat bersama para sahabat, tiba-tiba beliau melepas sandalnya lalu meletakkannya di samping kirinya. Ketika para sahabat melihat hal itu mereka pun ikut melepas sandal mereka.
فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَهُ قَالَ: «مَا حَمَلَكُمْ عَلَى إِلْقَاءِ نِعَالِكُمْ»، قَالُوا: رَأَيْنَاكَ أَلْقَيْتَ نَعْلَيْكَ فَأَلْقَيْنَا نِعَالَنَا،
Ketika selesai shalat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Mengapa kalian melepas sandal kalian?” Mereka menjawab, “Kami melihat engkau melepas sandal engkau. Maka, kami pun ikut melepaskannya.”
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ جِبْرِيلَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَانِي فَأَخْبَرَنِي أَنَّ فِيهِمَا قَذَرًا أَوْ قَالَ: أَذًى
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya malaikat Jibril ‘alaihissalam mendatangiku dan memberitahukanku bahwa, pada kedua sandalku ada kotoran atau beliau bersabda, ada najis”
وَقَالَ : إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَلْيَنْظُرْ: فَإِنْ رَأَى فِي نَعْلَيْهِ قَذَرًا أَوْ أَذًى فَلْيَمْسَحْهُ وَلْيُصَلِّ فِيهِمَا
Dan Rasulullah bersabda, “Apabila, salah seorang dari kalian datang ke masjid, maka lihatlah, jika dia melihat ada kotoran atau najis pada sandalnya, maka bersihkanlah najis itu, dan shalatlah dengan kedua sandal itu’.”
وَعِنْدَ أَحْمَدَ : فَإِذَا جَاءَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ، فَلْيَقْلِبْ نَعْلَهُ، فَلْيَنْظُرْ فِيهَا، فَإِنْ رَأَى بِهَا خَبَثًا فَلْيُمِسَّهُ بِالْأَرْضِ، ثُمَّ لِيُصَلِّ فِيهِمَا» ([ . رواه أبو داود(650) وقال الألباني: “صحيح ” ، ورواه أحمد(10769)، والدارمي(1378)]) .
Dan menurut riwayat Ahmad, Rasulullah bersabda, “Jika salah seorang dari kalian datang ke masjid, maka lihatlah di balik sandalnya. Jika ada kotoran, maka usapkanlah ke tanah, kemudian shalatlah dengan menggunakan dua sandal itu.”
قال شيخ الإسلام ابن تيمية : وَالصَّلاَةُ فِيْ النَّعْلَيْنِ سُنَّةٌ أَمَرَ بِهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَمَرَ إِذَا كَانَ فِيْهَا أَذَى أَنْ يَدْلُكَهُمَا بِالْأَرْضِ فَإِنَّهَا لَهُمَا طَهُوْرٌ.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Shalat menggunakan sandal adalah sunnah yang diperintahkan oleh Rasulullah . Rasulullah memerintahkan untuk menggesekkan sandal ke tanah apabila pada sandal ada kotoran, karena dengan begitu sandal akan suci dan bersih.
وَهَذَا هُوَ الصَّحِيْحُ مِنْ قَوْلَيْ الْعُلَمَاءِ وَصَلَاتُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ بِالنِّعَالِ فِيْ الْمَسْجِدِ مَعَ أَنَّهُمْ يَسْجُدُوْنَ عَلَى مَا يُلَاقِي النِّعَالَ
Dan inilah yang benar dari dua pendapat para ulama. Dan shalatnya Rasulullah menggunakan sandal bersama para shahabatnya, padahal mereka akan sujud di tempat yang telah diinjak oleh sandal itu,
كُلُّ ذَلِكَ دَلِيْلٌ عَلَى طَهَارَةِ أَسْفَلِ النَّعْلِ مَعَ أَنَّهُمْ كَانُوْا يَرُوْحُوْنَ بِهَا إِلَى الْحَشِّ لِلْبَرَازِ. فَإِذَا رَأَى عَلَيْهِمَا أَثَرَ النَّجَاسَةِ فَدَلَكَهَا بِالْأَرْضِ طَهَرَتَا.اهـ ([ . المستدرك على مجموع فتاوى شيخ الإسلام بن تيمية (3/69) . جمع وترتيب : الشيخ محمد بن عبد الرحمن بن قاسم –حفظه الله- الطبعة الأولى لعام 1418هـ .]).
semua itu menunjukkan bahwa sandal itu suci, meskipun mereka berjalan dengan menggunakan sandal itu ke WC. Jika seseorang melihat kotoran pada sandalnya lalu menggesekkannya ke tanah, itu sudah membuat sandal itu suci.”
تَنْبِيْهٌ : فِيْ هَذِهِ الْأَزْمَانِ الْمُتَأَخِرَةِ أَصْبَحَتِ الْمَسَاجِدُ تُفْرَشُ (بِسُجَادٍ) وَجَرَتْ عَادَتُهُمْ أَنْ لَا يَدْخُلُوْا الْمَسَاجِدَ بِنِعَالِهِمْ وَخِفَافِهِمْ، وَلَا يُوَطِئُوْنَهَا فِرَشَهُمْ
Hal yang harus diperhatikan : Di zaman sekarang, masjid-masjid diberi alas dengan karpet atau sajadah. Dan orang-orang yang masuk masjid melepaskan sandal mereka di luar masjid.
وَإِذَا كَانَ الْأَمْرُ كَذَلِكَ فَإِنَّ عَلَى الْغُيُوْرِيْنَ عَلَى سُنَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم مِنَ الْاِنْدِثَارِ وَالْحَرِيْصِيْنَ عَلَى تَطْبِيْقِ سُنَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
Bila masalahnya sudah seperti ini, maka orang-orang yang sangat cemburu dalam melaksanakan sunnah Nabi dan yang bersemangat menerapkan sunnah Nabi
أَنْ لَا يَدْخُلُوْا هَذِهِ الْمَسَاجِدَ بِنِعَالِهِمْ وَخِفَافِهِمْ حَتَّى لَا تَحْدُثَ مَفْسَدَةً فِيْ سَبِيْلِ تَحْصِيْلِ مَصْلَحَةٍ.
Agar tidak memasukkan sandal-sandal mereka ke dalam masjid, hingga tidak menimbulkan kerusakan dalam mencari kebaikan.
لِأَنَّ أَكْثَرَ الْعَوَّامِ يَجْهَلُوْنَ هَذِهِ السُّنَّةَ وَبِسَبَبِ جَهْلِهِمْ فَإِنَّ الدَاخِلَ إِلَى الْمَسْجِدِ بِنَعْلَيْهِ لَا يَأْمَنُ إِنْكَارُ الْعَوَّامِ عَلَيْهِ، وَارْتِفَاعُ أَصْوَاتِهِمْ وَلَغَطِهِمْ فِيْ الْمَسْجِدِ
Karena orang-orang awam yang tidak mengerti sunnah dan disebabkan kebodohan mereka, orang yang masuk ke dalam masjid dengan memakai sandal pasti akan ditentang oleh orang, dan mereka akan mengeraskan suara di dalam masjid.
هَذَا مَعَ مَا قَدْ تُسَبِّبُهُ النِّعَالُ أَوْ الْخِفَافُ فِيْ تَلْوِيْثِ هَذِهِ الْفُرُشِ الَّتِيْ أَصْبَحَ النَّاسُ يُوَلُوْنَهَا عِنَايَةً كَبِيْرَةً .
Selain itu juga sandal atau sepatu akan menyebabkan kotornya karpet masjid yang mana manusia sangat besar perhatiannya terhadap hal itu.
وَعَلَى الرَّاغِبِ فِيْ تَطْبِيقِ سُنَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ الصَّلَاةِ بِالنَّعْلَيْنِ، أَنْ يُصَلِّيَ بِهِمَا فِيْ بَيْتِهِ، أَوْ عِنْدَ خُرُوْجِهِ لِلنَّزْهَةِ، أَوْ عِنْدَ السَّفَرِ، أَوْ فِيْ مَسْجِدِ أَهْلِهِ يُصَلُّوْنَ بِنِعَالِهِمْ وَخِفَافِهِمْ.
Dan bagi orang yang sangat antusias melaksanakan sunnah dengan memakai sandal ketika shalat, hendaklah dia melakukannya di rumahnya, atau ketika dia keluar untuk tamasya, atau ketika bepergian, atau di masjid keluarga yang dapat shalat dengan sandal atau sepatu.