Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
َا بَأْسَ بِالْاِسْتِلْقَاءِ فِيْ الْمَسْجِدِ، فَقَدِ اسْتَلْقَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ الْمَسْجِدِ وَاضِعاً إِحْدَى رِجْلَيْهِ عَلَى الْأُخْرَى.
Dibolehkan duduk seperti itu di dalam masjid karena Rasulullah pernah melakukannya, beliau duduk menjulurkan kakinya dan meletakkan salah satu kakinya di atas kaki yang lain.
فَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : «أَنَّهُ رَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسْتَلْقِيًا فِي المَسْجِدِ، وَاضِعًا إِحْدَى رِجْلَيْهِ عَلَى الأُخْرَى»
Dari Abdullah bin Zaid bin Ashim radhiyallahu ‘anhu, dia melihat Rasulullah duduk menjulurkan kaki dan meletakkan salah satu kakinya di atas kaki yang lain.
وَعَنْ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ المُسَيِّبِ، قَالَ : «كَانَ عُمَرُ، وَعُثْمَانُ يَفْعَلاَنِ ذَلِكَ» ([ .رواه البخاري (475)، ومسلم (2100)، والترمذي (2765) والنسائي (721)، وأبو داود (4866)، وأحمد (15995)، ومالك (418)، والدارمي (2656)]).
Dan dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin Al-Musayyab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhuma keduanya melakukan itu.”
وَلَكِنْ يَنْبَغِيْ الْأَمْنُ مِنْ كَشْفِ الْعَوْرَةِ لِأَنَّ وَضْعَ الرِّجْلِ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى مَظَنَةُ كَشْفِ الْعَوْرَةِ، وَمَنْ أَمْكَنَهُ التَّحَرُّزُ فَلَا يُمْنَعُ مِنْهُ.
Akan tetapi, seyogyanya ia menjaga auratnya agar tidak terlihat karena meletakkan kaki di atas kaki lainnya sangat memungkinkan aurat seseorang terlihat. Dan siapa yang sanggup menjaganya, maka tidaklah dilarang dari hal itu.
فائدة : يَتَحَرَّجُ بَعْضُ النَّاسِ مِنْ مَدِّ أَرْجُلِهِمْ إِلَى الْقِبْلَةِ تَوَرُّعاً. وَلَكِنْ هَذَا الْحَرَجُ لَيْسَ فِيْ مَحَلِّهِ وَمَنْ مَدَّ رِجْلَهُ أَوْ رِجْلَيْهِ إِلَى الْقِبْلَةِ فِيْ الْمَسْجِدِ أَوْ خَارِجِهِ فَهُوَ لَيْسَ بِآثِمٍ ([ . انظر فتاوى اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء . (6/292) برقم (5795)]) .
Faidah sebagian orang merasa khawatir berdosa bila menjulurkan kakinya ke arah kiblat. Akan tetapi, rasa khawatir berdosa ini bukanlah pada tempatnya, karena tidak berdosa orang yang menjulurkan kakinya ke arah kiblat baik di dalam masjid atau di luar masjid.
تنبيه : يَجِبُ عَلَى مَنْ مَدَّ رِجْلَهُ أَوْ رِجْلَيْهِ إِلَى الْقِبْلَةِ فِيْ الْمَسْجِدِ أَنْ لَا تَكُوْنَ مَصُوْبَةً إِلَى الْمَصَاحِفِ([ . الغالب أن المصاحف توضع في قبلة المسجد أمام المصلين . ])، تَأَدُّباً مَعَ كَلَامِ اللهِ وَتَعْظِيْماً لَهُ،
Hal yang harus diperhatikan orang yang menjulurkan kakinya ke arah kiblat di dalam masjid wajib menjaga agar kakinya tidak mengenai mushaf Al Qur’an, sebagai adab terhadap kalamullah dan mengagungkannya.
بَلْ إِنَّ النَّاسَ يَذُمُوْنَ وَيُنْكِرُوْنَ عَلَى مَنْ مَدَّ رِجْلَهُ أَوْ رِجْلَيْهِ أَمَامَهُمْ وَفِيْ مَجَالِسِهِمْ، فَكَيْفَ بِمَنْ يَمُدُّ رِجْلَيْهِ بِاتِّجَاهِ الْمَصَاحِفِ؟ لَا شَكَّ أَنَّ الْإِنْكَارَ عَلَيْهِ أَعْظَمُ.
Bahkan seseorang yang dihadapan mereka ada yang menjulurkan kakinya ke arahnya, mereka akan mencelanya, dan mengingkarinya. Bagaimana dengan orang yang menjulurkan kakinya ke arah tempat mushaf diletakkan? Tidak diragukan lagi bahwa mengingkari atas hal itu lebih besar lagi.