Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
مِنَ السُّنَّةِ أَنْ يَسُمَّ الْآكِلُ قَبْلَ أَكْلِ طَعَامِهِ، وَيَحْمَدَ اللهَ تَعَالَى بَعْدَ الْفَرَاغِ مِنْهُ.
Barangsiapa yang hendak makan dan minum disunnahkan untuk membaca bismillah, dan membaca alhamdulillah setelahnya.
قَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ : وَلِلتِّسْمِيَةِ فِي أَوَّلِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ، وَحَمْدِ اللَّهِ فِي آخِرِهِ تَأْثِيرٌ عَجِيبٌ فِي نَفْعِهِ وَاسْتِمْرَائِهِ، وَدَفْعِ مَضَرَّتِهِ.
Ibnul Qayyim berkata, “Membaca basmalah ketika hendak makan dan minum dan membaca alhamdulillah setelahnya, terdapat pengaruh yang amat menakjubkan akan manfaat makanan itu dan kenyangnya serta menghilangkan bahaya makanan itu.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ : إِذَا جَمَعَ الطَّعَامُ أَرْبَعًا، فَقَدْ كَمُلَ إِذَا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ فِي أَوَّلِهِ، وَحُمِدَ اللَّهُ فِي آخِرِهِ، وَكَثُرَتْ عَلَيْهِ الْأَيْدِي، وَكَانَ مِنْ حِلٍّ. ([ . زاد المعاد (4/232)])
Imam Ahmad berkata, “Apabila ada empat unsur terhimpun dalam sebuah makanan, akan sempurnalah makanan itu. Apabila disebut nama Allah di awalnya, dipuji Allah setelahnya, banyak tangan di santapannya (makan secara berjamaah) dan makanan itu halal’.
وَفَائِدَةُ التَّسْمِيَّةِ قَبْلَ الطَّعَامِ أَنَّهُ يحرم الشَّيْطَانُ مِنَ الْمُشَارَكَةِ فِيْ الْأَكْلِ وَالْإِصابة منه.
Faidah membaca bismillah sebelum makan, menghalangi syetan untuk ikut makan bersama kita.
فَعَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كُنَّا إِذَا حَضَرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا لَمْ نَضَعْ أَيْدِيَنَا حَتَّى يَبْدَأَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضَعَ يَدَهُ، وَإِنَّا حَضَرْنَا مَعَهُ مَرَّةً طَعَامًا،
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Bila kami makan bersama Rasulullah kami tidak makan terlebih dahulu hingga Rasulullah makan terlebih dahulu. Dan suatu ketika kami makan bersama beliau,
فَجَاءَتْ جَارِيَةٌ كَأَنَّهَا تُدْفَعُ، فَذَهَبَتْ لِتَضَعَ يَدَهَا فِي الطَّعَامِ، فَأَخَذَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهَا،
lalu seorang anak perempuan datang, seakan makanan itu diberikan untuknya dan dia mengambil makanan (untuk makan). Lalu Rasulullah menangkap tangannya.
ثُمَّ جَاءَ أَعْرَابِيٌّ كَأَنَّمَا يُدْفَعُ فَأَخَذَ بِيَدِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ أَنْ لَا يُذْكَرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ،
Kemudian seorang Arab Badui datang dan seakan makanan itu diberikan untuknya, dan dia pun mengambil makanan. Lalu Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya syetan akan memakan makanan yang tidak disebut nama Allah padanya.
وَإِنَّهُ جَاءَ بِهَذِهِ الْجَارِيَةِ لِيَسْتَحِلَّ بِهَا فَأَخَذْتُ بِيَدِهَا، فَجَاءَ بِهَذَا الْأَعْرَابِيِّ لِيَسْتَحِلَّ بِهِ فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّ يَدَهُ فِي يَدِي مَعَ يَدِهَا» ([ . رواه مسلم (2017)، وأحمد(22738)، وأبو داود(3766)]) .
Oleh karena itu, syetan datang dengan seorang anak perempuan, agar mendapatkan makanan ini. Oleh karena itu, aku menangkap tangannya. Dan syetan datang dengan orang Badui ini agar dia mendapatkan makanan, oleh karena itu aku menangkap tangannya demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya tangan syetan bersama tangan anak perempuan ini ada di tanganku’
وَلَفْظُ التَّسْمِيَّةِ أَنْ يَقُوْلَ الْآكِلُ : (بِسْمِ اللهِ). فَعَنْ عُمُرَ بْنِ أَبِيْ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ غُلاَمًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ،
Lafazh Tasmiyyah (menyebut nama Allah) adalah yang makan hendaknya membaca BISMILLAH dari Umar bin Abi Salamah radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Aku seorang anak kecil dalam asuhan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, (ketika makan) tanganku ke sana ke mari mengambil makanan di piring.
فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ» فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ ([ . رواه البخاري(5376) واللفظ له، ومسلم(2022)، وأحمد(15895)، وأبو داود(3777)، وابن ماجه(3267)، ومالك(1738)والدارمي(2045)]) .
Maka, Rasulullah bersabda kepadaku, “Wahai anak muda, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang dekat darimu.” Maka, setelah itu, aku selalu makan dengan cara seperti itu.”
وَاخْتَارَ النَّوَوِيُّ فِيْ أَذْكَارِهِ أَنَّ الْأَفْضَلَ أَنْ يَقُوْلَ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، فَإِنْ قَالَ : بِسْمِ اللهِ كَفَاهُ وَحَصَلَتِ السُّنَّةُ ([ . الأذكار للنووي(334)]) . وَرَدَّهُ ابْنُ حَجَرٍ فَلَمْ أَرَ لِمَا ادَّعَاهُ مِنَ الْأَفْضَلِيَّةِ دَلِيلًا خَاصًّا ([ . فتح الباري(9/431)]) .
Imam An-Nawawi rahimahullah dalam kitab Al Adzkarnya memilih pendapat, bahwa yang lebih utama adalah membaca, “Bismillahirrahmanirrahim”, jika membaca, “Bismillah”, itu pun cukup dan telah melaksanakan sunnah.” Ibnu Hajar radhiyallahu ‘anhu membantahnya dengan berkata, “Aku tidak melihat ada dalil khusus terhadap apa yang dianggapnya bahwa itu lebih utama.”
قُلْتُ : وَغَالِبُ النُّصُوْصِ جَاءَتْ بِلَفْظِ (سَمِّ اللهَ) وَنَحْوَ ذَلِكَ، دُوْنَ زِيَادَة (الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ)، بَلْ جَاءَ التَّصْرِيْحُ بِلَفْظِ التَّسْمِيَّةِ عِنْدَ الطَّبْرَانِيِّ دُوْنَ زِيَادَةِ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ)
Saya (penulis) berpendapat, “Kebanyakan teks hadits menyebutkan lafazh bismillah dan lain sebagainya. Tanpa menambah arrahman arrahim bahkan dalam riwayat Thabrani diriwayatkan dengan jelas lafazh bismillah tanpa menambah arrahman arrahim
مِنْ حَدِيْثِ عَمْرٍو بْنِ أَبِيْ سَلَمَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا غُلَامُ، إِذَا أَكَلْتَ فَقُلْ: بِسْمِ اللَّهِ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ ([ . أخرجه الطبراني في معجمه الكبير، وأدخله الألباني في سلسلته الصحيحة وقال: وهذا إسناد صحيح على شرط الشيخين (1/611)، برقم (344)]) .
Dari hadits Umar bin Abi Salamah, dia berkata, Rasulullah bersabda, Wahai anak muda, apabila kamu hendak makan bacalah bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang dekat denganmu.”
وَإِذَا نَسِيَ الْآكِلُ أَنْ يَسمِّ الله قَبْلَ الطَّعَامِ ثُمَّ ذَكَرَ فِيْ أَثْنَائِهِ فَإِنَّهُ يَقُوْلُ : (بِسْمِ اللهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ) أَوْ (بِسْمِ اللهِ فِيْ أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ) .
Jika seseorang lupa membaca bismillah “Sebelum makan, kemudian dia teringat ketika sedang makan, dia membaca : bismillah awwalahu wa akhirahu (dengan nama Allah di awal dan di akhirnya) atau bismillah fii awwalihi wa akhirihi (dengan nama Allah di awal dan di akhirnya).
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : «إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى، فَإِنْ نَسِيَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِي أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ» ([ . رواه أبو داود(3767) واللفظ له وصححه الألباني، وأحمد(25558)، والترمذي(1858)، وابن ماجه(3264)، والدارمي(2020)]) .
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Rasulullah bersabda, “Jika salah seorang dari kalian hendak makan, maka bacalah nama Allah Ta’ala. Jika dia lupa membacanya ketika hendak makan, maka bacalah bismillah awwalahu wa akhirahu.”
وَأَمَّا حَمْدُ اللهِ تَعَالَى بَعْدَ الْفَرَاغِ مِنْ طَعَامِهِ أَوْ شَرَابِهِ فَفِيْهِ فَضْلٌ عَظِيْمٌ تَفَضَّلَ بِهِ اللهُ عَلَى عِبَادِهِ،
Adapun mengucapkan alhamdulillah setelah makan atau minum, padanya ada keistimewaan yang sangat besar, yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya.
فَقَدْ رَوَى أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ اللهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا» ([ . رواه مسلم(2734)، وأحمد(11562)، والترمذي(1816)]) .
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah sangat ridha terhadap seorang hamba makan sebuah makanan, lalu dia memuji-Nya atas makanan itu ia minum suatu minuman kemudian dia memuji-Nya atas minuman itu,”
وَقَدْ تَعَدَدَتْ اَلْفَاظُ الْحَمْدِ عَنْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ الْفَرَاغِ مِنْ طَعَامِهِ وَشَرَابِهِ وَمِنْهَا :
ada beberapa lafazh alhamdulillah yang diriwayatkan dari Nabi ketika beliau selesai makan dan Minun, di antaranya adalah:
(1)-«الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا، طَيِّبًا مُبَارَكًا، غَيْرَ مَكْفِيٍّ، وَلَا مُوَدَّعٍ، وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا .
[1] Segala puji bagi Allah (pujian) yang amat banyak, baik, dan diberkahi. Yang nikmat-Nya tidak terbatas, tidak ditinggalkan, dan tidak akan mampu tanpa karunia itu, wahai Tuhan kami.”
(2)-«الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَفَانَا وَأَرْوَانَا، غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلاَ مَكْفُورٍ» .
[2] “Segala puji bagi Allah yang telah mencukupkan kami (mengenyangkan kami) dan menghilangkan haus kami, tidak terbatas dan tidak dikufuri.”
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا فَرَغَ مِنْ طَعَامِهِ وَقَالَ مَرَّةً: إِذَا رَفَعَ مَائِدَتَهُ قَالَ: «الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَفَانَا وَأَرْوَانَا، غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلاَ مَكْفُورٍ»
Dari Abu Umamah ia berkata, “Bahwa Nabi jika selesai makan dan sesekali Abu Umamah mengatakan apabila hidangan diangkat dari hadapannya), beliau membaca : (Segala puji bagi Allah, Yang telah mencukupkan kami dan menghilangkan haus kami, tidak terbatas, dan tidak dikufuri).
وَقَالَ مَرَّةً: «الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّنَا، غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلاَ مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنًى، رَبَّنَا»
Dan kadang membaca : (Segala puji bagi Allah, pujian yang amat banyak, baik, dan diberkahi. Yang nikmat-Nya tidak terbatas, tidak ditinggalkan, dan tidak akan mampu tanpa karunia itu, wahai Rabb kami).”
رَوَىْ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ، إِذَا رُفِعَ طَعَامُهُ أَوْ مَا بَيْنَ يَدَيْهِ قَالَ: «الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا، طَيِّبًا مُبَارَكًا، غَيْرَ مَكْفِيٍّ، وَلَا مُوَدَّعٍ، وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا» ([ . رواه البخاري (5459) واللفظ له، وأحمد(21664)، والترمذي (3456)، وأبو داود (3849)، وابن ماجه(3284)، والدارمي (2023)، والبغوي في شرح السنة (2828).]) .
Diriwayatkan dari Abu Umamah al Bahili dari Nabi apabila makanan dihidangkan atau dihadapkan makanan beliau membaca : Segala puji bagi Allah, pujian yang amat banyak, baik, dan diberkahi. Yang nikmat-Nya tidak terbatas, tidak ditinggalkan, dan tidak akan mampu tanpa karunia itu, wahai Rabb kami.”
قَالَ فِي النِّهَايَةِ : فِي غَيْرَ مَكْفِيٍّ : أَيْ غَيْرَ مَرْدُودٍ وَلَا مَقْلُوبٍ، وَالضَّمِيرُ رَاجِعٌ إلَى الطَّعَامِ، وَقِيلَ مَكْفِيٍّ مِنْ الْكِفَايَةِ
Ibnu Atsir berkata dalam kitab An Nihayah tentang sabda nabi : Yang tidak terbatas : Tidak di tolak atau tidak dikembalikan dan kata ganti kembali kepada makanan, ada yang berpendapat Makfiy dari kata kifayah
يَعْنِي أَنَّ اللَّهُ هُوَ الْمُطْعِمُ وَالْكَافِي وَغَيْرُ مُطْعَمٍ وَلَا مَكْفِيٍّ فَيَكُونُ الضَّمِيرُ لِلَّهِ. وَقَوْلُهُ ” وَلَا مُوَدَّعٍ ” أَيْ غَيْرُ مَتْرُوكِ الطَّلَبُ إلَيْهِ وَالرَّغْبَةُ فِيمَا عِنْدَهُ. ([ الآداب الشرعية 3/209])
yakni bahwasanya Allah yang memberi makan dan yang mencukupi bukan yang di beri makan atau yang dicukupi maka kata ganti kembali kepada Allah. Adapun yang tidak ditinggalkan artinya, yang tidak pernah ditinggalkan dalam meminta rizki kepada Allah dan selalu berharap terhadap apa yang ada disisi-Nya”
(3)- «الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا الطَّعَامَ، وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ.
[3] “segala puji bagi Allah yang telah memberikan aku makanan ini dan memberikan aku rezeki, tanpa daya dan kekuatan dariku”,
عَنْ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ أَكَلَ طَعَامًا ثُمَّ قَالَ :
Dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya, dia berkata, bahwasanya Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang makan, lalu membaca :
«الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا الطَّعَامَ، وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ»
“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan aku makanan ini dan memberikan aku rezeki, tanpa daya dan kekuatan dariku”, diampuni dosanya yang telah lalu.”
قَالَ: وَمَنْ لَبِسَ ثَوْبًا فَقَالَ: «الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَسَانِي هَذَا الثَّوْبَ وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي، وَلَا قُوَّةٍ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ» ([ . رواه الترمذي (3458) وقال : حديث حسن غريب، وابن ماجه(3285) وحسنه الألباني (3348)]) .
Beliau juga bersabda, “Barangsiapa yang memakai baju lalu membaca, ‘Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan pakaianku ini dan memberikan aku rizki tanpa daya dan kekuatan dari diriku’, diampuni dosanya yang telah lalu.”
(4)-«الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَ، وَسَقَى وَسَوَّغَهُ وَجَعَلَ لَهُ مَخْرَجًا»
[4] Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makan dan minum dan memudahkan pencernaannya dan menjadikan untuk makanan ini tempat keluar
روى عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَكَلَ أَوْ شَرِبَ قَالَ : «الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَ، وَسَقَى وَسَوَّغَهُ وَجَعَلَ لَهُ مَخْرَجًا» ([ . رواه أبو داود( 3851) وقال الألباني: صحيح .]) .
Diriwayatkan Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah apabila telah selesai makan atau minum, beliau membaca, segala puji bagi Allah yang telah memberikan makan dan minum dan memudahkan pencernaannya dan menjadikan untuk makanan ini tempat keluar
(5)-«اللَّهُمَّ أَطْعَمْتَ وَأَسْقَيْتَ، وَأَغْنَيْتَ، وَأَقْنَيْتَ، وَهَدَيْتَ، وَاجْتَبَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَعْطَيْتَ»
[5] “Ya Allah, Engkau yang memberi makan, Engkau yang memberi minum, Engkau yang memberi kecukupan, Engkau yang memberi keridhaan, Engkau yang memberi hidayah, Engkau yang memberi kehidupan. Bagi-Mu segala pujian atas apa saja yang Engkau berikan.”
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرٍ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ رَجُلٌ خَدَمَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَمَانِ سِنِينَ، قَالَ :
Dari Abdurrahman bin Jubair bahwasanya seorang lelaki yang membantu Nabi selama delapan tahun menyampaikan hadits kepadanya,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قُرِّبَ لَهُ طَعَامٌ قَالَ: «بِسْمِ اللَّهِ» فَإِذَا فَرَغَ مِنْ طَعَامِهِ قَالَ :
bahwasanya Rasulullah bila dihidangkan makanan kepadanya beliau membaca bismillah dan apabila selesai makan beliau membaca
«اللَّهُمَّ أَطْعَمْتَ وَأَسْقَيْتَ، وَأَغْنَيْتَ، وَأَقْنَيْتَ، وَهَدَيْتَ، وَاجْتَبَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَعْطَيْتَ» ([ . قال الألباني في السلسلة الصحيحة(1/111) (71) : رواه أحمد (4/62،5/375) ، وأبو الشيخ في أخلاق النبي صلى الله عليه وسلم . ثم ذكر سنده وقال : وهذا إسناد صحيح رجاله كلهم ثقات رجال مسلم . ]) .
beliau membaca, “Ya Allah, Engkau yang memberi makan, Engkau yang memberi minum, Engkau yang memberi kecukupan, Engkau yang memberi keridhaan, Engkau yang memberi hidayah, Engkau yang memberi kehidupan. Bagi-Mu segala pujian atas apa saja yang Engkau berikan.”
فائدة (1) :
يُسْتَحَبُّ الْاِتْيَانُ بِإِلْفَاظِ الْحَمْدِ الْوَارِدَةِ بَعْدَ الْفَرَاغِ مِنَ الطَّعَامِ جَمِيْعِهَا، فَيَقُوْلُ هَذَا مَرَّةً، وَهَذَا مَرَّةً حَتَّى يَحْصُلَ لَهُ حِفْظُ السُّنَّةِ مِنْ جَمِيْعِ وُجُوْهِهَا
Faidah Kesatu : Dianjurkan membaca semua bentuk alhamdulillah do’a setelah makan yang diriwayatkan. Sesekali membaca do’a ini dan sesekali Membaca yang itu, sehingga jika dia membaca semua yang diajarkan oeh Rasulullah
وَتُنَالُهُ بَرَكَةُ هَذَا الْأَدْعِيَةِ، مَعَ مَا يَشْعُرُ بِهِ الْمَرْءُ فِيْ قَرَارَةِ نَفْسِهِ مِنِ اسْتِحْضَارِ هَذِهِ الْمَعَانِي عِنْدَ مَا يَقُوْلُ هَذَا اللَّفْظَ تَارَةً، وَهَذَا اللَّفْظَ تَارَةً أُخْرَى
dan dia akan memperoleh keberkahan dengan ketika membaca do’a ini dan akan terasa meresap maknanya dalam hati, manakala seseorang membaca lafadz-lafadz doa tersebut terkadang yang ini terkadang yang itu secara bergantian
لأن النفس إذا اعتادت على أمرٍ معين -كترديد ذكر معين-فإنه مع كثرة التكرار يقل معها استحضار المعاني لكثرة الترداد.
Karena jika diri terbiasa dengan suatu perkara tertentu seperti mengulang-ulang membaca dzikir tertentu, maka dengan banyaknya mengulang, maka makna dari dzikir itu menjadi kurang meresap ke dalam hati.
فَائِدَةُ (2) :
وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «مَنْ أَطْعَمَهُ اللَّهُ طَعَامًا فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ، وَأَطْعِمْنَا خَيْرًا مِنْهُ، وَمَنْ سَقَاهُ اللَّهُ لَبَنًا فَلْيَقُلْ : اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَزِدْنَا مِنْهُ»
Faidah Kedua : Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, meriwayatkan bahwasanya Rasulullah bersabda, ” “Siapa yang diberi makanan oleh Allah, maka bacalah : “Ya Allah, berkahilah kami pada makanan ini, dan berilah kami rezeki yang lebih baik darinya.” Dan siapa yang diberi minum susu oleh Allah, maka bacalah : “Ya Allah, berkahilah kami pada minuman ini, dan tambahkanlah kami dari minuman ini.’
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «لَيْسَ شَيْءٌ يُجْزِي مَكَانَ الشَّرَابِ وَالطَّعَامِ غَيْرَ اللَّبَنِ» ([ . رواه الترمذي(3455) وقال : هذا حديث حسن ، وابن ماجه(3322) وحسنه الألباني (3385)]) .
Dan Rasulullah bersabda : “Karena aku tidak mengetahui apa yang mencukupi dari makanan dan minuman kecuali susu.”