ADAB MAKAN DAN MINUM – MAKRUH BERNAFAS DALAM BEJANA YANG DIMINUM DAN MAKRUH MENIUP AIR YANG HENDAK DIMINUM

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

مِنْ آدَابِ الشُّرْبِ أَنْ لَا يَتَنَفَّسَ الشَّارِبُ فِيْ الْإِنَاءِ وَلَا يَنْفُخُ فِيْهِ وَفِيْ ذَلِكَ أَحَادِيْثُ صَحِيْحَةٌ

Di antara adab Islam yang harus dijaga adalah jangan bernafas dalam bejana yang diminum, dan jangan meniup minuman di dalamnya. Dan dalam hal ini banyak hadits-hadits shahih.

فَمِنْهَا : قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ حَدِيْثِ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : إِذَا شَرِبَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَتَنَفَّسْ فِي الْإِنَاءِ …الْحَدِيْثَ ([ . رواه البخاري(5630)، ومسلم(267)، وأحمد(22059)، والترمذي(1889)، والنسائي(47)، وأبو داود(31)]) .

Di antaranya adalah, sabda Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, “Jika salah seorang dari kalian minum, janganlah bernafas di dalam bejana…”

وَمِنْهَا : حَدِيْثُ ابْنِ عَبَّاسٍ : «نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُتَنَفَّسَ فِي الْإِنَاءِ أَوْ يُنْفَخَ فِيهِ» ([ . رواه الترمذي(1888) وقال : حديث حسن صحيح، وأبو داود(3728) وصححه الألباني، وابن ماجه(3429) دون ذكر التنفس .]) .

Di antaranya juga hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu: “Bahwasanya Nabi melarang bernafas di dalam bejana ketika minum dan meniup di dalamnya.”

قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (وَلَا يَتَنَفَّسْ فِي الْإِنَاءِ) مَعْنَاهُ لَا يَتَنَفَّسْ فِي نَفْسِ الْإِنَاءِ وَأَمَّا التَّنَفُّسُ ثَلَاثًا خَارِجَ الْإِنَاءِ فَسُنَّةٌ مَعْرُوفَةٌ

Sabda Nabi : “Maka jangan bernafas dalam bejana”, maknanya jangan bernafas di bejana yang sama (didalamnya). Adapun bernafas di luar bejana maka hal ini sunnah yang dikenal.

قَالَ الْعُلَمَاءُ وَالنَّهْيُ عَنِ التَّنَفُّسِ فِيْ الْإِنَاءِ هُوَ مِنْ طَرِيْقِ الْأَدَبِ مَخَافَةً مِنْ تَقْذِيْرِهِ وَنَتْنِهِ وَسُقُوْطِ شَيْءٍ مِنَ الْفَمِّ وَالْأَنْفِ فِيْهِ وَنَحْوِ ذَلِكَ قَالَهُ النَّوَوِيُّ ([ . شرح صحيح مسلم . المجلد الثاني(3/130)]) .

Para ulama mengatakan : Dan larangan bernafas ke dalam bejana ketika minum merupakan adab, khawatir mengotorinya, membuatnya beraroma tidak sedap, dan ada sesuatu yang jatuh dari mulut atau hidung ke dalam minuman, dan lain sebagainya. Ini dikatakan oleh An-Nawawi.”

وَأَمَّا النَّفْخُ فِي الشَّرَابِ، فَإِنَّهُ يُكْسِبُهُ مِنْ فَمِ النَّافِخِ رَائِحَةً كَرِيهَةً يُعَافُ لِأَجْلِهَا، وَلَا سِيَّمَا إِنْ كَانَ مُتَغَيِّرَ الْفَمِ. وَبِالْجُمْلَةِ : فَأَنْفَاسُ النَّافِخِ تُخَالِطُهُ؛ وَلِهَذَا جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ النَّهْيِ عَنِ التَّنَفُّسِ فِي الْإِنَاءِ وَالنَّفْخِ فِيهِ قَالَهُ ابْنُ الْقَيِّمِ ([ . زاد المعاد(4/235)]).

Adapun meniup minuman, maka itu karena mulut orang yang meniupnya mengeluarkan aroma yang tidak sedap membuat orang lain tidak suka. Apalagi jika mulutnya berubah (aroma). Pada umumnya, nafas orang yang meniupnya itu membuat air atau bejana berubah aroma, oleh karena itu Rasulullah menyatukan antara larangan bernafas di dalam bejana dan meniup di dalamnya. Ini dikatakan oleh Ibnul Qayyim”.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *