Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
مَرَّ مَعَنَا قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعُمَرَ بن أَبِي سَلَمَةَ : «يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ» فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ ([ . رواه البخاري(5376) واللفظ له، ومسلم(2022)، وأحمد(15895)، وأبو داود(3777)، وابن ماجه(3267)، ومالك(1738)والدارمي(2045)]) .
Di atas sudah dijelaskan sabda rasulullah kepada Umar bin Abi Salamah, “Wahai anak muda, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat darimu sejak saat itu makan ku seperti itu.”
وَمِنْ حَدِيْثِ جَابِرٍ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : «لَا تَأْكُلُوا بِالشِّمَالِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِالشِّمَالِ» ([ . رواه مسلم(2019) واللفظ له، وأحمد(14177)، وابن ماجه(3268)، ومالك( 1711)]) .
Dan dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian makan dengan tangan kiri, karena sesungguhnya syetan makan dengan tangan kiri.
وَفِيْ حَدِيْثِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : «إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ، وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ، وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ» ([ . مسلم (2020) ، أحمد(4523)، الترمذي(1800)، أبو داود(3776)، مالك(1712)، الدارمي(2030)]) .
Dan pada hadits Umar bahwa Rasulullah bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanan. Dan bila dia minum, minumlah dengan tangan kanan. Karena sesungguhnya syetan makan dan minum dengan tangan kirinya.”
قال ابن الجوزي : لَمَّا جُعِلَتِ الشِّمَالُ لِلْاِسْتِنْجَاءِ وَمُبَاشَرَةِ الْأَنْجَاسِ وَاْليُمْنَى لِتَنَاوُلِ الْغَذَاءِ لَمْ يَصْلُحِ اسْتِعْمَالُ أَحِدِهِمَا فِيْ شُغْلِ الْأُخْرَى،
Ibnul Jauzi berkata, “Tatkala tangan kiri dijadikan untuk istinja’ dan membersihkan kotoran dan tangan kanan untuk mengambil makanan, tidak baik bila menggunakan keduanya untuk tugas yang lain.
لِأَنَّهُ حَطٌّ لِرُتْبَةِ ذِيْ الرُّتْبَةِ، وَرَفْعٌ لِلْمَحْطُوْطِ، فَمَنْ خَالَفَ مَا اقْتَضَتْهُ الْحِكْمَةُ وَافَقَ الشَّيْطَانَ ([ . كشف المشكل (2/594) (1227)]).
Karena itu menurunkan kedudukan yang memiliki kedudukan di atas dan mengangkat yang derajatnya di bawah. Siapa yang menyalahi apa yang telah dituntut sunnah, berarti dia sesuai dengan syetan.
وَمَعَ أَنَّ الْأَحَادِيْثَ فِيْ هَذَا مَشْهُوْرَةٌ لَا تَكَادُ تَخْفَى عَلَى عَامَةِ النَّاسِ، إِلَّا أَنَّ بَعْضَ الْمُسْلِمِيْنَ هَدَاهُمُ اللهُ لَا زَالَ مُتَمَسِّكاً بِهَذِهِ الْخَصْلَةِ الذَّمِيْمَةِ، وَهِيَ الْأَكْلُ وَالشُّرْبُ بِالْيَدِ الشِّمَالِ.
Meskipun hadits-hadits ini masyhur, hampir tidak ada orang yang tidak mengetahuinya, tetapi ada sebagian kaum muslimin -semoga Alah memberi petunjuk kepada mereka- masih berpegang kepada kebiasaan buruk ini (makan dan minum dengan tangan kiri).
وَإِذَا قِيْلَ لَهُمْ فِيْ ذَلِكَ قَالُوْا : هَذَا أَمْرٌ أَصْبَحَ لَنَا عَادَة وَيَصْعَبُ أَنْ نَنْفَكَّ مِنْهُ، وَلَعَمْرُ اللَّهِ [وَأَيْمُ اللَّهِ وَأُقْسِمُ بِاَللَّهِ] إِنَّ هَذَا مِنْ تَزْيِيْنِ الشَّيْطَانِ لَهُمْ، وَصَدِّهِمْ عَنِ اتِّبَاعِ الشَّرْعِ
Apabila ditanyakan kepada mereka tentang hal ini, mereka akan menjawab, “Ini sudah kebiasaan kami, dan kami tidak bisa mengubahnya. Demi Allah, sesungguhnya ini adalah hiasan syetan bagi mereka. Dan dia menghalangi mereka untuk mengikuti syariat.
وَهُوَ فِيْ الْجُمْلَةِ دَلِيْلٌ عَلَى نَقْصِ الْإِيْمَانِ فِيْ قُلُوْبِهِمْ؛ وَإِلَّا فَمَا مَعْنَى مُخَالِفَةِ أَمْرِ الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَهْيِهِ. وَشَرُّهُمْ وَأَخْبَثُهُمْ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ تكبراً وتجبراً.
Dan dia secara umum merupakan bukti kurangnya iman di dalam hati mereka. Jika bukan karena itu, apa makna menyalahi perintah Rasulullah dan larangannya? Dan perbuatan orang yang paling buruk jika mereka melakukan hal itu karena kesombongan dan keangkuhan.
وَعَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ رضي الله عنه قَالَ : أَنَّ رَجُلًا أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِمَالِهِ. فَقَالَ: «كُلْ بِيَمِينِكَ»
Dari Salamah bin Al-Akwa’, “Bahwasanya seorang lelaki makan di sisi Rasulullah dengan tangan kirinya. Rasulullah bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu.
قَالَ : لَا أَسْتَطِيعُ، قَالَ : «لَا اسْتَطَعْتَ، مَا مَنَعَهُ إِلَّا الْكِبْرُ» قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ.
Lelaki itu pun menjawab, “Aku tidak mampu.” Rasulullah bersabda, Kamu tidak mampu. Tidak ada yang mencegahnya kecuali kesombongannya. Lelaki itu pun tidak mampu mengangkat tangannya ke mulutnya. ”
وَفِيْ رِوَايَةِ أَحْمَدَ : قَالَ : فَمَا وَصَلَتْ يَمِينُهُ إِلَى فَمِهِ بَعْدُ ([ . رواه مسلم(2021)، وأحمد(16064)])
Dan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad berbunyi : “Maka tangan kanannya tidak mampu sampai kepada mulutnya Setelah itu.
قَالَ النَّوَوِيُّ : وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ جَوَازُ الدُّعَاءِ عَلَى مَنْ خَالَفَ الْحُكْمَ الشَّرْعِيَّ بِلَا عُذْرٍ وَفِيهِ الْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ فِي كُلِّ حَالٍ
Imam An-Nawawi berkata, “Dalam hadits ini -ada isyarat bolehnya mendo’akan tidak baik kepada orang yang menyalahi hukum syariat tanpa udzur. Di hadits ini juga ada perintah mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar kapan pun
حَتَّى فِي حَالِ الْأَكْلِ وَاسْتِحْبَابُ تَعْلِيمِ الْآكِلِ آدَابَ الْأَكْلِ إِذَا خَالَفَهُ كَمَا فِي حَدِيثِ عُمَرَ بْنَ أَبِي سَلَمَةَ الَّذِي بَعْدَ هَذَا ([ . شرح صحيح مسلم . المجلد السابع(14/161)]) .
meskipun ketika makan. Dan anjuran mengajarkan orang yang makan adab-adab makan apabila dia menyalahi sunnah”
فَائِدَةٌ : إِذَا هُنَاكَ ثَمَّ عُذْرٌ يَمْنَعُ مِنَ الْأَكْلِ بِالْيَدِ الْيُمْنَى كَالْمَرَضِ وَالْجَرَاحَةِ وَنَحْوِهِمَا، فَلَا حَرَجَ فِيْ الْأَكْلِ بِالشِّمَالِ، وَلَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْساً إِلَّا وُسْعَهَا .
Hal yang harus diperhatikan : Apabila ada udzur makan dengan tangan kanan, seperti sakit luka, dan lain sebagainya, maka tidak mengapa makan dengan tangar kiri. Dan Allah tidak akan membebani hamba-Nya kecuali sesuai dengan kesanggupannya.