Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie
وَفِيْ الْحَدِيْثِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلَا يَأْكُلْ مِنْ أَعْلَى الصَّحْفَةِ، وَلَكِنْ لِيَأْكُلْ مِنْ أَسْفَلِهَا، فَإِنَّ الْبَرَكَةَ تَنْزِلُ مِنْ أَعْلَاهَا»
Pada masalah ini terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Nabi bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian makan, maka janganlah makan dari tengah piring besar, tetapi makanlah dari tepinya, karena keberkahan itu turun dari tengahnya.”
وَلَفْظُ أَحْمَدَ : «كُلُوا فِي الْقَصْعَةِ مِنْ جَوَانِبِهَا، وَلا تَأْكُلُوا مِنْ وَسَطِهَا، فَإِنَّ الْبَرَكَةَ تَنْزِلُ فِي وَسَطِهَا» ([ . رواه أبو داود(3772) واللفظ له، وأحمد(2435) والترمذي(1805) وقال: حديث حسن صحيح ، وابن ماجه(3277)، والدارمي(2046)]) .
Dan menurut riwayat Ahmad, “Makanlah kalian pada piring besar dari tepinya, dan janganlah kalian makan dari tengahnya. Karena keberkahan turun dari tengahnya.”
وَخُصَّ الْوَسَطُ بِنُزُوْلِ الْبَرَكَةِ، لِأَنَّهُ أَعْدَلُ الْمَوَاضِعِ، وَعِلَّةُ النَّهْيِ حَتَّى لَا يُحْرَمَ الْآكِلُ الْبَرَكَةُ الَّتِيْ تَحِلُّ فِيْ وَسْطِهِ،
Dikhususkan bagian tengah dengan turunnya keberkahan, karena tengah adalah posisi paling ideal. Dan alasan pelarangan adalah agar orang yang makan mendapatkan berkah yang akan turun di tengah makanan itu.
وَقَدْ يُلْحَقُ بِهِ مَا إِذَا كَانَ الْآكِلُوْنَ جَمَاعَةً، فإن المتقدم مِنْهُمْ إِلَى وَسَطِ الطَّعَامِ قَبْلَ حَافَتِهِ قَدْ أَسَاءَ الْأَدَبِ مَعَهُمْ، وَاسْتَأْثَرَ لِنَفْسِهِ بِالطَّيْبِ دُوْنَهُمْ، وَاللهُ أَعْلَمْ ([ . انظر عون المعبود. المجلد الخامس(10/177)]) .
Dan juga ditambahkan bila makan secara bersama-sama karena orang yang memulai makan dari tengah makanan telah berbuat tidak baik terhadap mereka. Dan dia lebih mendahulukan dirinya ketimbang kawan-kawannya. Wallahu a’lam.