Diantara doa perlindungan yang diajarkan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِي وَمِنْ شَرِّ بَصَرِي وَمِنْ شَرِّ لِسَانِي وَمِنْ شرِّبي
Ya Allah sebenarnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pendengaranku, keburukan penglihatanku, keburukan lidahku, keburukan hatiku, dan keburukan kemaluanku “.
DALILNYA:
عن شكل بن حميد قال أتيت النبي صلى الله عليه وسلم فقلت يا رسول الله علمني تعوذا أتعوذ به قال فأخذ بكتفي فقال قل اللهم إني أعوذ بك من شر سمعي ومن شر بصري ومن شر لساني ومن شر قلبي ومن شر منيي يعني فرجه
“Dari Syakal bin Humaid, ia berkata: Aku pernah mendatangi Nabi shalallahu alaihi wasallam, kemudian aku berkata,” Ya Rasulullah, ajarilah aku (sebuah ucapan) yang dengannya aku dapat terlindung. “Beliau kemudian memegang pundakku dan bersabda,” Katakanlah (olehmu) , ‘Ya Allah sebenarnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pendengaranku, keburukan penglihatanku, keburukan lidahku, keburukan hatiku, dan keburukan kemaluanku “. (HR Tirmidzi, shahih Sunan Tirmidzi: 2775, dan Shahih Abu Daud: 1387).
Sikap para salafus shaleh dalam menjaga lisan.
[1] Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu
Pada suatu hari Umar bin Khattab kunjungi Abu Bakar Ash-Shiddiq sementara ia sedang menarik lidahnya. Umar berkata, “Hentikan! Semoga Allah mengampunimu”. Lalu Abu Bakar memberitahukan kepadanya:
إنَّ هذا أَوْرَدَنِيْ المَوَارِدُ
“Sesungguhnya (lisanku) ini menjerumuskanku kepada kehancuran.
[2] Abdullah bin Zakaria mengatakan:
عَالِجْتُ الصَمْتَ عِشْرِيْنَ سَنَةً فَلَمْ أَقْدِرْ مِنْهُ عَلَى أُرِيْدُ
“Aku telah melakukan terapi selama 20 tahun akan tetapi aku tidak mampu mencapai apa yang aku inginkan”.
[3] Abdullah bin Wahab mengatakan:
نذرت أني كلما اغتبت إنسانا أن أصوم يوما فأجهدني فنويت أني كلما اغتبت إنسانا أن أتصدق بدرهم فمن حب الدراهم تركت الغيبة.
“Aku bernadzar untuk berpuasa satu hari setiap kali aku menggibah seseorang, maka hal itu membuatku tertekan. Lalu akupun merekomendasikan untuk bersedekah satu dirham kali setiap aku menggibah seseorang, maka kerena kecintaan kepada uang, akupun meninggalkan ghibah”
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah mengomentari perkataan Abdullah bin Wahab diatas:
هَكذَا وَاللَّهِ كَانَ الْعُلَمَاءُ وَهَذَا هُوَ ثَمَرَة ُالْعِلْمِ النَّافِعِ.
“Beginilah demi Allah para Ulama. Dan inilah buah dari ilmu yang bermanfaat”. Siyar A’lamin Nubala.
[4] Ibrahim At-Taimi berkata:
أَخْبَرَنِيْ مَنْ صَحِبَ الرَّبِيْعَ بن خُثَيْم عِشْرِيْنَ عَامًا مَا سَمِعَ مِنْهُ كلمةً تعاب
“Aku diberi kabar oleh orang yang mendampingi Rabi ‘bin Khutsaim selama 20 tahun, bahwa ia tidak pernah mendengar satu kata tercelapun menyatakan”.
[5] Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
يا لسانُ قُلْ خَيْرًا تَغْنَمْ وَاسْكُتْ عَنْ شَرٍّ تَسْلَمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَنْدَمَ
“Wahai lisan! Ucapkan yang baik niscaya kamu beruntung. Dan diamlah niscaya kamu selamat sebelum kamu menyesal” (Ash-Shahihah: 534).
Dari Sa’id bin Abi Burdah dari bapaknya dari kakeknya dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam beliau bersabda,
«عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ» telah dibangun: أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ يَجِدْ؟ قَالَ «يَعْتَمِلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ» قَالَ قِيلَ: أإِرَأَيْتَ إِني لَم قَالَ: «يُعِينُ ذَا الْحَاجَةِ الْمَلْهُوفَ» قَالَ قِيلَ لَهُ: أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ؟ Telah disimpan: «يَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ أَوِ الْخَيْرِ» Telah diterjemahkan: أَرَأَيْتَ إِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «يُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ ، فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ»
“Atas setiap wajib wajib sedekah” Dikatakan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, “bagaimana kalau tidak mampu?”. Beliau menjawab, “bekerjalah dengan kedua hal yang bermanfaat untuk dirinya lalu inginnya ia bersedekah”. Lalu beliau ditanyai lagi, bagaimana kalau tidak mampu? “. Beliau menjawab, membantu orang yang butuh bantuan”. Lalu ditanya lagi, Bagaimana kalau tidak mampu? “. Beliau menjawab,” Hendaknya memerintahkan kepada, “Lalu beliau ditanyai lagi, bagaimana kalau tidak mampu?”. Beliau menjawab, “Diamlah engkau dari keburukan, karena itu adalah sedekah”. HR Muslim: 1008.
Abu Ghozie As-Sundawie